Kamis, 08 Juli 2010

PUNCAK PERKALIAN DUNIA PUISI

Nurel Javissyarqi*

Saat insan menemukan kesadarannya dalam kepungan kabut menyelimuti jiwa, dirinya merangkak menghindari keterbenturan, sebab belum mampu menegakkan keyakinan.

Namun semakin lama bersanggup menguasai kedalaman gamang, menarik satu-persatu pengertian, lalu dikumpulkannya menjadi bulir-bulir kepastian, sebagai temuan dirinya paling awal.

Perasaan pertama, logika awal, menjadi kembang asosiasi identitas dalam kelembagaan kesadarannya yang lebih menyegarkan. Sebab pada dasarnya, insan senantiasa haus segala, memperturutkan kekurangan bagi tetambahan.

Kemungkinan berjembatan, meneruskan langkah setelah cukup istirah. Ikatan bathin dirinya kepada lingkungan akan memperjelas tahap-tahap kesadaran, tangga menuntun pelajaran waktu demi kajian lebih dalam.

Menarik ulung perkiraan untuk menemukan kejituan, diharuskan menggagalkan keraguan yang menghantui dirinya. Meski kadang keraguan itu sanggup menentukan perbaikan, orang-orang menyebutnya latihan.

Dunia kemungkinan itu melemparkan jala ke segenap penjuru, seluas tenaganya merangkum balik gagasan, dan jawaban yang beredar atas pantulan keyakinan kemarin. Ini gegaris kejelasan, setelah lama melototi kemungkinan menjadi realitas masa depan.

Istirahnya tubuh bukan berarti berhentinya meneliti, namun merasai tugas pelahan sepenuh hitungan. Sebab penguasaan ruang-waktu kehidupan, sangat diperlukan untuk memperjelas yang disuntuki. Di mana sikap santai menguasai keadaan, kewajaran dengan diciptakannya kemungkinan lain.

Dan kabut gelap lama-kelamaan meningkatkan gumpalan embun paling bening, di sini berbicara ruang sekitar yang serba menjadi. Al-hasil, pelajaran jarak atau kedudukan di suatu sudut penelitian, juga menjadikan warna gagasan.

Bersebutlah yang berhias menawan tempat duduk yang kerap berubah, atas letak benda dari jarak pandang yang ditentukan kesadaran penerimaan maupun penolakan, yang berupa sangkalan atau pun persetujuan dalam kinerja lanjutan.

Kajian ini bukan mempersiapkan agar nafas panjang di suatu panggung, tapi bagaimana keluar-masuknya nafas bermanfaat, membuka kemungkinan lebih berarti, dan pada gilirannya mengokohkan di setingkap wacana.

Atau rangkuman dari prosesi perkembangan yang tidak terpecah, keluar dari asosiasi kesadaran, tetapi memberi wahana lain yang suatu saat menuntut jatah.

Saya rasa, membangun kemungkinan itu menciptakan ketaksadaran bagi saksi kehadiran umum, menuju dunia yang serba baru. Kata-kata yang terlontar dari himpunan daya duga yang seolah tak terkendali, semisal: “Perahu-perahu yang memadati peradaban pasar nelayan.”

Kalimah tersebut terlontar begitu saja dari benak, lalu saya tuliskan di selembar kertas. Semula kata-kata itu ingin saya pergunakan sebagai letupan awal penciptaan puisi.

Namun entah saya pergunakan begitu saja seperti sekarang, pembuka atau sekadar bertanya. Padahal keberangkatannya dari gagasan realis yang mengakar. Apakah ini disebut melontarkan gagasan, tetapi tidak sanggup menguasai rentetan anatominya?

Puisi bukan tidak memperturutkan gagasan semula, namun berulangkali menggagalkan kesadaran awal, demi pecahnya kulit dalam sebentuk rangkaian penuh makna.

Kalimah yang terjatuh saat membawa kesadaran, tubuh berhadap wacana lingkungan. Dan pandangan memberi kesaksian pertama, sebelum yang terdalam mengurai persetujuannya.

Kesaksian pertama belum tentu menjadi saksi utama, sebab pengembangan kemungkinan bisa paripurna, jika peredarannya mengikuti naluri, yang telah terpecahkan situasinya.

Mekarnya bunga semacam menumbuhkan nilai tambah, namun bukan berarti perkalian, sebab keadaan perkalian itu menyerupai hilangannya identitas, sedangkan penambahan itu yang merangkum beberapa identitas dengan hasil jumlah.

Namun tidak lantas meninggalkan cara perkalian, jika perangkat logikanya semakin tangguh memiliki daya simpan yang ampuh. Maka perkalian bisa dilaksanakan, demi mendekap realitas. Atau jumlah yang diinginkan itu menemukan standarisasi logika kesadarannya.

*) Pengelana asal Lamongan, 09. 16 Mei 2006.

Tidak ada komentar:

(1813-1883) Abdul Hadi W.M. Adelbert von Chamisso (1781-1838) Affandi Koesoema (1907–1990) Agama Para Bajingan Ajip Rosidi Akhmad Taufiq Albert Camus Alexander Sergeyevich Pushkin (1799–1837) Amy Lowell (1874-1925) Andong Buku #3 André Chénier (1762-1794) Andy Warhol Antologi Puisi Tunggal Sarang Ruh Anton Bruckner (1824 –1896) Apa & Siapa Penyair Indonesia Arthur Rimbaud (1854-1891) Arthur Schopenhauer (1788-1860) Arti Bumi Intaran Bahasa Bakat Balada-balada Takdir Terlalu Dini Bangsa Basoeki Abdullah (1915 -1993) Batas Pasir Nadi Beethoven Ben Okri Bentara Budaya Yogyakarta Berita Biografi Nurel Javissyarqi Budaya Buku Stensilan Bung Tomo Candi Prambanan Cantik Chairil Anwar Charles Baudelaire (1821-1867) Cover Buku Dami N. Toda Dante Alighieri (1265-1321) Dante Gabriel Rossetti (1828-1882) Denanyar Jombang Dendam Desa Dwi Pranoto Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eka Budianta Emily Dickinson (1830-1886) Esai Esai-esai Pelopor Pemberontakan Sejarah Kesusastraan Indonesia Feminisme Filsafat Forum Kajian Kebudayaan Hindis Yogyakarta Foto Lawas François Villon (1430-1480) Franz Schubert (1797-1828) Frederick Delius (1862-1934) Friedrich Nietzsche (1844-1900) Friedrich Schiller (1759-1805) G. J. Resink (1911-1997) Gabriela Mistral (1889-1957) Goethe Hallaj Hantu Hazrat Inayat Khan Henri de Régnier (1864-1936) Henry Lawson (1867-1922) Hermann Hesse Ichsa Chusnul Chotimah Identitas Iftitahur Rohmah Ignas Kleden Igor Stravinsky (1882-1971) Ilustrator Cover Sony Prasetyotomo Indonesia Ingatan Iqbal Ismiyati Mukarromah Javissyarqi Muhammada Johannes Brahms (1833-1897) John Keats (1795-1821) José de Espronceda (1808-1842) Joseph Maurice Ravel (1875 - 1937) Jostein Gaarder Kadipaten Kulon 49 c Kajian Budaya Semi Karya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kata-kata Mutiara Kausalitas Kedutaan Perancis Kegagalan Kegelisahan Kekuasaan Kemenyan Ken Angrok Kenyataan Kesadaran KH. M. Najib Muhammad Khalil Gibran (1883-1931) Kitab Para Malaikat Kitab Para Malaikat (Book of the Angels) Komunitas Deo Gratias Konsep Korupsi Kritik Sastra Kulya dalam Relung Filsafat Kumpulan Cahaya Rasa Ardhana Lintang Sastra Ludwig Tieck Luís Vaz de Camões Lupa Magetan Makna Maman S. Mahayana Marco Polo (1254-1324) Masa Depan Matahari Max Dauthendey (1867-1918) Media: Crayon on Paper MEMBONGKAR MITOS KESUSASTRAAN INDONESIA Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Michelangelo (1475-1564) Mimpi Minamoto Yorimasa (1106-1180) Mistik Mitos Modest Petrovich Mussorgsky (1839-1881) Mohammad Yamin Mojokerto Mozart Natural Nurel Javissyarqi Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pahlawan Pangeran Diponegoro Panggung Paul Valéry (1871-1945) PDS H.B. Jassin Pelantikan Soekarno sebagai Presiden R.I.S (17 Desember 1949) Pembangunan Pemberontak Pendapat Pengangguran Pengarang Penjajakan Penjarahan Penyair Penyair Tak Dikenal Peperangan Perang Percy Bysshe Shelley (1792–1822) Perkalian Pierre de Ronsard (1524-1585) PKI Plagiator Post-modern Potret Sang Pengelana (Nurel Javissyarqi) Presiden Penyair Proses Kreatif Puisi Puitik Pujangga PUstaka puJAngga R. Ng. Ronggowarsito (1802-1873) Rabindranath Tagore Rainer Maria Rilke (1875-1926) Realitas Reuni Alumni 1991/1992 Mts Putra-Putri Simo Revolusi Revormasi Richard Strauss (1864-1949) Richard Wagner (1813-1883) Rimsky-Korsakov (1844-1908) Rindu Robert Desnos (1900-1945) Rosalía de Castro (1837-1885) Ruang Rumi Sajak Sakral Santa Teresa (1515-1582) Sapu Jagad Sara Teasdale (1884-1933) Sastra SastraNESIA Sayap-sayap Sembrani Segenggam Debu di Langit Sejarah Self Portrait Self Portrait Nurel Javissyarqi by Wawan Pinhole Seni Serikat Petani Lampung Shadra Sihar Ramses Simatupang Sumpah Pemuda Sungai Surabaya Suryanto Sastroatmodjo Sutardji Calzoum Bachri tas Sastra Mangkubumen (KSM) Taufiq Wr. Hidayat Telaga Sarangan Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Thales Trilogi Kesadaran Tubuh Ujaran-ujaran Hidup Sang Pujangga Universitas Jember Waktu Walter Savage Landor (1775-1864) Wawan Pinhole William Blake (1757-1827) William Butler Yeats (1865-1939) Wislawa Szymborska Yasunari Kawabata (1899-1972) Yayasan Hari Puisi Indonesia 2017 Yogyakarta Yuja Wang Yukio Mishima (1925-1970) Zadie Smith (25 Oktober 1975 - )