Sabtu, 20 Maret 2010

G. J. Resink (1911-1997) di Kaliurang, Yogyakarta

Nurel Javissyarqi
http://pustakapujangga.com/

SULING DI KALIURANG
G. J. Resink

Seruas bambu merintih tinggi
semata-mata untuk rembulan,
yang nun di Timur, dari tepi
di balik lapis kejauhan,
dekat Klaten kira-kira,
mengambang: bunga-kemerahan
disepuh rintih seruling duka.

Telah lemas nafas bunyi ini;
rongga jiwa memuput isi
dan pada hembus penghabisan,
putih dan tinggi tegun rembulan
di atas kawah gemerlapan
karena gunung mengirai api.

Semua istirah malam ini,
sampai bulan pagi pelan
berdiri ditumpuk pegunungan,
dimana Borobudur setumpak maja

Lalu lurah pun berbegas kemari
dari desa di kejauhan
dan rusuh tergores pada mukanya,
kala ia berkata: “Ada bayi
mati semalam. Demikian
konon kabarnya.”

Gertrudes Johan Resink, lahir di Yogyakarta 1911, dari keturunan Belanda dan Jawa. Belajar di Sekolah Tinggi Hukum, Batavia. Tahun 1947 sebagai Guru Besar Hukum Tatanegara. Setelah penyerahan kedaulatan 1949, masuk kewarganegaraan RI. Di tahun 1950 menjadi guru besar sejarah modern, sejarah diplomasi, selain mengajar Hukum Internasional UI. Dalam dunia sastra Belanda dikenal sebagai penyair. Berhubungan kesusasteraan Indonesia sejak jaman Pujangga Baru dan Angkatan 45. Resink tertarik pengarang Inggris keturunan Polandia, Joseph Conrad (1857-1924) yang pernah berlayar di perairan Nusantara. Profesor lajang sampai akhir hayat ini memperhatikan seniman asal Prancis, Claude Debussy (1962-1918) yang memperkenalkan nada musik Jawa dalam komposisi musiknya. Sajaknya termuat di majalah De Fakkel dan Orientatie terbitan Indonesia, juga sering menulis di De nieuwe stem. Pada Vrij Nederland, terbit sajaknya bertitel Breuklijnen. Resink meninggal di Jakarta 1997. {dari buku Puisi Dunia, jilid II, susunan M. Taslim Ali, Balai Pustaka, 1952}
***

Aku bayangkan kejadian di ubun-ubun Resink, kala menuliskan sajak itu. Maka izinkan diriku mengarunginya:

Pepohonan bambu menjulang tinggi di Kaliurang tengah malam. Jemari dedaunannya menari-nari, penuh derita merintih.

Menyayat-nyayat bayangan. Hanya kepada bulan, pekabaran kembang di kejauhan, diantarkan angin membawa perasaan dalam.

Ada ikatan nasib bathin insan bersatuan gayuh dinaya, meresap melalui kaki-kaki tegak bersaksi, mendenyut-denyut ke aliran sungai alam pertiwi.

Kejelasan firasat purna dalam jiwa, keakraban memenuhi muara makna. Mengurai pengertian sejumlah penggalan kata. Menyiratkan keayuannya khasana puitika ke pelbagai bahasa.

Nafas-nafas bencah tanah air berhembusan keluar masuk, melewati hidung serta mulut anak-akaknya.

Pengabdian tulus membawakan bunyi-bunyi langgam budaya, menuju lereng lembah keadaban. Mendaki jalan berliku perbedaan pemahaman.

Tebing-tebing curam perseteruan dilalui, sekabut penalaran menanjaki dataran tinggi pengetahuan.

Sampailah puncak peradaban, keilmuan berbaur dinaungi bulan memancarkan cahaya hikmah, atas persuntingan nilai-nilai dalam kawah candradimuka.

Pergolakan serta benturan faham menandaskan jaman kian matang, atau terpuruk di jurang pertikaian perang.

Takkan pernah lekang dari muka bumi semakin merentah, menuju kehancuran umat manusia.

Ada bangsa begitu tinggi peradabannya, pula ada sedang. Ada jaman agung pencapaiannya, pun ada sekadar, atau malah merosot menerjuni kejahiliaan.

Pastinya pesona gemerlap kian semarak, namun membuyarkan keadiluhungan bathin sebelumnya.

Ada nan tergerus manakala usia menua; ketakjelasan pandang diartikan universal. Kesilapan dimaknai percepatan perubahan. Lantas kelupaan difahami puncak pencapaian.

Pada dasarnya tidak saling akrab mengenal, manakala kepentingan pribadi jauh diutamakan, sedari kebaikan melestarikan warisan nenek moyang.

Tampak masa depan benar-benar kelam, sehitam mendung menggantung di ubun-ubun pegunungan. Saat hujan deras membanjir, meledakkan untahan lahar dari kawah mendidih.

Benturan batu-batu meremuk. Kilat sambaran petir halilintar mengamuk sebadai debu, menumbangkan pohon-pohon pemikiran.

Nurani alam berontak tak terkendali. Bukan ujian tapi petaka, atas ulah tangan manusia sendiri yang terbuai nikmat duniawi.

Hingga lupa pencarian jadi diri, tangisannya sebentar gerimis. Kesedihan sebatas benda-benda, tentu sulit ditemukan jalan kembali.

Dan tiupan seruling bambu menandaskan kehakikian hayati, kepada kedalaman hati sanubari.

Tidak ada komentar:

(1813-1883) Abdul Hadi W.M. Adelbert von Chamisso (1781-1838) Affandi Koesoema (1907–1990) Agama Para Bajingan Ajip Rosidi Akhmad Taufiq Albert Camus Alexander Sergeyevich Pushkin (1799–1837) Amy Lowell (1874-1925) Andong Buku #3 André Chénier (1762-1794) Andy Warhol Antologi Puisi Tunggal Sarang Ruh Anton Bruckner (1824 –1896) Apa & Siapa Penyair Indonesia Arthur Rimbaud (1854-1891) Arthur Schopenhauer (1788-1860) Arti Bumi Intaran Bahasa Bakat Balada-balada Takdir Terlalu Dini Bangsa Basoeki Abdullah (1915 -1993) Batas Pasir Nadi Beethoven Ben Okri Bentara Budaya Yogyakarta Berita Biografi Nurel Javissyarqi Budaya Buku Stensilan Bung Tomo Candi Prambanan Cantik Chairil Anwar Charles Baudelaire (1821-1867) Cover Buku Dami N. Toda Dante Alighieri (1265-1321) Dante Gabriel Rossetti (1828-1882) Denanyar Jombang Dendam Desa Dwi Pranoto Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eka Budianta Emily Dickinson (1830-1886) Esai Esai-esai Pelopor Pemberontakan Sejarah Kesusastraan Indonesia Feminisme Filsafat Forum Kajian Kebudayaan Hindis Yogyakarta Foto Lawas François Villon (1430-1480) Franz Schubert (1797-1828) Frederick Delius (1862-1934) Friedrich Nietzsche (1844-1900) Friedrich Schiller (1759-1805) G. J. Resink (1911-1997) Gabriela Mistral (1889-1957) Goethe Hallaj Hantu Hazrat Inayat Khan Henri de Régnier (1864-1936) Henry Lawson (1867-1922) Hermann Hesse Ichsa Chusnul Chotimah Identitas Iftitahur Rohmah Ignas Kleden Igor Stravinsky (1882-1971) Ilustrator Cover Sony Prasetyotomo Indonesia Ingatan Iqbal Ismiyati Mukarromah Javissyarqi Muhammada Johannes Brahms (1833-1897) John Keats (1795-1821) José de Espronceda (1808-1842) Joseph Maurice Ravel (1875 - 1937) Jostein Gaarder Kadipaten Kulon 49 c Kajian Budaya Semi Karya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kata-kata Mutiara Kausalitas Kedutaan Perancis Kegagalan Kegelisahan Kekuasaan Kemenyan Ken Angrok Kenyataan Kesadaran KH. M. Najib Muhammad Khalil Gibran (1883-1931) Kitab Para Malaikat Kitab Para Malaikat (Book of the Angels) Komunitas Deo Gratias Konsep Korupsi Kritik Sastra Kulya dalam Relung Filsafat Kumpulan Cahaya Rasa Ardhana Lintang Sastra Ludwig Tieck Luís Vaz de Camões Lupa Magetan Makna Maman S. Mahayana Marco Polo (1254-1324) Masa Depan Matahari Max Dauthendey (1867-1918) Media: Crayon on Paper MEMBONGKAR MITOS KESUSASTRAAN INDONESIA Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Michelangelo (1475-1564) Mimpi Minamoto Yorimasa (1106-1180) Mistik Mitos Modest Petrovich Mussorgsky (1839-1881) Mohammad Yamin Mojokerto Mozart Natural Nurel Javissyarqi Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pahlawan Pangeran Diponegoro Panggung Paul Valéry (1871-1945) PDS H.B. Jassin Pelantikan Soekarno sebagai Presiden R.I.S (17 Desember 1949) Pembangunan Pemberontak Pendapat Pengangguran Pengarang Penjajakan Penjarahan Penyair Penyair Tak Dikenal Peperangan Perang Percy Bysshe Shelley (1792–1822) Perkalian Pierre de Ronsard (1524-1585) PKI Plagiator Post-modern Potret Sang Pengelana (Nurel Javissyarqi) Presiden Penyair Proses Kreatif Puisi Puitik Pujangga PUstaka puJAngga R. Ng. Ronggowarsito (1802-1873) Rabindranath Tagore Rainer Maria Rilke (1875-1926) Realitas Reuni Alumni 1991/1992 Mts Putra-Putri Simo Revolusi Revormasi Richard Strauss (1864-1949) Richard Wagner (1813-1883) Rimsky-Korsakov (1844-1908) Rindu Robert Desnos (1900-1945) Rosalía de Castro (1837-1885) Ruang Rumi Sajak Sakral Santa Teresa (1515-1582) Sapu Jagad Sara Teasdale (1884-1933) Sastra SastraNESIA Sayap-sayap Sembrani Segenggam Debu di Langit Sejarah Self Portrait Self Portrait Nurel Javissyarqi by Wawan Pinhole Seni Serikat Petani Lampung Shadra Sihar Ramses Simatupang Sumpah Pemuda Sungai Surabaya Suryanto Sastroatmodjo Sutardji Calzoum Bachri tas Sastra Mangkubumen (KSM) Taufiq Wr. Hidayat Telaga Sarangan Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Thales Trilogi Kesadaran Tubuh Ujaran-ujaran Hidup Sang Pujangga Universitas Jember Waktu Walter Savage Landor (1775-1864) Wawan Pinhole William Blake (1757-1827) William Butler Yeats (1865-1939) Wislawa Szymborska Yasunari Kawabata (1899-1972) Yayasan Hari Puisi Indonesia 2017 Yogyakarta Yuja Wang Yukio Mishima (1925-1970) Zadie Smith (25 Oktober 1975 - )