Nurel Javissyarqi*
Angan yang tampak menarik kabut, bermuatan ruh dari bahasan. Tentu mengambilnya pelahan, agar tak tercecer di tengah penulisan. Judul di atas tercetus, sedari pantulan bukunya Naomi Wolf; Mitos Kecantikan. Di sini saya menggregeti pandangan, dari sekian jarak pemotretan yang terhampar-lapang.
Ini murni membangun kecantikan dari dalam, sebuah arahan yang kudu dilewati, kalau tak ingin perubahan kulit-tubuh menua-mengecewakan. Atau wacana ini diperbaharui dengan fitalitas keberjamanan, untuk tidak mandek di pagar idealitas, yang membelenggu kaki-kaki perempuan.
Membersihkan bak mandi terlebih dulu, agar tak reget mengotori tubuh. Cara tempuh bukan acara panjang-lebar, yang terharapkan mencapai puncak tanpa teleng kepala berbelit-belit, oleh kurang rapetnya saringan -renungan. Padahal duduk sebentar merasai, naluri mengajak nalar pada tindakan pengetahuan, mengambili pendapat tanpa harus berjalan melingkar, ketika yang diharapkan telah ada.
Judul di atas memakan separuh jalan, separuhnya lagi dengan diri yang diterbayangkan. Saat menunjuk patung atas tempaan cahaya, tentu mengetahui letak bayangannya. Atau filsafat itu, gerak tercepat menemukan sesuatu dengan kesuntukan atas langkah-langkah lumrah. Guna aspek keserupaan bisa ditarik dengan lemparan daya duga; permenungan ditambah perasaan, yang diharapkan sebagai dialogis tanpa harus tercebur seluruhnya.
Seekor merpati kipas begitu cantik dengan kodratnya terbang jinak, burung merpati pos sangat menawan sebagai pembalap di lapangan udara. Ini penyatukan pemahaman, maksud keseimbangan bentuk jiwa yang lempeng, bukan tersakiti idealitas tampakan yang menciptakan cemburu -sakit hati.
Pandangan yang menyehatkan tubuh dan jiwa, melalui peranan nalar-perasaan mengelolah bathin ke muka, juga saat terlelap selepas kelelahan bekerja. Maka garis bawah perlu; mamangfaatkan penyelidikan mengoreksi ulang, merevisi tingkah laku hasil usaha, untuk dimasukkan ke kamar hitungan intim menuju keselarasan. Membangun pribadi memacu capaian, ibarat iman itu peribadatan; kecantikan menggali wacana perubahan, antara diri di sekitar laluan hayat.
Memasuki ruang berdandan membawa kesegaran demi pertemuan, maka memperbaiki luaran itu membuang kesempatan tampil bercahaya dengan keyakinan. Yang di depan cermin mawas-diri terawat penglihatannya, nalar serta perasaannya dalam kamar pengantin di hadapan banyak orang.
Tampil cantik menyadari perawatan, tidak terbentuk oleh rutinitas membosan. Berbicara nilai dilestarikan sikap penerimaan; bola mata lentik bercelak sayang, hidung sedap di pandang mencium keindahan. Segala rasa demi keseimbangan menguatkan pendapat, tak terlalu jauh rembentan mata air menuju aliran dialogis makna keakraban samudra.
Bibir pantai berkecupan ikhlas, telinga mendengar rindu ke mula hening malam, merambat ke hadapan kembali. Rambut terurai, jangan lepas sia-sia atas kurang merawat kemajuan. Begitu juga kuku-kuku dibersihkan, meningkatkan amanah imbal-balik rasa syukur. Di sini, boleh memakai lebih dua pandangan, kiranya usia penerimaan itu mematangkan diri bermanfaat. Yang membawa takdir masing-masing di jalan yang diterka sebelumnya, untuk laluan kedirian saat mendapati artian kehidupan.
Yang bersayap maupun yang lumpuh, terbang membawa takdirnya masing-masing. Tentu yang terbaik tampil kedirian sendiri, seperti perkembangan pada tahap kesadaran, ditarik pelajaran dari daya-upaya kerja. Adalah perjuangan merawat kehadiran diri di tengah-tengah keseluruhan beragam.
Akan cantik memahami kekurangan diri setelah berikhtiar bathin menerima, kepasrahan aktif tidak -ngelokro. Memang insan tak bisa seratus persen sadar (dalam keadaan lama), tetapi bagaimana menjaga tingkatan jiwa, agar tidak di jalan itu-itu saja. Sepulang paparan di atas, seyogyanya berdialog mencocokkan impian memanggil harapan, tidak terlena di jalan hayat berserakan makna-makna.
Selalu yang mengisi ruang-waktu lebih berguna, ketampanan mandiri menghadapi soal, sampai jawaban beberapa persoalan terpenuhi tanpa kekecewaan. Ini tameng kebijakan, atas pertarungan yang berhasrat tidak sekadar pelengkap. Jangan sampai kehadiran tidak mencetuskan perasaan lain. Sikap itu atas kekurangan di hadapan daya-guna kejujuran fitrah, sebagai pengarung pada sungai-sungai hayat.
Tampil cantik itu menyadari tradisi menopang bentukan jiwa; di sini wacana perubahan membaca gerak jaman. Kita di samping jalan lain di sebelah, meski kedekatan memiliki pilihan serupa, bukan berarti timbangan berbobot seirama. Adalah kita mengerti diri, dan lelatihan penerimaan-penolakan, menentukan tampilnya filsafat hayati. Dalam segala kerinduan tercapai, atas penawaran diri.
Sedangkan penjajakan berulang, membentuk keayuan sikap sebagai insan berbudi. Kiranya paparan ini nggelambyar, tentu terpegang beberapa akaran yang bergelantungan. Dari sisi mana pun mendaki, bertemu puncak gunung kesamaan, menyungguhi hidup menempuh mimpi oleh lelatihan keseimbangan. Inilah pentingnya tampil cantik dengan filsafat hidup mandiri.
*) Pengelana 2006. 08 Lamongan, Jawa Timur, Indonesia.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
(1813-1883)
Abdul Hadi W.M.
Adelbert von Chamisso (1781-1838)
Affandi Koesoema (1907–1990)
Agama Para Bajingan
Ajip Rosidi
Akhmad Taufiq
Albert Camus
Alexander Sergeyevich Pushkin (1799–1837)
Amy Lowell (1874-1925)
Andong Buku #3
André Chénier (1762-1794)
Andy Warhol
Antologi Puisi Tunggal Sarang Ruh
Anton Bruckner (1824 –1896)
Apa & Siapa Penyair Indonesia
Arthur Rimbaud (1854-1891)
Arthur Schopenhauer (1788-1860)
Arti Bumi Intaran
Bahasa
Bakat
Balada-balada Takdir Terlalu Dini
Bangsa
Basoeki Abdullah (1915 -1993)
Batas Pasir Nadi
Beethoven
Ben Okri
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Biografi Nurel Javissyarqi
Budaya
Buku Stensilan
Bung Tomo
Candi Prambanan
Cantik
Chairil Anwar
Charles Baudelaire (1821-1867)
Cover Buku
Dami N. Toda
Dante Alighieri (1265-1321)
Dante Gabriel Rossetti (1828-1882)
Denanyar Jombang
Dendam
Desa
Dwi Pranoto
Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra
Eka Budianta
Emily Dickinson (1830-1886)
Esai
Esai-esai Pelopor Pemberontakan Sejarah Kesusastraan Indonesia
Feminisme
Filsafat
Forum Kajian Kebudayaan Hindis Yogyakarta
Foto Lawas
François Villon (1430-1480)
Franz Schubert (1797-1828)
Frederick Delius (1862-1934)
Friedrich Nietzsche (1844-1900)
Friedrich Schiller (1759-1805)
G. J. Resink (1911-1997)
Gabriela Mistral (1889-1957)
Goethe
Hallaj
Hantu
Hazrat Inayat Khan
Henri de Régnier (1864-1936)
Henry Lawson (1867-1922)
Hermann Hesse
Ichsa Chusnul Chotimah
Identitas
Iftitahur Rohmah
Ignas Kleden
Igor Stravinsky (1882-1971)
Ilustrator Cover Sony Prasetyotomo
Indonesia
Ingatan
Iqbal
Ismiyati Mukarromah
Javissyarqi Muhammada
Johannes Brahms (1833-1897)
John Keats (1795-1821)
José de Espronceda (1808-1842)
Joseph Maurice Ravel (1875 - 1937)
Jostein Gaarder
Kadipaten Kulon 49 c
Kajian Budaya Semi
Karya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kata-kata Mutiara
Kausalitas
Kedutaan Perancis
Kegagalan
Kegelisahan
Kekuasaan
Kemenyan
Ken Angrok
Kenyataan
Kesadaran
KH. M. Najib Muhammad
Khalil Gibran (1883-1931)
Kitab Para Malaikat
Kitab Para Malaikat (Book of the Angels)
Komunitas Deo Gratias
Konsep
Korupsi
Kritik Sastra
Kulya dalam Relung Filsafat
Kumpulan Cahaya Rasa Ardhana
Lintang Sastra
Ludwig Tieck
Luís Vaz de Camões
Lupa
Magetan
Makna
Maman S. Mahayana
Marco Polo (1254-1324)
Masa Depan
Matahari
Max Dauthendey (1867-1918)
Media: Crayon on Paper
MEMBONGKAR MITOS KESUSASTRAAN INDONESIA
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Michelangelo (1475-1564)
Mimpi
Minamoto Yorimasa (1106-1180)
Mistik
Mitos
Modest Petrovich Mussorgsky (1839-1881)
Mohammad Yamin
Mojokerto
Mozart
Natural
Nurel Javissyarqi
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pahlawan
Pangeran Diponegoro
Panggung
Paul Valéry (1871-1945)
PDS H.B. Jassin
Pelantikan Soekarno sebagai Presiden R.I.S (17 Desember 1949)
Pembangunan
Pemberontak
Pendapat
Pengangguran
Pengarang
Penjajakan
Penjarahan
Penyair
Penyair Tak Dikenal
Peperangan
Perang
Percy Bysshe Shelley (1792–1822)
Perkalian
Pierre de Ronsard (1524-1585)
PKI
Plagiator
Post-modern
Potret Sang Pengelana (Nurel Javissyarqi)
Presiden Penyair
Proses Kreatif
Puisi
Puitik
Pujangga
PUstaka puJAngga
R. Ng. Ronggowarsito (1802-1873)
Rabindranath Tagore
Rainer Maria Rilke (1875-1926)
Realitas
Reuni Alumni 1991/1992 Mts Putra-Putri Simo
Revolusi
Revormasi
Richard Strauss (1864-1949)
Richard Wagner (1813-1883)
Rimsky-Korsakov (1844-1908)
Rindu
Robert Desnos (1900-1945)
Rosalía de Castro (1837-1885)
Ruang
Rumi
Sajak
Sakral
Santa Teresa (1515-1582)
Sapu Jagad
Sara Teasdale (1884-1933)
Sastra
SastraNESIA
Sayap-sayap Sembrani
Segenggam Debu di Langit
Sejarah
Self Portrait
Self Portrait Nurel Javissyarqi by Wawan Pinhole
Seni
Serikat Petani Lampung
Shadra
Sihar Ramses Simatupang
Sumpah Pemuda
Sungai
Surabaya
Suryanto Sastroatmodjo
Sutardji Calzoum Bachri
tas Sastra Mangkubumen (KSM)
Taufiq Wr. Hidayat
Telaga Sarangan
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Thales
Trilogi Kesadaran
Tubuh
Ujaran-ujaran Hidup Sang Pujangga
Universitas Jember
Waktu
Walter Savage Landor (1775-1864)
Wawan Pinhole
William Blake (1757-1827)
William Butler Yeats (1865-1939)
Wislawa Szymborska
Yasunari Kawabata (1899-1972)
Yayasan Hari Puisi Indonesia 2017
Yogyakarta
Yuja Wang
Yukio Mishima (1925-1970)
Zadie Smith (25 Oktober 1975 - )
Kitab Para Malaikat
- MUQADDIMAH: WAKTU DI SAYAP MALAIKAT, I – XXXIX
- MEMBUKA RAGA PADMI, I: I – XCIII
- HUKUM-HUKUM PECINTA, II: I – CXIII
- BAIT-BAIT PERSEMBAHAN, III: I – XCIII
- RUANG-RUANG MENGABADIKAN, IV: I – XCVIII
- MUSIK-TARIAN KEABADIAN, V: I – LXXIV
- DIRUAPI MALAM HARUM, VI: I – LXXVII
- KEINGINAN-KEINGINAN MULIA, VII: I – LXXXVII
- DI ATAS TANDU LANGITAN, VIII: I – CXXIII
- ANAK SUNGAI FILSAFAT, IX: I – CI
- SEKUNTUM BUNGA REVOLUSI, X: I- XCI
- PENAMPAKAN DOA SEMALAM, XI: I- CVI
- DUKA TANGIS BUSA, XII: I – CXVIII
- GELOMBANG MERAWAT PANTAI, XIII: I – CXI
- MENGEMBALIKAN NIAT SUCI, XIV: I – CIX
- PEMBANGUN DUNIA GANJIL, XV: I – XCIII
- SIANG TUBUH, MALAM JIWANYA, XVI: I – CXIII
- SECERCA CAHAYA KURNIA, XVII: I – CI
- TANAH KELAHIRAN MASA, XVIII: I – CXXVII
- RUANG-WAKTU PADAT, XIX: I – XC
- MUAKHIR; KESAKSIAN-KESAKSIAN, XX: I – CXXVI
- Mulanya
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (I)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (II)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (III)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (IV)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (V)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (VI)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (VII)
- Akhirnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar