Sabtu, 20 Maret 2010

PENYAIR TAK DIKENAL DARI YUGOSLAVIA

Nurel Javissyarqi
http://pustakapujangga.com/

Waktunya aku mencium karya dari seorang tak bernama atau tiada mengenali. Aku dapati dari buku Puisi Dunia, jilid I, susunan M. Taslim Ali, Balai Pustaka, 1952. Sebab tulisan di sana memakai ejaan lama, maka aku gubah lewat ejaan yang kupergunakan kini. Di bawah ini puisi PENYAIR TAK DIKENAL asal Yugoslavia:

KORDONU

Di Kordonu di padang bata,
Ibu mencari mayat anaknya.

Demi berjumpa, di atas kubur ia
Tunduk berkata pada anaknya.

O anakku, biji mata ibunda,
Remajamu dulu kemana penyapnya?

Ayahmu menangis, ibu meratap,
Semoga sudi kuburmu menyingkap.

Dan kubur tiba-tiba terbuka,
Si anak bicara dengan bundanya:

Bundaku sayang, hentikan keluh,
beban tangismu berat bagiku.

Lebih berat ratap-tangismu
Daripada tanah hitam itu.

Ibu, pergilah, sudilah pulang.
Jangan kuburku ibu risaukan.

Ibu, sampaikan kepada rakyat
Supaya berjuang agar merdeka.
***

Sungguh kental darah juang penyair tak dikenal. Tubuh jiwa terpatri, kata demi kata menandaskan hidup memberat.

Tetes-tetes keringat dentingan logam di tanah pekuburan. Perang atas peperangan hidup, di antara kembang hayat muslihat.

Kepahitan mengenyangkan dirinya tabah sampai padang bata. Mayat-mayat tersungkur, burung-burung bangkai berpesta. Nyawa melayang biasa.

Tertunduk rukuk sujud, hidup bersegala cobaan diterima, dirasai khitmat pesona semanis menyaksikan cakrawala.

Baju berdebu, terkoyak cabikan pedang mesiu. Daging pecah memburai, tak sempat sempoyongan. Kecuali cengkeraman syakaratul maut menanduknya pingsan.

Tak sadar diselimuti lelap tanpa suara, bayangan mimpi. Hanya tangisan ibundanya menghadirkan kembali puisi.

Tembang perjuangan terus dikumandangkan berlantang, meski seolah tanpa perubahan.

Tempaan usia digayuh ke muara yang didamba. Bukan nama besar, tetapi sabda-sabda melekat dalam sanubari sesama.

Mengurbankan hidup memenuhi cinta terpastikan kalah. Namun yakin di balik lipatan jaman terang, cahaya hayati dinafaskan.

Seorang tak gentar halangan tebalan baja intrik politik dimainkan penguasa. Merangsek, karena tiada waktu menunggu apalagi berleha.

Selalu menghidupi keimanan, kesabarannya menyamudra. Menggoyang kapal berlayar keraguan, angin kencang melesat tak terasa.

Ombak semangat tak lepas mengingat kejadian. Peristiwa baginya guru memberi petuah, merestui kaki-kaki tegar melangkah.

Tiada was-was kewaspaan melekat. Begitulah bercerita pada ibunda nasib, bahwa hidupnya bahagia.

Oleh kalimahnya mampu gairahkan jiwa-jiwa sebangsa tertindas. Dan tangis kelopak mata hampir pecah.

Atas biji mata sejarah menyaksikan peperangan tak habis-habisnya, kecuali sama-sama binasa.

Riwayatnya bermuatan balada padatan puisi, ada rerongga nafas pembaca mencerna lebih dari terihwalkan:

suara, bayangan, getaran perasaan, terlukis di ruang antara. Jarak patahan kata mendiami misteri, melebihi nyata dari pertemuan.

Ada riuh menyundul sarang bertetengger di dahan langit. Gemanya memekatkan telinga angkasa, kala rintihan saling menyatu dekapan.

Dentingan nyaring lengkingan jauh ke peredaran masa kembara, menemui nasib-nasib serupa. Menjelma takdir kematangan hati meretaskan abadi.

Sewaktu darah air mata keringat tersapu debu-debu perjalanan. Petir dihujan deras gigilkan nyali kegelapan malam.

Berbekas sedalam lubang codetan nama pada kuda-kuda jantan. Di sinikah kesejatian? Darah terkoyak muncrat mengering.

Hujan pertama suburkan ladang berontak, mensucikan nurani pejuang. Naluri diemban kefitrian yakin masa depan, atas kaki-kaki membatu pengabdian.

Tidak ada komentar:

(1813-1883) Abdul Hadi W.M. Adelbert von Chamisso (1781-1838) Affandi Koesoema (1907–1990) Agama Para Bajingan Ajip Rosidi Akhmad Taufiq Albert Camus Alexander Sergeyevich Pushkin (1799–1837) Amy Lowell (1874-1925) Andong Buku #3 André Chénier (1762-1794) Andy Warhol Antologi Puisi Tunggal Sarang Ruh Anton Bruckner (1824 –1896) Apa & Siapa Penyair Indonesia Arthur Rimbaud (1854-1891) Arthur Schopenhauer (1788-1860) Arti Bumi Intaran Bahasa Bakat Balada-balada Takdir Terlalu Dini Bangsa Basoeki Abdullah (1915 -1993) Batas Pasir Nadi Beethoven Ben Okri Bentara Budaya Yogyakarta Berita Biografi Nurel Javissyarqi Budaya Buku Stensilan Bung Tomo Candi Prambanan Cantik Chairil Anwar Charles Baudelaire (1821-1867) Cover Buku Dami N. Toda Dante Alighieri (1265-1321) Dante Gabriel Rossetti (1828-1882) Denanyar Jombang Dendam Desa Dwi Pranoto Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eka Budianta Emily Dickinson (1830-1886) Esai Esai-esai Pelopor Pemberontakan Sejarah Kesusastraan Indonesia Feminisme Filsafat Forum Kajian Kebudayaan Hindis Yogyakarta Foto Lawas François Villon (1430-1480) Franz Schubert (1797-1828) Frederick Delius (1862-1934) Friedrich Nietzsche (1844-1900) Friedrich Schiller (1759-1805) G. J. Resink (1911-1997) Gabriela Mistral (1889-1957) Goethe Hallaj Hantu Hazrat Inayat Khan Henri de Régnier (1864-1936) Henry Lawson (1867-1922) Hermann Hesse Ichsa Chusnul Chotimah Identitas Iftitahur Rohmah Ignas Kleden Igor Stravinsky (1882-1971) Ilustrator Cover Sony Prasetyotomo Indonesia Ingatan Iqbal Ismiyati Mukarromah Javissyarqi Muhammada Johannes Brahms (1833-1897) John Keats (1795-1821) José de Espronceda (1808-1842) Joseph Maurice Ravel (1875 - 1937) Jostein Gaarder Kadipaten Kulon 49 c Kajian Budaya Semi Karya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kata-kata Mutiara Kausalitas Kedutaan Perancis Kegagalan Kegelisahan Kekuasaan Kemenyan Ken Angrok Kenyataan Kesadaran KH. M. Najib Muhammad Khalil Gibran (1883-1931) Kitab Para Malaikat Kitab Para Malaikat (Book of the Angels) Komunitas Deo Gratias Konsep Korupsi Kritik Sastra Kulya dalam Relung Filsafat Kumpulan Cahaya Rasa Ardhana Lintang Sastra Ludwig Tieck Luís Vaz de Camões Lupa Magetan Makna Maman S. Mahayana Marco Polo (1254-1324) Masa Depan Matahari Max Dauthendey (1867-1918) Media: Crayon on Paper MEMBONGKAR MITOS KESUSASTRAAN INDONESIA Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Michelangelo (1475-1564) Mimpi Minamoto Yorimasa (1106-1180) Mistik Mitos Modest Petrovich Mussorgsky (1839-1881) Mohammad Yamin Mojokerto Mozart Natural Nurel Javissyarqi Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pahlawan Pangeran Diponegoro Panggung Paul Valéry (1871-1945) PDS H.B. Jassin Pelantikan Soekarno sebagai Presiden R.I.S (17 Desember 1949) Pembangunan Pemberontak Pendapat Pengangguran Pengarang Penjajakan Penjarahan Penyair Penyair Tak Dikenal Peperangan Perang Percy Bysshe Shelley (1792–1822) Perkalian Pierre de Ronsard (1524-1585) PKI Plagiator Post-modern Potret Sang Pengelana (Nurel Javissyarqi) Presiden Penyair Proses Kreatif Puisi Puitik Pujangga PUstaka puJAngga R. Ng. Ronggowarsito (1802-1873) Rabindranath Tagore Rainer Maria Rilke (1875-1926) Realitas Reuni Alumni 1991/1992 Mts Putra-Putri Simo Revolusi Revormasi Richard Strauss (1864-1949) Richard Wagner (1813-1883) Rimsky-Korsakov (1844-1908) Rindu Robert Desnos (1900-1945) Rosalía de Castro (1837-1885) Ruang Rumi Sajak Sakral Santa Teresa (1515-1582) Sapu Jagad Sara Teasdale (1884-1933) Sastra SastraNESIA Sayap-sayap Sembrani Segenggam Debu di Langit Sejarah Self Portrait Self Portrait Nurel Javissyarqi by Wawan Pinhole Seni Serikat Petani Lampung Shadra Sihar Ramses Simatupang Sumpah Pemuda Sungai Surabaya Suryanto Sastroatmodjo Sutardji Calzoum Bachri tas Sastra Mangkubumen (KSM) Taufiq Wr. Hidayat Telaga Sarangan Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Thales Trilogi Kesadaran Tubuh Ujaran-ujaran Hidup Sang Pujangga Universitas Jember Waktu Walter Savage Landor (1775-1864) Wawan Pinhole William Blake (1757-1827) William Butler Yeats (1865-1939) Wislawa Szymborska Yasunari Kawabata (1899-1972) Yayasan Hari Puisi Indonesia 2017 Yogyakarta Yuja Wang Yukio Mishima (1925-1970) Zadie Smith (25 Oktober 1975 - )