Kamis, 08 Juli 2010

RINDU-INGATAN DUNIA PUITIS

Nurel Javissyarqi*

Rindu merupakan bentuk anganan yang kedalamannya ada kerja penggalian, mengeruk memori demi dihasilkan kepada tataran pengorganisasian ingatan. Atau rindu berdaya magnetik yang jangkauannya halus nun jauh sejenis gravitasi.

Namun kerinduan itu tidak dapat dibuat-buat serupa penciptaan magnit buatan, sebab dirinya berangkat dari daya gugah. Dan ingatan rindu sebagai pembentuk kesadaran akan hasrat menguasai. Yang lama-kelamaan bertambah hingga yang dirindukan menjadi realitas tersendiri, mendapati logika pengayaannya di kala menyampaikan tujuan.

Sangat logis setiap tanda dimaknai sebagai tahap tingkatan proses hayati, yang jabarannya sedari pengembangan asal terindukan. Ingatan sebagai sarana memasuki, sedangkan rindu melogikakan setiap lelapisan rasa, yang melahirkan sosok penentu logika.

Rindu ialah fitroh yang terbentuk melewati pendekatan paling halus, memiliki ikatan emosi di dalam merasai realitas masa depan. Dan insan akan mencapai derajat tertentu, sekumpulan waktu yang sanggup dirindukan. Jika menyetubuhi waktu-waktu intim; kehalusan masa menterjemahkan kesunyian dingin teramat genting.

Hal ini terangkat kalau merenungi ceruk penalaran lain, dengan menggali daya di bawah sadar penciptaan. Sejenis membangkitkan perasaan pembaca dengan kesungguhan -pernah. Rindu dan ingatan selalu beriring menjalani titah tuannya, memiliki kekayaan masing-masing yang saling melengkapi.

Tampilannya sejenis sugesti kepercayaan, keyakinan diri atas dirindukan di depan penalaran yang -nyambung. Pergumulan bathin mengelolah realitas-perasaan, atau kesadaran bersenggama antara data dan anganan.

Lebih jauh memasuki logika rasa dengan tangkapan telinga. Suara-suara terngiang, semisal membaca di kedalaman bathin menggema. Menciptakan kenangan yang turut menjadi fungsionalitas data.

Logikanya serba mungkin, tetapi kadang menangkapnya dengan porsi berbeda. Maka keraguan yang tampil di sana, suatu waktu menjelma penentu jika terus diberlakukan penelitian seksama. Keraguan menjelma kendala hadirnya kenangan, namun bisa juga berubah momok rindu jika melewati tahap-tahap yang sedang kasmaran.

Kerinduan itu hasrat penguasaan dalam, yang berkembang jika dirawat dengan kemampuan merasai, merayu muara waktu menuju jarak terdekat. Kerinduan menerjemahkan lelapisan kalbu, mengusap kekabutan masa, menyingkap gambaran bisu percakapan hening. Lalu memasuki wilayah paling sakral, saat dihadapkan yang dirindukan.

Pertemuan seolah mimpi atau kejadian lepas kendali, kalau tidak ditarik ulang dari mana datangnya. Lamat-lamat tidak menemukan, seumpama menangkap kabut, tak bisa menceritakan lebih. Atau sebuah maksud terimakasih yang tak dapat dikisahkan juah. Sebab ungkapannya begitu dalam, serupa rindu yang tengah tersampaikan, atas ketulusan merajai maksud tujuan.

Ini bukan kawasan sulit diterima, kala mengembangkan rindu demi masa-masa khusyuk. Yang seolah tidak bersambungan, tetapi mengetahui sejauh mana nafas-nafas ikhlas memberi-menerima. Rindu sebelum bertemu itu kebisuan, ingatan terkembang di garis kepayahan. Waktu-waktu lambat penuh perasaan, percepatan memori berkelebat, seolah tak berkaki kesadaran.

Di kedalaman tanah terkandung kepahitan, dingin menusuk hati hingga tak sanggup merasai. Ini rindu meluluh-lantangkan ingatan ke penguburan. Namun ketika angin perasaan tropis bertiup, rerumputan hidup kembali, seolah tak pernah terjadi kemarau panjang.

Dan perasaan perindu terus menyusuri jalan-jalan tiada ujung, kalau tidak meneguhkan niatan ulang, menyetiai sungguh yang terindukan. Lalu kuncup-kuncup bunga bermunculan, bersama nafas-nafas meniup kebahagiaan; kerinduan itu mata rantai kuat akan ingatan.

*) Pengelana 01, 09 Magelang-Lamongan.

Tidak ada komentar:

(1813-1883) Abdul Hadi W.M. Adelbert von Chamisso (1781-1838) Affandi Koesoema (1907–1990) Agama Para Bajingan Ajip Rosidi Akhmad Taufiq Albert Camus Alexander Sergeyevich Pushkin (1799–1837) Amy Lowell (1874-1925) Andong Buku #3 André Chénier (1762-1794) Andy Warhol Antologi Puisi Tunggal Sarang Ruh Anton Bruckner (1824 –1896) Apa & Siapa Penyair Indonesia Arthur Rimbaud (1854-1891) Arthur Schopenhauer (1788-1860) Arti Bumi Intaran Bahasa Bakat Balada-balada Takdir Terlalu Dini Bangsa Basoeki Abdullah (1915 -1993) Batas Pasir Nadi Beethoven Ben Okri Bentara Budaya Yogyakarta Berita Biografi Nurel Javissyarqi Budaya Buku Stensilan Bung Tomo Candi Prambanan Cantik Chairil Anwar Charles Baudelaire (1821-1867) Cover Buku Dami N. Toda Dante Alighieri (1265-1321) Dante Gabriel Rossetti (1828-1882) Denanyar Jombang Dendam Desa Dwi Pranoto Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eka Budianta Emily Dickinson (1830-1886) Esai Esai-esai Pelopor Pemberontakan Sejarah Kesusastraan Indonesia Feminisme Filsafat Forum Kajian Kebudayaan Hindis Yogyakarta Foto Lawas François Villon (1430-1480) Franz Schubert (1797-1828) Frederick Delius (1862-1934) Friedrich Nietzsche (1844-1900) Friedrich Schiller (1759-1805) G. J. Resink (1911-1997) Gabriela Mistral (1889-1957) Goethe Hallaj Hantu Hazrat Inayat Khan Henri de Régnier (1864-1936) Henry Lawson (1867-1922) Hermann Hesse Ichsa Chusnul Chotimah Identitas Iftitahur Rohmah Ignas Kleden Igor Stravinsky (1882-1971) Ilustrator Cover Sony Prasetyotomo Indonesia Ingatan Iqbal Ismiyati Mukarromah Javissyarqi Muhammada Johannes Brahms (1833-1897) John Keats (1795-1821) José de Espronceda (1808-1842) Joseph Maurice Ravel (1875 - 1937) Jostein Gaarder Kadipaten Kulon 49 c Kajian Budaya Semi Karya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kata-kata Mutiara Kausalitas Kedutaan Perancis Kegagalan Kegelisahan Kekuasaan Kemenyan Ken Angrok Kenyataan Kesadaran KH. M. Najib Muhammad Khalil Gibran (1883-1931) Kitab Para Malaikat Kitab Para Malaikat (Book of the Angels) Komunitas Deo Gratias Konsep Korupsi Kritik Sastra Kulya dalam Relung Filsafat Kumpulan Cahaya Rasa Ardhana Lintang Sastra Ludwig Tieck Luís Vaz de Camões Lupa Magetan Makna Maman S. Mahayana Marco Polo (1254-1324) Masa Depan Matahari Max Dauthendey (1867-1918) Media: Crayon on Paper MEMBONGKAR MITOS KESUSASTRAAN INDONESIA Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Michelangelo (1475-1564) Mimpi Minamoto Yorimasa (1106-1180) Mistik Mitos Modest Petrovich Mussorgsky (1839-1881) Mohammad Yamin Mojokerto Mozart Natural Nurel Javissyarqi Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pahlawan Pangeran Diponegoro Panggung Paul Valéry (1871-1945) PDS H.B. Jassin Pelantikan Soekarno sebagai Presiden R.I.S (17 Desember 1949) Pembangunan Pemberontak Pendapat Pengangguran Pengarang Penjajakan Penjarahan Penyair Penyair Tak Dikenal Peperangan Perang Percy Bysshe Shelley (1792–1822) Perkalian Pierre de Ronsard (1524-1585) PKI Plagiator Post-modern Potret Sang Pengelana (Nurel Javissyarqi) Presiden Penyair Proses Kreatif Puisi Puitik Pujangga PUstaka puJAngga R. Ng. Ronggowarsito (1802-1873) Rabindranath Tagore Rainer Maria Rilke (1875-1926) Realitas Reuni Alumni 1991/1992 Mts Putra-Putri Simo Revolusi Revormasi Richard Strauss (1864-1949) Richard Wagner (1813-1883) Rimsky-Korsakov (1844-1908) Rindu Robert Desnos (1900-1945) Rosalía de Castro (1837-1885) Ruang Rumi Sajak Sakral Santa Teresa (1515-1582) Sapu Jagad Sara Teasdale (1884-1933) Sastra SastraNESIA Sayap-sayap Sembrani Segenggam Debu di Langit Sejarah Self Portrait Self Portrait Nurel Javissyarqi by Wawan Pinhole Seni Serikat Petani Lampung Shadra Sihar Ramses Simatupang Sumpah Pemuda Sungai Surabaya Suryanto Sastroatmodjo Sutardji Calzoum Bachri tas Sastra Mangkubumen (KSM) Taufiq Wr. Hidayat Telaga Sarangan Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Thales Trilogi Kesadaran Tubuh Ujaran-ujaran Hidup Sang Pujangga Universitas Jember Waktu Walter Savage Landor (1775-1864) Wawan Pinhole William Blake (1757-1827) William Butler Yeats (1865-1939) Wislawa Szymborska Yasunari Kawabata (1899-1972) Yayasan Hari Puisi Indonesia 2017 Yogyakarta Yuja Wang Yukio Mishima (1925-1970) Zadie Smith (25 Oktober 1975 - )