Nurel Javissyarqi*
Rindu merupakan bentuk anganan yang kedalamannya ada kerja penggalian, mengeruk memori demi dihasilkan kepada tataran pengorganisasian ingatan. Atau rindu berdaya magnetik yang jangkauannya halus nun jauh sejenis gravitasi.
Namun kerinduan itu tidak dapat dibuat-buat serupa penciptaan magnit buatan, sebab dirinya berangkat dari daya gugah. Dan ingatan rindu sebagai pembentuk kesadaran akan hasrat menguasai. Yang lama-kelamaan bertambah hingga yang dirindukan menjadi realitas tersendiri, mendapati logika pengayaannya di kala menyampaikan tujuan.
Sangat logis setiap tanda dimaknai sebagai tahap tingkatan proses hayati, yang jabarannya sedari pengembangan asal terindukan. Ingatan sebagai sarana memasuki, sedangkan rindu melogikakan setiap lelapisan rasa, yang melahirkan sosok penentu logika.
Rindu ialah fitroh yang terbentuk melewati pendekatan paling halus, memiliki ikatan emosi di dalam merasai realitas masa depan. Dan insan akan mencapai derajat tertentu, sekumpulan waktu yang sanggup dirindukan. Jika menyetubuhi waktu-waktu intim; kehalusan masa menterjemahkan kesunyian dingin teramat genting.
Hal ini terangkat kalau merenungi ceruk penalaran lain, dengan menggali daya di bawah sadar penciptaan. Sejenis membangkitkan perasaan pembaca dengan kesungguhan -pernah. Rindu dan ingatan selalu beriring menjalani titah tuannya, memiliki kekayaan masing-masing yang saling melengkapi.
Tampilannya sejenis sugesti kepercayaan, keyakinan diri atas dirindukan di depan penalaran yang -nyambung. Pergumulan bathin mengelolah realitas-perasaan, atau kesadaran bersenggama antara data dan anganan.
Lebih jauh memasuki logika rasa dengan tangkapan telinga. Suara-suara terngiang, semisal membaca di kedalaman bathin menggema. Menciptakan kenangan yang turut menjadi fungsionalitas data.
Logikanya serba mungkin, tetapi kadang menangkapnya dengan porsi berbeda. Maka keraguan yang tampil di sana, suatu waktu menjelma penentu jika terus diberlakukan penelitian seksama. Keraguan menjelma kendala hadirnya kenangan, namun bisa juga berubah momok rindu jika melewati tahap-tahap yang sedang kasmaran.
Kerinduan itu hasrat penguasaan dalam, yang berkembang jika dirawat dengan kemampuan merasai, merayu muara waktu menuju jarak terdekat. Kerinduan menerjemahkan lelapisan kalbu, mengusap kekabutan masa, menyingkap gambaran bisu percakapan hening. Lalu memasuki wilayah paling sakral, saat dihadapkan yang dirindukan.
Pertemuan seolah mimpi atau kejadian lepas kendali, kalau tidak ditarik ulang dari mana datangnya. Lamat-lamat tidak menemukan, seumpama menangkap kabut, tak bisa menceritakan lebih. Atau sebuah maksud terimakasih yang tak dapat dikisahkan juah. Sebab ungkapannya begitu dalam, serupa rindu yang tengah tersampaikan, atas ketulusan merajai maksud tujuan.
Ini bukan kawasan sulit diterima, kala mengembangkan rindu demi masa-masa khusyuk. Yang seolah tidak bersambungan, tetapi mengetahui sejauh mana nafas-nafas ikhlas memberi-menerima. Rindu sebelum bertemu itu kebisuan, ingatan terkembang di garis kepayahan. Waktu-waktu lambat penuh perasaan, percepatan memori berkelebat, seolah tak berkaki kesadaran.
Di kedalaman tanah terkandung kepahitan, dingin menusuk hati hingga tak sanggup merasai. Ini rindu meluluh-lantangkan ingatan ke penguburan. Namun ketika angin perasaan tropis bertiup, rerumputan hidup kembali, seolah tak pernah terjadi kemarau panjang.
Dan perasaan perindu terus menyusuri jalan-jalan tiada ujung, kalau tidak meneguhkan niatan ulang, menyetiai sungguh yang terindukan. Lalu kuncup-kuncup bunga bermunculan, bersama nafas-nafas meniup kebahagiaan; kerinduan itu mata rantai kuat akan ingatan.
*) Pengelana 01, 09 Magelang-Lamongan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
(1813-1883)
Abdul Hadi W.M.
Adelbert von Chamisso (1781-1838)
Affandi Koesoema (1907–1990)
Agama Para Bajingan
Ajip Rosidi
Akhmad Taufiq
Albert Camus
Alexander Sergeyevich Pushkin (1799–1837)
Amy Lowell (1874-1925)
Andong Buku #3
André Chénier (1762-1794)
Andy Warhol
Antologi Puisi Tunggal Sarang Ruh
Anton Bruckner (1824 –1896)
Apa & Siapa Penyair Indonesia
Arthur Rimbaud (1854-1891)
Arthur Schopenhauer (1788-1860)
Arti Bumi Intaran
Bahasa
Bakat
Balada-balada Takdir Terlalu Dini
Bangsa
Basoeki Abdullah (1915 -1993)
Batas Pasir Nadi
Beethoven
Ben Okri
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Biografi Nurel Javissyarqi
Budaya
Buku Stensilan
Bung Tomo
Candi Prambanan
Cantik
Chairil Anwar
Charles Baudelaire (1821-1867)
Cover Buku
Dami N. Toda
Dante Alighieri (1265-1321)
Dante Gabriel Rossetti (1828-1882)
Denanyar Jombang
Dendam
Desa
Dwi Pranoto
Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra
Eka Budianta
Emily Dickinson (1830-1886)
Esai
Esai-esai Pelopor Pemberontakan Sejarah Kesusastraan Indonesia
Feminisme
Filsafat
Forum Kajian Kebudayaan Hindis Yogyakarta
Foto Lawas
François Villon (1430-1480)
Franz Schubert (1797-1828)
Frederick Delius (1862-1934)
Friedrich Nietzsche (1844-1900)
Friedrich Schiller (1759-1805)
G. J. Resink (1911-1997)
Gabriela Mistral (1889-1957)
Goethe
Hallaj
Hantu
Hazrat Inayat Khan
Henri de Régnier (1864-1936)
Henry Lawson (1867-1922)
Hermann Hesse
Ichsa Chusnul Chotimah
Identitas
Iftitahur Rohmah
Ignas Kleden
Igor Stravinsky (1882-1971)
Ilustrator Cover Sony Prasetyotomo
Indonesia
Ingatan
Iqbal
Ismiyati Mukarromah
Javissyarqi Muhammada
Johannes Brahms (1833-1897)
John Keats (1795-1821)
José de Espronceda (1808-1842)
Joseph Maurice Ravel (1875 - 1937)
Jostein Gaarder
Kadipaten Kulon 49 c
Kajian Budaya Semi
Karya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kata-kata Mutiara
Kausalitas
Kedutaan Perancis
Kegagalan
Kegelisahan
Kekuasaan
Kemenyan
Ken Angrok
Kenyataan
Kesadaran
KH. M. Najib Muhammad
Khalil Gibran (1883-1931)
Kitab Para Malaikat
Kitab Para Malaikat (Book of the Angels)
Komunitas Deo Gratias
Konsep
Korupsi
Kritik Sastra
Kulya dalam Relung Filsafat
Kumpulan Cahaya Rasa Ardhana
Lintang Sastra
Ludwig Tieck
Luís Vaz de Camões
Lupa
Magetan
Makna
Maman S. Mahayana
Marco Polo (1254-1324)
Masa Depan
Matahari
Max Dauthendey (1867-1918)
Media: Crayon on Paper
MEMBONGKAR MITOS KESUSASTRAAN INDONESIA
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Michelangelo (1475-1564)
Mimpi
Minamoto Yorimasa (1106-1180)
Mistik
Mitos
Modest Petrovich Mussorgsky (1839-1881)
Mohammad Yamin
Mojokerto
Mozart
Natural
Nurel Javissyarqi
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pahlawan
Pangeran Diponegoro
Panggung
Paul Valéry (1871-1945)
PDS H.B. Jassin
Pelantikan Soekarno sebagai Presiden R.I.S (17 Desember 1949)
Pembangunan
Pemberontak
Pendapat
Pengangguran
Pengarang
Penjajakan
Penjarahan
Penyair
Penyair Tak Dikenal
Peperangan
Perang
Percy Bysshe Shelley (1792–1822)
Perkalian
Pierre de Ronsard (1524-1585)
PKI
Plagiator
Post-modern
Potret Sang Pengelana (Nurel Javissyarqi)
Presiden Penyair
Proses Kreatif
Puisi
Puitik
Pujangga
PUstaka puJAngga
R. Ng. Ronggowarsito (1802-1873)
Rabindranath Tagore
Rainer Maria Rilke (1875-1926)
Realitas
Reuni Alumni 1991/1992 Mts Putra-Putri Simo
Revolusi
Revormasi
Richard Strauss (1864-1949)
Richard Wagner (1813-1883)
Rimsky-Korsakov (1844-1908)
Rindu
Robert Desnos (1900-1945)
Rosalía de Castro (1837-1885)
Ruang
Rumi
Sajak
Sakral
Santa Teresa (1515-1582)
Sapu Jagad
Sara Teasdale (1884-1933)
Sastra
SastraNESIA
Sayap-sayap Sembrani
Segenggam Debu di Langit
Sejarah
Self Portrait
Self Portrait Nurel Javissyarqi by Wawan Pinhole
Seni
Serikat Petani Lampung
Shadra
Sihar Ramses Simatupang
Sumpah Pemuda
Sungai
Surabaya
Suryanto Sastroatmodjo
Sutardji Calzoum Bachri
tas Sastra Mangkubumen (KSM)
Taufiq Wr. Hidayat
Telaga Sarangan
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Thales
Trilogi Kesadaran
Tubuh
Ujaran-ujaran Hidup Sang Pujangga
Universitas Jember
Waktu
Walter Savage Landor (1775-1864)
Wawan Pinhole
William Blake (1757-1827)
William Butler Yeats (1865-1939)
Wislawa Szymborska
Yasunari Kawabata (1899-1972)
Yayasan Hari Puisi Indonesia 2017
Yogyakarta
Yuja Wang
Yukio Mishima (1925-1970)
Zadie Smith (25 Oktober 1975 - )
Kitab Para Malaikat
- MUQADDIMAH: WAKTU DI SAYAP MALAIKAT, I – XXXIX
- MEMBUKA RAGA PADMI, I: I – XCIII
- HUKUM-HUKUM PECINTA, II: I – CXIII
- BAIT-BAIT PERSEMBAHAN, III: I – XCIII
- RUANG-RUANG MENGABADIKAN, IV: I – XCVIII
- MUSIK-TARIAN KEABADIAN, V: I – LXXIV
- DIRUAPI MALAM HARUM, VI: I – LXXVII
- KEINGINAN-KEINGINAN MULIA, VII: I – LXXXVII
- DI ATAS TANDU LANGITAN, VIII: I – CXXIII
- ANAK SUNGAI FILSAFAT, IX: I – CI
- SEKUNTUM BUNGA REVOLUSI, X: I- XCI
- PENAMPAKAN DOA SEMALAM, XI: I- CVI
- DUKA TANGIS BUSA, XII: I – CXVIII
- GELOMBANG MERAWAT PANTAI, XIII: I – CXI
- MENGEMBALIKAN NIAT SUCI, XIV: I – CIX
- PEMBANGUN DUNIA GANJIL, XV: I – XCIII
- SIANG TUBUH, MALAM JIWANYA, XVI: I – CXIII
- SECERCA CAHAYA KURNIA, XVII: I – CI
- TANAH KELAHIRAN MASA, XVIII: I – CXXVII
- RUANG-WAKTU PADAT, XIX: I – XC
- MUAKHIR; KESAKSIAN-KESAKSIAN, XX: I – CXXVI
- Mulanya
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (I)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (II)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (III)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (IV)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (V)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (VI)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (VII)
- Akhirnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar