Nurel Javissyarqi
http://pustakapujangga.com/
“Kami sangat menyayangimu
meski dengan kasih yang membisu
terlindung di balik tabir terselubung.
Dan kami masih selalu mengharapmu
bukan dalam basa-basi yang semu” (Khalil Gibran)
Khalil Gibran lahir di tanah Beshari, Lebanon. Kala itu masuk Provinsi Suriah, Khilafah Turki Utsmani. Pada tanggal 6 Januari 1883 dan meninggal 10 April 1931. Seorang penyair sekaligus pelukis, yang menghabiskan sebagian besar masa produktifnya di Amerika Serikat.
Adalah sosok pelamun yang menjelma sastrawan besar. Bakat alamiahnya luar biasa, dibangun dari kitab-kitab lama. Serupa akar-akar menyedot inti sari bumi, tiada penyangkalan.
Mengikuti ritme hayati kepolosan bocah, keluguannya menghadirkan keayuan. Jiwa-jiwa lembek terkuras tenaganya, oleh musik kenangannya mengangkat kesambillaluan.
Membius harapan, sebab baginya matahari tiada patut dilawan namun diresapi. Dedaun pemikiran melebar rindang bergoyangan, melenakan pencari.
Pemilik daya serap ampuh atas ketampanan kata-kata tak melepaskan satuan jejiwa pembaca. Dendam belati dingin sehalus sampai keikhlasan.
Dirinya terbuai kidung sendiri, berlalu tanpa keterkejutan, mengaliri sungai-sungai hayat menyamudra.
Mendaki kegelapan kangen pada terangnya rindu tersampaikan awan.
Yang berarus peroleh kesegaran membisu, menelusuri relung jiwa. Para penyimaknya mendapati buah-buahan berlimpah, tergantung di mega-mega.
Hanya kerendahan hati hujan tiba, melewati ketenangan mencapai wewarna kehakikian.
Pemampu kepercayaan kuat terjadi; tanah digedor kalbu, langit digayuh pilu, keselarasan bathin mencapai yang dilamunkan.
Kabut turun menjelma bintik embun, hempasan laut garamkan pantai, lalu kesetiaan mendapati limpahan pahala.
Was-was musnah, hantu murung selalu mengikuti. Melewati laluan sunyi tapakan khusyuk terjerat. Tak hendak jejakkan kaki, lumpuh angan-angan terlampau tinggi.
Tatkala turun sekapas randu tiada kendali nurani. Maka separuh insan percaya padanya, separuhnya lagi meninggalkannya.
Kesunyian malam membius helaian rambut ketakutan sesuara burung kematian. Ada kehawatiran, namun diteruskan merajah menuruni onda-ondakan masa.
Andai naik segemintang di angkasa, bayangan bulan di telaga memberi makna, lantas kesepian kamboja di pekuburan sesal menebarkan aroma.
Ada tak dapat diraih tapi sedap dirasai, menempuh pebukitan rindu menuju jaman diperkirakan kekasih.
Jiwa santun bersalam damai, sukma lembut merenggut ruh, pekabaran bayi terlahir suci;
menangis ingin perhatian lebih, arus rahayu penghidupan, nafas-nafas keluar-masuk menfitrikan badan.
Nabi kesepian menangis dalam bathin kata-kata, menghibur lewat tarikan kalimah, menari di atas panggung seluruh terdiam.
Tak tahu penonton terkagum atau berpulang, sebab pancaran cahayanya, sekuat tak kenali yang terjadi.
Gibran berkata: “kecerdasan pikiran hanyalah nyanyian burung murai di awal musim semi yang lamban.”
Ini mendamaikan selisih agar peperangan tak menerus di muka bumi. Hidupnya derma kasih menyayangi, berpeluk memahami lahirnya bibit tumbuh lestari.
Menebarkan jala sejauh-jauhnya menerima yang diperoleh sedari tangkapan tulus.
Hanya hati perbedaan berjalin, sebab akal berbahaya jikalau ditopang hasrat serakah. Seperti binatang liar siap menerkam mangsa.
Ia seakan berkata; damaikan nalarmu dengan kerendahan kalbu. Sebab batu mutiara berkilau; sesudut menerima cahaya pun memancarkannya.
Jikalau nalar kalbu rukun, nyanyian rindu sentausa menyadap keringat pengunjung berduyun-duyun. Dan pekabaran rantau, dituturkan berkesungguhan senyum.
Yang tidak dimiliki cukup menginsafi kisah alunan masing-masing. Berharap keharmonisan berkicau dari kedalaman jarak telah ditanak pengalaman, diperoleh di jalan kembara dijumput pelahan sangat tekun.
Sampai batu-batu diterjang kendaraan, mewujud tekat membulat, pula bencana alam pelajaran saling mendoa sesayap kasih sayang sesama;
sejiwa kesepian mati suri, akan sadar bangkit kembali.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
(1813-1883)
Abdul Hadi W.M.
Adelbert von Chamisso (1781-1838)
Affandi Koesoema (1907–1990)
Agama Para Bajingan
Ajip Rosidi
Akhmad Taufiq
Albert Camus
Alexander Sergeyevich Pushkin (1799–1837)
Amy Lowell (1874-1925)
Andong Buku #3
André Chénier (1762-1794)
Andy Warhol
Antologi Puisi Tunggal Sarang Ruh
Anton Bruckner (1824 –1896)
Apa & Siapa Penyair Indonesia
Arthur Rimbaud (1854-1891)
Arthur Schopenhauer (1788-1860)
Arti Bumi Intaran
Bahasa
Bakat
Balada-balada Takdir Terlalu Dini
Bangsa
Basoeki Abdullah (1915 -1993)
Batas Pasir Nadi
Beethoven
Ben Okri
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Biografi Nurel Javissyarqi
Budaya
Buku Stensilan
Bung Tomo
Candi Prambanan
Cantik
Chairil Anwar
Charles Baudelaire (1821-1867)
Cover Buku
Dami N. Toda
Dante Alighieri (1265-1321)
Dante Gabriel Rossetti (1828-1882)
Denanyar Jombang
Dendam
Desa
Dwi Pranoto
Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra
Eka Budianta
Emily Dickinson (1830-1886)
Esai
Esai-esai Pelopor Pemberontakan Sejarah Kesusastraan Indonesia
Feminisme
Filsafat
Forum Kajian Kebudayaan Hindis Yogyakarta
Foto Lawas
François Villon (1430-1480)
Franz Schubert (1797-1828)
Frederick Delius (1862-1934)
Friedrich Nietzsche (1844-1900)
Friedrich Schiller (1759-1805)
G. J. Resink (1911-1997)
Gabriela Mistral (1889-1957)
Goethe
Hallaj
Hantu
Hazrat Inayat Khan
Henri de Régnier (1864-1936)
Henry Lawson (1867-1922)
Hermann Hesse
Ichsa Chusnul Chotimah
Identitas
Iftitahur Rohmah
Ignas Kleden
Igor Stravinsky (1882-1971)
Ilustrator Cover Sony Prasetyotomo
Indonesia
Ingatan
Iqbal
Ismiyati Mukarromah
Javissyarqi Muhammada
Johannes Brahms (1833-1897)
John Keats (1795-1821)
José de Espronceda (1808-1842)
Joseph Maurice Ravel (1875 - 1937)
Jostein Gaarder
Kadipaten Kulon 49 c
Kajian Budaya Semi
Karya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kata-kata Mutiara
Kausalitas
Kedutaan Perancis
Kegagalan
Kegelisahan
Kekuasaan
Kemenyan
Ken Angrok
Kenyataan
Kesadaran
KH. M. Najib Muhammad
Khalil Gibran (1883-1931)
Kitab Para Malaikat
Kitab Para Malaikat (Book of the Angels)
Komunitas Deo Gratias
Konsep
Korupsi
Kritik Sastra
Kulya dalam Relung Filsafat
Kumpulan Cahaya Rasa Ardhana
Lintang Sastra
Ludwig Tieck
Luís Vaz de Camões
Lupa
Magetan
Makna
Maman S. Mahayana
Marco Polo (1254-1324)
Masa Depan
Matahari
Max Dauthendey (1867-1918)
Media: Crayon on Paper
MEMBONGKAR MITOS KESUSASTRAAN INDONESIA
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Michelangelo (1475-1564)
Mimpi
Minamoto Yorimasa (1106-1180)
Mistik
Mitos
Modest Petrovich Mussorgsky (1839-1881)
Mohammad Yamin
Mojokerto
Mozart
Natural
Nurel Javissyarqi
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pahlawan
Pangeran Diponegoro
Panggung
Paul Valéry (1871-1945)
PDS H.B. Jassin
Pelantikan Soekarno sebagai Presiden R.I.S (17 Desember 1949)
Pembangunan
Pemberontak
Pendapat
Pengangguran
Pengarang
Penjajakan
Penjarahan
Penyair
Penyair Tak Dikenal
Peperangan
Perang
Percy Bysshe Shelley (1792–1822)
Perkalian
Pierre de Ronsard (1524-1585)
PKI
Plagiator
Post-modern
Potret Sang Pengelana (Nurel Javissyarqi)
Presiden Penyair
Proses Kreatif
Puisi
Puitik
Pujangga
PUstaka puJAngga
R. Ng. Ronggowarsito (1802-1873)
Rabindranath Tagore
Rainer Maria Rilke (1875-1926)
Realitas
Reuni Alumni 1991/1992 Mts Putra-Putri Simo
Revolusi
Revormasi
Richard Strauss (1864-1949)
Richard Wagner (1813-1883)
Rimsky-Korsakov (1844-1908)
Rindu
Robert Desnos (1900-1945)
Rosalía de Castro (1837-1885)
Ruang
Rumi
Sajak
Sakral
Santa Teresa (1515-1582)
Sapu Jagad
Sara Teasdale (1884-1933)
Sastra
SastraNESIA
Sayap-sayap Sembrani
Segenggam Debu di Langit
Sejarah
Self Portrait
Self Portrait Nurel Javissyarqi by Wawan Pinhole
Seni
Serikat Petani Lampung
Shadra
Sihar Ramses Simatupang
Sumpah Pemuda
Sungai
Surabaya
Suryanto Sastroatmodjo
Sutardji Calzoum Bachri
tas Sastra Mangkubumen (KSM)
Taufiq Wr. Hidayat
Telaga Sarangan
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Thales
Trilogi Kesadaran
Tubuh
Ujaran-ujaran Hidup Sang Pujangga
Universitas Jember
Waktu
Walter Savage Landor (1775-1864)
Wawan Pinhole
William Blake (1757-1827)
William Butler Yeats (1865-1939)
Wislawa Szymborska
Yasunari Kawabata (1899-1972)
Yayasan Hari Puisi Indonesia 2017
Yogyakarta
Yuja Wang
Yukio Mishima (1925-1970)
Zadie Smith (25 Oktober 1975 - )
Kitab Para Malaikat
- MUQADDIMAH: WAKTU DI SAYAP MALAIKAT, I – XXXIX
- MEMBUKA RAGA PADMI, I: I – XCIII
- HUKUM-HUKUM PECINTA, II: I – CXIII
- BAIT-BAIT PERSEMBAHAN, III: I – XCIII
- RUANG-RUANG MENGABADIKAN, IV: I – XCVIII
- MUSIK-TARIAN KEABADIAN, V: I – LXXIV
- DIRUAPI MALAM HARUM, VI: I – LXXVII
- KEINGINAN-KEINGINAN MULIA, VII: I – LXXXVII
- DI ATAS TANDU LANGITAN, VIII: I – CXXIII
- ANAK SUNGAI FILSAFAT, IX: I – CI
- SEKUNTUM BUNGA REVOLUSI, X: I- XCI
- PENAMPAKAN DOA SEMALAM, XI: I- CVI
- DUKA TANGIS BUSA, XII: I – CXVIII
- GELOMBANG MERAWAT PANTAI, XIII: I – CXI
- MENGEMBALIKAN NIAT SUCI, XIV: I – CIX
- PEMBANGUN DUNIA GANJIL, XV: I – XCIII
- SIANG TUBUH, MALAM JIWANYA, XVI: I – CXIII
- SECERCA CAHAYA KURNIA, XVII: I – CI
- TANAH KELAHIRAN MASA, XVIII: I – CXXVII
- RUANG-WAKTU PADAT, XIX: I – XC
- MUAKHIR; KESAKSIAN-KESAKSIAN, XX: I – CXXVI
- Mulanya
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (I)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (II)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (III)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (IV)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (V)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (VI)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (VII)
- Akhirnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar