Nurel Javissyarqi
http://pustakapujangga.com/
KEPADA TOMMASO DEI CAVALIERI
Michelangelo
Karena matamu aku melihat cahaya nikmat,
Yang tidak nampak lagi oleh mata sendiri,
Dan walau aku lumpuh, kuberanikan hati
Memikul beban, karena yakin kakimu kuat.
Aku yang tak bersayap, oleh sayapmu terangkat,
Rohmu yang membukakan daku gerbang Firdausi,
Kau sanggup bikin pipiku merah dan pasi,
Panas dimusim dingin, kelu ditengah hangat.
Dalam kemauanmu, bersemi kemauanku,
Pikirku, dadamulah tempat asal-usulnya,
Dan nafasmu berhembus dalam tiap kataku.
Nampaknya, imbangan bulan gelitalah aku,
Yang nun diluhur, hanya tertangkap oleh mata,
Semasih Surya merestunya dengan kemilau.
Michelangelo di Lodovico Buonarroti Simoni (6 Mar 1475 – 18 Feb 1564), lahir di Caprese (Casentino), keturunan bangsawan Florence yang meninggal di Roma. Penyair Itali, arsitek, pemahat patung serta pelukis yang terbesar di antara pengikut-pengikut Petrace. Seperti juga Dante, Petrace, Michelangelo pun pemuja kaum hawa; Vittoria Colonna, seorang wanita penyair di jamannya. Sebagai arsitek menciptakan lengkungan gereja San Pietro di Florence, sebagai pematung dikenal atas patung Musa dan Malamnya. Buah penanya terpenting; Surat-surat peninggalan juga sajak-sajaknya kian terkenal atas terjemahan Rainer Maria Rilke {dari buku Puisi Dunia, jilid I, susunan M. Taslim Ali, Balai Pustaka, 1952}.
***
Sebagai pelukis tentu peka bau-bau angin menghantar kabar, warna ditangkap bola mata memojokkan pribadi lebih terbuka.
Gelap terang jadi ukuran sebab bayang getarkan jiwa, kebahagiaan diresapi atas penampakan visual pun non indrawi puitik.
Entah apa dibayang, kala melihat langit biru dipenuhi lukisan awan senantiasa hidup sedari jaman ke jaman.
Kalbunya menerima bagaimana hingga hentakkan arsiteknya lebih sedari penalaran perubahan masa.
Konsepnya melampaui bentuk keseimbangan wujud ombak atas gravitasi, masa mendadak berhenti kala dilemparkan yang tak terkira.
Tiap detik-detak pahatan menggiring hentakan khusyuk berpacu, nafas diatur taksiran matang padatan pengalaman ditempuh.
Burung-burung menjelma angin, lelukisan manusia meruh peristiwa sejarah dikekalkan keindahan kisah.
Musik pengetahuan kah terpantul di sana?
Atau tengah menggubah impian malam bertaburan gemintang, ketika sulit berucap saksikan ketinggian derajat Keilahian.
Kesabaran keuletan, ketekunan tak henti diterjemah santun paling lembut, telaten juga cekatan.
Seakan bola matanya terbuat kristal ajab berdaya menyirap segala menjadi.
Di simpannya dalam tubuh lama hingga meledak suatu masa lebih sekadar mewarna.
Jika baca puisi di atas, ada persetubuhan perasaan kokoh, persenyawaan derita rindu guyuran nikmat.
Michelangelo menyatukan daya seninya pada harapan memberat, tatkala kasih tumbuh sehijau daun musim semi mekarlah bunga-bunga hati.
Cahaya ide menghujam kalbu oleh akar-akaran petir sedari kegelapan malam-malam diguyur hujan kelam.
Ada dinaya getarkan jemari melukis kata-kata, serupa berhasrat digambar lebih purna.
Pandangan lembut kejauhan sejantung jiwa, bahan-bahan kekaguman dikelolahnya melampaui realita.
Kelumpuhan di antara mendekati atau dirinya tengah diserap obyek sendiri, dalam keintiman menggejolak.
Sayap-sayap tumbuh tiba-tiba tatkala hasrat kuasa membeletat sarang warangka iman, dan ruh saling berpadu membuka rerahasia.
Pada puncaknya rasa malu, rindu abadi dikupas senyuman lugu, kuluman demi hanyut ke binaran cahaya, menerjemahkan musim kekekalan karya.
Memaknai leliku percumbuan bentukan tertelan adalah kesungguhan tak habis ditandas bagai kicauan burung di belantara.
Ketika ruh saling mengikat, takdir serupa stupa jauh menunggu, ruang waktu tak terangkum maksud tapi melewati kebesaran nafas.
Panas dingin kekalkan bathin digayuh hangat, meretaskan harapan terlupa menjadi terangkat.
Ketika kemauan sama berpeluk, seumpama pisau pada dinding terpahat, kanvas bersama kuas juga cat, hadir keindahan bentukan nafas-nafas menyatu.
Naluri perasaan diterbangkan akal memaknai yang tengah bergejolak, nafasan kata melebihi sapaan.
Desah angin panjang mengangkat kabut ketinggian, bentuk ciptaan berharap terlukis dimasa-masa ranum.
Guna bertahan pemaknaan melebur perubahan jaman, gurat keaslian terjaga, demikian seni menahan hasrat melampaui jaman.
Dan mempercayai matahari keabadian di ufuk senja, meski malam tak mau beranjak dari tidur rembulan.
Ada kepasrahan pahit kegetiran tertangkap, hanya diri berusaha mengimbangi cahaya tetap memberi dinaya.
Di sini hidup bergantung pada akhirnya pendekatan rupa diterjemah.
Hakikat bermunculan faham-faham aliran ke muara luhur, berkilau demi keelokan jaman sesudahnya.
Dan ketika ada tanya, di situ kehadiran bersinggah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
(1813-1883)
Abdul Hadi W.M.
Adelbert von Chamisso (1781-1838)
Affandi Koesoema (1907–1990)
Agama Para Bajingan
Ajip Rosidi
Akhmad Taufiq
Albert Camus
Alexander Sergeyevich Pushkin (1799–1837)
Amy Lowell (1874-1925)
Andong Buku #3
André Chénier (1762-1794)
Andy Warhol
Antologi Puisi Tunggal Sarang Ruh
Anton Bruckner (1824 –1896)
Apa & Siapa Penyair Indonesia
Arthur Rimbaud (1854-1891)
Arthur Schopenhauer (1788-1860)
Arti Bumi Intaran
Bahasa
Bakat
Balada-balada Takdir Terlalu Dini
Bangsa
Basoeki Abdullah (1915 -1993)
Batas Pasir Nadi
Beethoven
Ben Okri
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Biografi Nurel Javissyarqi
Budaya
Buku Stensilan
Bung Tomo
Candi Prambanan
Cantik
Chairil Anwar
Charles Baudelaire (1821-1867)
Cover Buku
Dami N. Toda
Dante Alighieri (1265-1321)
Dante Gabriel Rossetti (1828-1882)
Denanyar Jombang
Dendam
Desa
Dwi Pranoto
Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra
Eka Budianta
Emily Dickinson (1830-1886)
Esai
Esai-esai Pelopor Pemberontakan Sejarah Kesusastraan Indonesia
Feminisme
Filsafat
Forum Kajian Kebudayaan Hindis Yogyakarta
Foto Lawas
François Villon (1430-1480)
Franz Schubert (1797-1828)
Frederick Delius (1862-1934)
Friedrich Nietzsche (1844-1900)
Friedrich Schiller (1759-1805)
G. J. Resink (1911-1997)
Gabriela Mistral (1889-1957)
Goethe
Hallaj
Hantu
Hazrat Inayat Khan
Henri de Régnier (1864-1936)
Henry Lawson (1867-1922)
Hermann Hesse
Ichsa Chusnul Chotimah
Identitas
Iftitahur Rohmah
Ignas Kleden
Igor Stravinsky (1882-1971)
Ilustrator Cover Sony Prasetyotomo
Indonesia
Ingatan
Iqbal
Ismiyati Mukarromah
Javissyarqi Muhammada
Johannes Brahms (1833-1897)
John Keats (1795-1821)
José de Espronceda (1808-1842)
Joseph Maurice Ravel (1875 - 1937)
Jostein Gaarder
Kadipaten Kulon 49 c
Kajian Budaya Semi
Karya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kata-kata Mutiara
Kausalitas
Kedutaan Perancis
Kegagalan
Kegelisahan
Kekuasaan
Kemenyan
Ken Angrok
Kenyataan
Kesadaran
KH. M. Najib Muhammad
Khalil Gibran (1883-1931)
Kitab Para Malaikat
Kitab Para Malaikat (Book of the Angels)
Komunitas Deo Gratias
Konsep
Korupsi
Kritik Sastra
Kulya dalam Relung Filsafat
Kumpulan Cahaya Rasa Ardhana
Lintang Sastra
Ludwig Tieck
Luís Vaz de Camões
Lupa
Magetan
Makna
Maman S. Mahayana
Marco Polo (1254-1324)
Masa Depan
Matahari
Max Dauthendey (1867-1918)
Media: Crayon on Paper
MEMBONGKAR MITOS KESUSASTRAAN INDONESIA
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Michelangelo (1475-1564)
Mimpi
Minamoto Yorimasa (1106-1180)
Mistik
Mitos
Modest Petrovich Mussorgsky (1839-1881)
Mohammad Yamin
Mojokerto
Mozart
Natural
Nurel Javissyarqi
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pahlawan
Pangeran Diponegoro
Panggung
Paul Valéry (1871-1945)
PDS H.B. Jassin
Pelantikan Soekarno sebagai Presiden R.I.S (17 Desember 1949)
Pembangunan
Pemberontak
Pendapat
Pengangguran
Pengarang
Penjajakan
Penjarahan
Penyair
Penyair Tak Dikenal
Peperangan
Perang
Percy Bysshe Shelley (1792–1822)
Perkalian
Pierre de Ronsard (1524-1585)
PKI
Plagiator
Post-modern
Potret Sang Pengelana (Nurel Javissyarqi)
Presiden Penyair
Proses Kreatif
Puisi
Puitik
Pujangga
PUstaka puJAngga
R. Ng. Ronggowarsito (1802-1873)
Rabindranath Tagore
Rainer Maria Rilke (1875-1926)
Realitas
Reuni Alumni 1991/1992 Mts Putra-Putri Simo
Revolusi
Revormasi
Richard Strauss (1864-1949)
Richard Wagner (1813-1883)
Rimsky-Korsakov (1844-1908)
Rindu
Robert Desnos (1900-1945)
Rosalía de Castro (1837-1885)
Ruang
Rumi
Sajak
Sakral
Santa Teresa (1515-1582)
Sapu Jagad
Sara Teasdale (1884-1933)
Sastra
SastraNESIA
Sayap-sayap Sembrani
Segenggam Debu di Langit
Sejarah
Self Portrait
Self Portrait Nurel Javissyarqi by Wawan Pinhole
Seni
Serikat Petani Lampung
Shadra
Sihar Ramses Simatupang
Sumpah Pemuda
Sungai
Surabaya
Suryanto Sastroatmodjo
Sutardji Calzoum Bachri
tas Sastra Mangkubumen (KSM)
Taufiq Wr. Hidayat
Telaga Sarangan
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Thales
Trilogi Kesadaran
Tubuh
Ujaran-ujaran Hidup Sang Pujangga
Universitas Jember
Waktu
Walter Savage Landor (1775-1864)
Wawan Pinhole
William Blake (1757-1827)
William Butler Yeats (1865-1939)
Wislawa Szymborska
Yasunari Kawabata (1899-1972)
Yayasan Hari Puisi Indonesia 2017
Yogyakarta
Yuja Wang
Yukio Mishima (1925-1970)
Zadie Smith (25 Oktober 1975 - )
Kitab Para Malaikat
- MUQADDIMAH: WAKTU DI SAYAP MALAIKAT, I – XXXIX
- MEMBUKA RAGA PADMI, I: I – XCIII
- HUKUM-HUKUM PECINTA, II: I – CXIII
- BAIT-BAIT PERSEMBAHAN, III: I – XCIII
- RUANG-RUANG MENGABADIKAN, IV: I – XCVIII
- MUSIK-TARIAN KEABADIAN, V: I – LXXIV
- DIRUAPI MALAM HARUM, VI: I – LXXVII
- KEINGINAN-KEINGINAN MULIA, VII: I – LXXXVII
- DI ATAS TANDU LANGITAN, VIII: I – CXXIII
- ANAK SUNGAI FILSAFAT, IX: I – CI
- SEKUNTUM BUNGA REVOLUSI, X: I- XCI
- PENAMPAKAN DOA SEMALAM, XI: I- CVI
- DUKA TANGIS BUSA, XII: I – CXVIII
- GELOMBANG MERAWAT PANTAI, XIII: I – CXI
- MENGEMBALIKAN NIAT SUCI, XIV: I – CIX
- PEMBANGUN DUNIA GANJIL, XV: I – XCIII
- SIANG TUBUH, MALAM JIWANYA, XVI: I – CXIII
- SECERCA CAHAYA KURNIA, XVII: I – CI
- TANAH KELAHIRAN MASA, XVIII: I – CXXVII
- RUANG-WAKTU PADAT, XIX: I – XC
- MUAKHIR; KESAKSIAN-KESAKSIAN, XX: I – CXXVI
- Mulanya
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (I)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (II)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (III)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (IV)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (V)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (VI)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (VII)
- Akhirnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar