Nurel Javissyarqi
http://pustakapujangga.com/
Waktunya aku mencium karya dari seorang tak bernama atau tiada mengenali. Aku dapati dari buku Puisi Dunia, jilid I, susunan M. Taslim Ali, Balai Pustaka, 1952. Sebab tulisan di sana memakai ejaan lama, maka aku gubah lewat ejaan yang kupergunakan kini. Di bawah ini puisi PENYAIR TAK DIKENAL asal Yugoslavia:
KORDONU
Di Kordonu di padang bata,
Ibu mencari mayat anaknya.
Demi berjumpa, di atas kubur ia
Tunduk berkata pada anaknya.
O anakku, biji mata ibunda,
Remajamu dulu kemana penyapnya?
Ayahmu menangis, ibu meratap,
Semoga sudi kuburmu menyingkap.
Dan kubur tiba-tiba terbuka,
Si anak bicara dengan bundanya:
Bundaku sayang, hentikan keluh,
beban tangismu berat bagiku.
Lebih berat ratap-tangismu
Daripada tanah hitam itu.
Ibu, pergilah, sudilah pulang.
Jangan kuburku ibu risaukan.
Ibu, sampaikan kepada rakyat
Supaya berjuang agar merdeka.
***
Sungguh kental darah juang penyair tak dikenal. Tubuh jiwa terpatri, kata demi kata menandaskan hidup memberat.
Tetes-tetes keringat dentingan logam di tanah pekuburan. Perang atas peperangan hidup, di antara kembang hayat muslihat.
Kepahitan mengenyangkan dirinya tabah sampai padang bata. Mayat-mayat tersungkur, burung-burung bangkai berpesta. Nyawa melayang biasa.
Tertunduk rukuk sujud, hidup bersegala cobaan diterima, dirasai khitmat pesona semanis menyaksikan cakrawala.
Baju berdebu, terkoyak cabikan pedang mesiu. Daging pecah memburai, tak sempat sempoyongan. Kecuali cengkeraman syakaratul maut menanduknya pingsan.
Tak sadar diselimuti lelap tanpa suara, bayangan mimpi. Hanya tangisan ibundanya menghadirkan kembali puisi.
Tembang perjuangan terus dikumandangkan berlantang, meski seolah tanpa perubahan.
Tempaan usia digayuh ke muara yang didamba. Bukan nama besar, tetapi sabda-sabda melekat dalam sanubari sesama.
Mengurbankan hidup memenuhi cinta terpastikan kalah. Namun yakin di balik lipatan jaman terang, cahaya hayati dinafaskan.
Seorang tak gentar halangan tebalan baja intrik politik dimainkan penguasa. Merangsek, karena tiada waktu menunggu apalagi berleha.
Selalu menghidupi keimanan, kesabarannya menyamudra. Menggoyang kapal berlayar keraguan, angin kencang melesat tak terasa.
Ombak semangat tak lepas mengingat kejadian. Peristiwa baginya guru memberi petuah, merestui kaki-kaki tegar melangkah.
Tiada was-was kewaspaan melekat. Begitulah bercerita pada ibunda nasib, bahwa hidupnya bahagia.
Oleh kalimahnya mampu gairahkan jiwa-jiwa sebangsa tertindas. Dan tangis kelopak mata hampir pecah.
Atas biji mata sejarah menyaksikan peperangan tak habis-habisnya, kecuali sama-sama binasa.
Riwayatnya bermuatan balada padatan puisi, ada rerongga nafas pembaca mencerna lebih dari terihwalkan:
suara, bayangan, getaran perasaan, terlukis di ruang antara. Jarak patahan kata mendiami misteri, melebihi nyata dari pertemuan.
Ada riuh menyundul sarang bertetengger di dahan langit. Gemanya memekatkan telinga angkasa, kala rintihan saling menyatu dekapan.
Dentingan nyaring lengkingan jauh ke peredaran masa kembara, menemui nasib-nasib serupa. Menjelma takdir kematangan hati meretaskan abadi.
Sewaktu darah air mata keringat tersapu debu-debu perjalanan. Petir dihujan deras gigilkan nyali kegelapan malam.
Berbekas sedalam lubang codetan nama pada kuda-kuda jantan. Di sinikah kesejatian? Darah terkoyak muncrat mengering.
Hujan pertama suburkan ladang berontak, mensucikan nurani pejuang. Naluri diemban kefitrian yakin masa depan, atas kaki-kaki membatu pengabdian.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
(1813-1883)
Abdul Hadi W.M.
Adelbert von Chamisso (1781-1838)
Affandi Koesoema (1907–1990)
Agama Para Bajingan
Ajip Rosidi
Akhmad Taufiq
Albert Camus
Alexander Sergeyevich Pushkin (1799–1837)
Amy Lowell (1874-1925)
Andong Buku #3
André Chénier (1762-1794)
Andy Warhol
Antologi Puisi Tunggal Sarang Ruh
Anton Bruckner (1824 –1896)
Apa & Siapa Penyair Indonesia
Arthur Rimbaud (1854-1891)
Arthur Schopenhauer (1788-1860)
Arti Bumi Intaran
Bahasa
Bakat
Balada-balada Takdir Terlalu Dini
Bangsa
Basoeki Abdullah (1915 -1993)
Batas Pasir Nadi
Beethoven
Ben Okri
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Biografi Nurel Javissyarqi
Budaya
Buku Stensilan
Bung Tomo
Candi Prambanan
Cantik
Chairil Anwar
Charles Baudelaire (1821-1867)
Cover Buku
Dami N. Toda
Dante Alighieri (1265-1321)
Dante Gabriel Rossetti (1828-1882)
Denanyar Jombang
Dendam
Desa
Dwi Pranoto
Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra
Eka Budianta
Emily Dickinson (1830-1886)
Esai
Esai-esai Pelopor Pemberontakan Sejarah Kesusastraan Indonesia
Feminisme
Filsafat
Forum Kajian Kebudayaan Hindis Yogyakarta
Foto Lawas
François Villon (1430-1480)
Franz Schubert (1797-1828)
Frederick Delius (1862-1934)
Friedrich Nietzsche (1844-1900)
Friedrich Schiller (1759-1805)
G. J. Resink (1911-1997)
Gabriela Mistral (1889-1957)
Goethe
Hallaj
Hantu
Hazrat Inayat Khan
Henri de Régnier (1864-1936)
Henry Lawson (1867-1922)
Hermann Hesse
Ichsa Chusnul Chotimah
Identitas
Iftitahur Rohmah
Ignas Kleden
Igor Stravinsky (1882-1971)
Ilustrator Cover Sony Prasetyotomo
Indonesia
Ingatan
Iqbal
Ismiyati Mukarromah
Javissyarqi Muhammada
Johannes Brahms (1833-1897)
John Keats (1795-1821)
José de Espronceda (1808-1842)
Joseph Maurice Ravel (1875 - 1937)
Jostein Gaarder
Kadipaten Kulon 49 c
Kajian Budaya Semi
Karya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kata-kata Mutiara
Kausalitas
Kedutaan Perancis
Kegagalan
Kegelisahan
Kekuasaan
Kemenyan
Ken Angrok
Kenyataan
Kesadaran
KH. M. Najib Muhammad
Khalil Gibran (1883-1931)
Kitab Para Malaikat
Kitab Para Malaikat (Book of the Angels)
Komunitas Deo Gratias
Konsep
Korupsi
Kritik Sastra
Kulya dalam Relung Filsafat
Kumpulan Cahaya Rasa Ardhana
Lintang Sastra
Ludwig Tieck
Luís Vaz de Camões
Lupa
Magetan
Makna
Maman S. Mahayana
Marco Polo (1254-1324)
Masa Depan
Matahari
Max Dauthendey (1867-1918)
Media: Crayon on Paper
MEMBONGKAR MITOS KESUSASTRAAN INDONESIA
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Michelangelo (1475-1564)
Mimpi
Minamoto Yorimasa (1106-1180)
Mistik
Mitos
Modest Petrovich Mussorgsky (1839-1881)
Mohammad Yamin
Mojokerto
Mozart
Natural
Nurel Javissyarqi
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pahlawan
Pangeran Diponegoro
Panggung
Paul Valéry (1871-1945)
PDS H.B. Jassin
Pelantikan Soekarno sebagai Presiden R.I.S (17 Desember 1949)
Pembangunan
Pemberontak
Pendapat
Pengangguran
Pengarang
Penjajakan
Penjarahan
Penyair
Penyair Tak Dikenal
Peperangan
Perang
Percy Bysshe Shelley (1792–1822)
Perkalian
Pierre de Ronsard (1524-1585)
PKI
Plagiator
Post-modern
Potret Sang Pengelana (Nurel Javissyarqi)
Presiden Penyair
Proses Kreatif
Puisi
Puitik
Pujangga
PUstaka puJAngga
R. Ng. Ronggowarsito (1802-1873)
Rabindranath Tagore
Rainer Maria Rilke (1875-1926)
Realitas
Reuni Alumni 1991/1992 Mts Putra-Putri Simo
Revolusi
Revormasi
Richard Strauss (1864-1949)
Richard Wagner (1813-1883)
Rimsky-Korsakov (1844-1908)
Rindu
Robert Desnos (1900-1945)
Rosalía de Castro (1837-1885)
Ruang
Rumi
Sajak
Sakral
Santa Teresa (1515-1582)
Sapu Jagad
Sara Teasdale (1884-1933)
Sastra
SastraNESIA
Sayap-sayap Sembrani
Segenggam Debu di Langit
Sejarah
Self Portrait
Self Portrait Nurel Javissyarqi by Wawan Pinhole
Seni
Serikat Petani Lampung
Shadra
Sihar Ramses Simatupang
Sumpah Pemuda
Sungai
Surabaya
Suryanto Sastroatmodjo
Sutardji Calzoum Bachri
tas Sastra Mangkubumen (KSM)
Taufiq Wr. Hidayat
Telaga Sarangan
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Thales
Trilogi Kesadaran
Tubuh
Ujaran-ujaran Hidup Sang Pujangga
Universitas Jember
Waktu
Walter Savage Landor (1775-1864)
Wawan Pinhole
William Blake (1757-1827)
William Butler Yeats (1865-1939)
Wislawa Szymborska
Yasunari Kawabata (1899-1972)
Yayasan Hari Puisi Indonesia 2017
Yogyakarta
Yuja Wang
Yukio Mishima (1925-1970)
Zadie Smith (25 Oktober 1975 - )
Kitab Para Malaikat
- MUQADDIMAH: WAKTU DI SAYAP MALAIKAT, I – XXXIX
- MEMBUKA RAGA PADMI, I: I – XCIII
- HUKUM-HUKUM PECINTA, II: I – CXIII
- BAIT-BAIT PERSEMBAHAN, III: I – XCIII
- RUANG-RUANG MENGABADIKAN, IV: I – XCVIII
- MUSIK-TARIAN KEABADIAN, V: I – LXXIV
- DIRUAPI MALAM HARUM, VI: I – LXXVII
- KEINGINAN-KEINGINAN MULIA, VII: I – LXXXVII
- DI ATAS TANDU LANGITAN, VIII: I – CXXIII
- ANAK SUNGAI FILSAFAT, IX: I – CI
- SEKUNTUM BUNGA REVOLUSI, X: I- XCI
- PENAMPAKAN DOA SEMALAM, XI: I- CVI
- DUKA TANGIS BUSA, XII: I – CXVIII
- GELOMBANG MERAWAT PANTAI, XIII: I – CXI
- MENGEMBALIKAN NIAT SUCI, XIV: I – CIX
- PEMBANGUN DUNIA GANJIL, XV: I – XCIII
- SIANG TUBUH, MALAM JIWANYA, XVI: I – CXIII
- SECERCA CAHAYA KURNIA, XVII: I – CI
- TANAH KELAHIRAN MASA, XVIII: I – CXXVII
- RUANG-WAKTU PADAT, XIX: I – XC
- MUAKHIR; KESAKSIAN-KESAKSIAN, XX: I – CXXVI
- Mulanya
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (I)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (II)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (III)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (IV)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (V)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (VI)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (VII)
- Akhirnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar