Nurel Javissyarqi
http://pustakapujangga.com/
R. Ng. Ronggowarsito (15 Mar 1802 - 24 Des 1873), Bagus Burham nama kecilnya. Sang pemilik jiwa waskito;
nasibnya menyerupai batuan kali dijadikan jalan, bebatuan krucuk yang dipukuli, sebelum dibangun tempat berteduh.
Menerima waktu-waktu kebodohan diri, menguliti bathin menemukan kebuntuan hingga mempuni.
Seorang pujangga menangkap rintihan pertiwi, berdendang angin bermusik hewan-gemewan.
Mentaati perubahan masa-masa pelajaran, ke tapal batas pengetahuan, demi menjejakkan kaki di padang pengembaraan.
Dalam usia lima tahun, dididik Tanujaya memasuki lorong alam gaib, memperoleh pengalaman di balik wujud kebendaan.
Yang tampak tersenyum tidak segelora dada, pula kebencian tiada sanggup diukur sampiran kalimah.
Di sini hati timbangannya, meraup tempaan demi tempaan, tidak silap pandangan mata-mata sekilas.
Menginjak umur dua belas tahun, beserta Tanujaya menuju Tegalsari, Jetis, Ponorogo. Demi menimba keilmuan agama kepada Imam Besari.
Namun dasar anak bangsawan, menganggap remeh perjalanan nasib, seolah telah melihat kegemilangan akan takdir di hari kemudian.
Yang diperbuat di Gebang Tinatar, tidak sesuai harapan kakeknya R. T. Sastonagoro. Tak mau mengaji, namun beradu ayam jantan berjudi.
Berfoya-foya serta akrab para warok, bandit, begal sebangsanya. Ya, seorang keturunan darah biru, tergilas tipu daya keduniawian.
Bathin Besari sungguhlah letih, dan suatu masa bersama Tanujaya diusir dari Tegalsari. Berbalik ke Surakarta tak mungkin, sebab belum peroleh keilmuan sama sekali.
Berjalanlah mereka ke Madiun untuk menimba budhi pekerti di kota Kediri. Namun sebaik insan merencanakan, Tuhanlah menentukan.
Kesedihan Burham dari pengusiran, mempengaruhi alam raya; geramnya melayukan bunga-bunga. Air matanya membekukan masa, menjelma kutukan tidak disengaja.
Sang Imam pun merasakan dalam mimpi, maka sebelum sampai Kediri, disuruhnya pulang lewat seorang utusan, untuk kembali ke Tegalsari.
Tetapi Burhan tetap bengal, hingga umpat kyai menggelegar. Bathinnya bersedih, tertunduk pasrah menghadap Ilahi, bersimpuh menginsafi kebodohannya selama ini.
Datanglah Tanujaya menghibur kepiluannya; bahwa seorang berdarah biru takkan peroleh keilmuan tinggi, kecuali bertirakat terlebih dulu.
Seketika itu Burham melangkahkan kaki, bertapa di kali Keyang tepatnya Kedung Watu. Selama 41 hari tidak makan nasi, seharian hanya sebuah pisang atas kerendahan hati.
Malam terakhir tirakatnya. Turunlah cahaya kapujanggaan, pada periuk menjelma ikan matang, bersama bubur yang ditanak Tanujaya dari padepokan Besari.
Selepas itu berubahlah sikapnya, rajin mengaji pandai berkhotbah, seolah mendapati ilmu laduni, sehingga sang Imam menyebutnya Bagus Ilham.
Kabar ini tersiar sampai pelosok Ponorogo, Tuhan berkehendak atas usaha manusia;
kepedihan, penderitaan, mematangkan lelaku. Purnalah sebulan sabit purnama, pulang mereka ke Surakarta.
Kemudia hari menikahi R. A. Gombak, putri Kanjeng Adipati Cakraningrat, Bupati Kediri.
Namun dirasa keilmuanya belum tuntas, kembaralah ke Banyuwangi, dilanjutkan ke Giri menuju Tabanan Bali, kepada seorang waskito bijaksana, ki Ajar Sidalaku.
Dari sanalah peroleh keilmuan Serat Rama Dewa, Bimasuci, Baratayudha, Dharmasarana, serta buku paramasastra Budha lainnya.
Di bawah inilah rekamanku, mengenai kali Keyang Kedung Watu. Saat menelusuri jejak-jejak sang Pujangga di desa Tegalsari, Jetis, Ponorogo, Jawa Timur:
PERCAKAPAN DI KALI KEYANG
Gemericik arus sungai melantunkan fatwa
membawa ketenangan pejalan kaki
langkah demi langkah
daun-daun melambai
terdengar air membisik pada angin
serpihan cahaya matahari
menerobos dedahan.
Menyusuri bibir kali bersimpan kesaksian
ikan-ikan mungil berlomba melawan arus
demi kesenangan tiada tara.
Tak seharusnya berlalu
sebelum menapak tilas kebenaran sejarah
jasad bersentuh sukma di ketinggian uap
was-was dan ketakutan membumbung.
Kali Keyang Tegalsari
tak sejengkal membisu arusmu
terus menjelajahi lika-liku kehidupan
sampai ujung tlatah peraduan:
Apakah di sana
lenyapnya muara kedamaian?
Wahai tuanku, Ronggowarsito.
2002, Lamongan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
(1813-1883)
Abdul Hadi W.M.
Adelbert von Chamisso (1781-1838)
Affandi Koesoema (1907–1990)
Agama Para Bajingan
Ajip Rosidi
Akhmad Taufiq
Albert Camus
Alexander Sergeyevich Pushkin (1799–1837)
Amy Lowell (1874-1925)
Andong Buku #3
André Chénier (1762-1794)
Andy Warhol
Antologi Puisi Tunggal Sarang Ruh
Anton Bruckner (1824 –1896)
Apa & Siapa Penyair Indonesia
Arthur Rimbaud (1854-1891)
Arthur Schopenhauer (1788-1860)
Arti Bumi Intaran
Bahasa
Bakat
Balada-balada Takdir Terlalu Dini
Bangsa
Basoeki Abdullah (1915 -1993)
Batas Pasir Nadi
Beethoven
Ben Okri
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Biografi Nurel Javissyarqi
Budaya
Buku Stensilan
Bung Tomo
Candi Prambanan
Cantik
Chairil Anwar
Charles Baudelaire (1821-1867)
Cover Buku
Dami N. Toda
Dante Alighieri (1265-1321)
Dante Gabriel Rossetti (1828-1882)
Denanyar Jombang
Dendam
Desa
Dwi Pranoto
Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra
Eka Budianta
Emily Dickinson (1830-1886)
Esai
Esai-esai Pelopor Pemberontakan Sejarah Kesusastraan Indonesia
Feminisme
Filsafat
Forum Kajian Kebudayaan Hindis Yogyakarta
Foto Lawas
François Villon (1430-1480)
Franz Schubert (1797-1828)
Frederick Delius (1862-1934)
Friedrich Nietzsche (1844-1900)
Friedrich Schiller (1759-1805)
G. J. Resink (1911-1997)
Gabriela Mistral (1889-1957)
Goethe
Hallaj
Hantu
Hazrat Inayat Khan
Henri de Régnier (1864-1936)
Henry Lawson (1867-1922)
Hermann Hesse
Ichsa Chusnul Chotimah
Identitas
Iftitahur Rohmah
Ignas Kleden
Igor Stravinsky (1882-1971)
Ilustrator Cover Sony Prasetyotomo
Indonesia
Ingatan
Iqbal
Ismiyati Mukarromah
Javissyarqi Muhammada
Johannes Brahms (1833-1897)
John Keats (1795-1821)
José de Espronceda (1808-1842)
Joseph Maurice Ravel (1875 - 1937)
Jostein Gaarder
Kadipaten Kulon 49 c
Kajian Budaya Semi
Karya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kata-kata Mutiara
Kausalitas
Kedutaan Perancis
Kegagalan
Kegelisahan
Kekuasaan
Kemenyan
Ken Angrok
Kenyataan
Kesadaran
KH. M. Najib Muhammad
Khalil Gibran (1883-1931)
Kitab Para Malaikat
Kitab Para Malaikat (Book of the Angels)
Komunitas Deo Gratias
Konsep
Korupsi
Kritik Sastra
Kulya dalam Relung Filsafat
Kumpulan Cahaya Rasa Ardhana
Lintang Sastra
Ludwig Tieck
Luís Vaz de Camões
Lupa
Magetan
Makna
Maman S. Mahayana
Marco Polo (1254-1324)
Masa Depan
Matahari
Max Dauthendey (1867-1918)
Media: Crayon on Paper
MEMBONGKAR MITOS KESUSASTRAAN INDONESIA
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Michelangelo (1475-1564)
Mimpi
Minamoto Yorimasa (1106-1180)
Mistik
Mitos
Modest Petrovich Mussorgsky (1839-1881)
Mohammad Yamin
Mojokerto
Mozart
Natural
Nurel Javissyarqi
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pahlawan
Pangeran Diponegoro
Panggung
Paul Valéry (1871-1945)
PDS H.B. Jassin
Pelantikan Soekarno sebagai Presiden R.I.S (17 Desember 1949)
Pembangunan
Pemberontak
Pendapat
Pengangguran
Pengarang
Penjajakan
Penjarahan
Penyair
Penyair Tak Dikenal
Peperangan
Perang
Percy Bysshe Shelley (1792–1822)
Perkalian
Pierre de Ronsard (1524-1585)
PKI
Plagiator
Post-modern
Potret Sang Pengelana (Nurel Javissyarqi)
Presiden Penyair
Proses Kreatif
Puisi
Puitik
Pujangga
PUstaka puJAngga
R. Ng. Ronggowarsito (1802-1873)
Rabindranath Tagore
Rainer Maria Rilke (1875-1926)
Realitas
Reuni Alumni 1991/1992 Mts Putra-Putri Simo
Revolusi
Revormasi
Richard Strauss (1864-1949)
Richard Wagner (1813-1883)
Rimsky-Korsakov (1844-1908)
Rindu
Robert Desnos (1900-1945)
Rosalía de Castro (1837-1885)
Ruang
Rumi
Sajak
Sakral
Santa Teresa (1515-1582)
Sapu Jagad
Sara Teasdale (1884-1933)
Sastra
SastraNESIA
Sayap-sayap Sembrani
Segenggam Debu di Langit
Sejarah
Self Portrait
Self Portrait Nurel Javissyarqi by Wawan Pinhole
Seni
Serikat Petani Lampung
Shadra
Sihar Ramses Simatupang
Sumpah Pemuda
Sungai
Surabaya
Suryanto Sastroatmodjo
Sutardji Calzoum Bachri
tas Sastra Mangkubumen (KSM)
Taufiq Wr. Hidayat
Telaga Sarangan
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Thales
Trilogi Kesadaran
Tubuh
Ujaran-ujaran Hidup Sang Pujangga
Universitas Jember
Waktu
Walter Savage Landor (1775-1864)
Wawan Pinhole
William Blake (1757-1827)
William Butler Yeats (1865-1939)
Wislawa Szymborska
Yasunari Kawabata (1899-1972)
Yayasan Hari Puisi Indonesia 2017
Yogyakarta
Yuja Wang
Yukio Mishima (1925-1970)
Zadie Smith (25 Oktober 1975 - )
Kitab Para Malaikat
- MUQADDIMAH: WAKTU DI SAYAP MALAIKAT, I – XXXIX
- MEMBUKA RAGA PADMI, I: I – XCIII
- HUKUM-HUKUM PECINTA, II: I – CXIII
- BAIT-BAIT PERSEMBAHAN, III: I – XCIII
- RUANG-RUANG MENGABADIKAN, IV: I – XCVIII
- MUSIK-TARIAN KEABADIAN, V: I – LXXIV
- DIRUAPI MALAM HARUM, VI: I – LXXVII
- KEINGINAN-KEINGINAN MULIA, VII: I – LXXXVII
- DI ATAS TANDU LANGITAN, VIII: I – CXXIII
- ANAK SUNGAI FILSAFAT, IX: I – CI
- SEKUNTUM BUNGA REVOLUSI, X: I- XCI
- PENAMPAKAN DOA SEMALAM, XI: I- CVI
- DUKA TANGIS BUSA, XII: I – CXVIII
- GELOMBANG MERAWAT PANTAI, XIII: I – CXI
- MENGEMBALIKAN NIAT SUCI, XIV: I – CIX
- PEMBANGUN DUNIA GANJIL, XV: I – XCIII
- SIANG TUBUH, MALAM JIWANYA, XVI: I – CXIII
- SECERCA CAHAYA KURNIA, XVII: I – CI
- TANAH KELAHIRAN MASA, XVIII: I – CXXVII
- RUANG-WAKTU PADAT, XIX: I – XC
- MUAKHIR; KESAKSIAN-KESAKSIAN, XX: I – CXXVI
- Mulanya
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (I)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (II)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (III)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (IV)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (V)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (VI)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (VII)
- Akhirnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar