Minggu, 17 Januari 2010

Gabriela Mistral (1889-1957)

Nurel Javissyarqi
http://pustakapujangga.com/

AKU TAK KENAL SEPI
Gabriela Mistral

Malam: Gurun pegunungan
Yang menjengkau ke lautan
Tapi aku yang buai kamu
Peduli sepi bagiku

Angkasa kosong dan lengang
Jika purnama menghilang
Tapi aku yang belai kamu
Peduli sepi bagiku

Dunia menggurun pasir
Dan jasad binasa, hancur
Tapi aku yang dekap kamu
Peduli sepi bagiku.

(dari Puisi Dunia, jilid I, susunan M. Taslim Ali, Balai Pustaka 1952)

Gabriela Mistral (1889-1957) lahir di Vicuna, Chili, pemenang Nobel kesusastraan 1945, atas karangannya Desolation (diterjemahkan ke bahasa Perancis oleh beberapa penyair Prancis terkemuka). Gabriela leluasa penuh gairah menyanyikan perasaannya dalam bahasa Spanyol. Berperan penting pada sistem pendidikan di Meksiko serta Chili, aktif di komite kebudayaan League of Nations (Liga Bangsa-Bangsa), menjadi konsul Chili di Nepal, Madrid, Lisbon. Bergelar kehormatan dari Universitas Florence dan Guantemala, anggota kehormatan di berbagai perkumpulan budaya di Chili, Amerika Serikat, Spanyol juga Kuba. Mengajar sastra Spanyol di Universitas College, Vassar College pula Universitas Puerto Rico. Puisi cintanya mengenang yang telah meninggal, Sonetos de la muerte (1914) membuatnya terkenal ke seluruh Amerika Latin. Desolation (Keputus-asaan) tidak terbit sampai 1922. Tahun 1924 muncul Ternura (Kemesraan) didominasi masa kanak yang berkaitan kelahiran, memainkan peran penting akan Tala (1938). Kumpulan lengkap puisinya diterbitkan tahun 1958. (riwayat ini dilengkapi dari buku 50 Peraih Nobel Kesusastraan, editor Eddy Soetrisno, Dr. Morton Grosser, Inovasi Jakarta).
***

Jika pengukuhan Nobel kesusastraan 1945 akhir tahun, maka selepas pengeboman Amerika Serikat atas perintah Presiden Harry S. Truman, yang membunuh sebanyak 140.000 orang di Hiroshima, 80.000 orang di Nagasaki dalam bulan agustus.

Senyap sesudah peperangan, jam-jam malam masih berlaku di tanah air, ada gedup sunyi Gabriela, gunung api pemikiran menjengkau ke lautan tangis, deburan ombaknya masih dimaknai teka-teki tebing karang.

Tiada kepedulian selain sepi sendiri memamah sunyi, luka tak akan terobati, hanya kesetiaan pada negeri menghampiri topangan terus perjuangkan harga diri.

Angkasa melompong, bintang-gemintang gusar kepulan asap membelukar, tak tampak bulan berhadap lahirnya mimpi. Esok, semua larut dalam perenungan bimbang, tiada sepi selain yang peduli, ratapan dinding bersimpuh di lantai.

Dingin tak terkata saat merasakan gigil, ngilu jerit kematian pada yang dirundung maut berkali-kali, persinggahan kuburan, bunga kamboja terselip di telinga.

Merekah di sebalik juntaian rambut kusut peristiwa, kusam warnanya tidak tampak emas buta sengsara. Hanya puisi mampu berkata-kata, mengusap kepala anak-anak yatim di bencah tanah sehabis ditebah kaki-kaki serakah.

Kesepian penyair tuangkan kata sembuhkan luka sejarah, namun perih pedih tetap saja jika tak dibalut keringat kerja. Tumbuhkan benih kemungkinan, perluas wilayah kesadaran yakin, tegak menatap cermin fitroah Keilahian.

Dari muka kelahiran berharap, bangsa-bangsa tak lagi peperangan yang merusak sunyi menjauhkan fikiran kecuali hasrat mendendam. Maka barangsiapa peduli sepi mendapati kemerdekaan, jauh nalar busuk menginjak sesama insan.

Keheningan menyaksikan jasad yang hancur mendekati gurun pasir kering kerontang perasaan, ditiup bayu menggunung bertenggelam; was-was dan kebencian, hanya di kedalaman bathin penyair paling merasakan, degup jantung dipukuli batu-batu maut ketertindasan.

Tidak ada komentar:

(1813-1883) Abdul Hadi W.M. Adelbert von Chamisso (1781-1838) Affandi Koesoema (1907–1990) Agama Para Bajingan Ajip Rosidi Akhmad Taufiq Albert Camus Alexander Sergeyevich Pushkin (1799–1837) Amy Lowell (1874-1925) Andong Buku #3 André Chénier (1762-1794) Andy Warhol Antologi Puisi Tunggal Sarang Ruh Anton Bruckner (1824 –1896) Apa & Siapa Penyair Indonesia Arthur Rimbaud (1854-1891) Arthur Schopenhauer (1788-1860) Arti Bumi Intaran Bahasa Bakat Balada-balada Takdir Terlalu Dini Bangsa Basoeki Abdullah (1915 -1993) Batas Pasir Nadi Beethoven Ben Okri Bentara Budaya Yogyakarta Berita Biografi Nurel Javissyarqi Budaya Buku Stensilan Bung Tomo Candi Prambanan Cantik Chairil Anwar Charles Baudelaire (1821-1867) Cover Buku Dami N. Toda Dante Alighieri (1265-1321) Dante Gabriel Rossetti (1828-1882) Denanyar Jombang Dendam Desa Dwi Pranoto Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eka Budianta Emily Dickinson (1830-1886) Esai Esai-esai Pelopor Pemberontakan Sejarah Kesusastraan Indonesia Feminisme Filsafat Forum Kajian Kebudayaan Hindis Yogyakarta Foto Lawas François Villon (1430-1480) Franz Schubert (1797-1828) Frederick Delius (1862-1934) Friedrich Nietzsche (1844-1900) Friedrich Schiller (1759-1805) G. J. Resink (1911-1997) Gabriela Mistral (1889-1957) Goethe Hallaj Hantu Hazrat Inayat Khan Henri de Régnier (1864-1936) Henry Lawson (1867-1922) Hermann Hesse Ichsa Chusnul Chotimah Identitas Iftitahur Rohmah Ignas Kleden Igor Stravinsky (1882-1971) Ilustrator Cover Sony Prasetyotomo Indonesia Ingatan Iqbal Ismiyati Mukarromah Javissyarqi Muhammada Johannes Brahms (1833-1897) John Keats (1795-1821) José de Espronceda (1808-1842) Joseph Maurice Ravel (1875 - 1937) Jostein Gaarder Kadipaten Kulon 49 c Kajian Budaya Semi Karya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kata-kata Mutiara Kausalitas Kedutaan Perancis Kegagalan Kegelisahan Kekuasaan Kemenyan Ken Angrok Kenyataan Kesadaran KH. M. Najib Muhammad Khalil Gibran (1883-1931) Kitab Para Malaikat Kitab Para Malaikat (Book of the Angels) Komunitas Deo Gratias Konsep Korupsi Kritik Sastra Kulya dalam Relung Filsafat Kumpulan Cahaya Rasa Ardhana Lintang Sastra Ludwig Tieck Luís Vaz de Camões Lupa Magetan Makna Maman S. Mahayana Marco Polo (1254-1324) Masa Depan Matahari Max Dauthendey (1867-1918) Media: Crayon on Paper MEMBONGKAR MITOS KESUSASTRAAN INDONESIA Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Michelangelo (1475-1564) Mimpi Minamoto Yorimasa (1106-1180) Mistik Mitos Modest Petrovich Mussorgsky (1839-1881) Mohammad Yamin Mojokerto Mozart Natural Nurel Javissyarqi Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pahlawan Pangeran Diponegoro Panggung Paul Valéry (1871-1945) PDS H.B. Jassin Pelantikan Soekarno sebagai Presiden R.I.S (17 Desember 1949) Pembangunan Pemberontak Pendapat Pengangguran Pengarang Penjajakan Penjarahan Penyair Penyair Tak Dikenal Peperangan Perang Percy Bysshe Shelley (1792–1822) Perkalian Pierre de Ronsard (1524-1585) PKI Plagiator Post-modern Potret Sang Pengelana (Nurel Javissyarqi) Presiden Penyair Proses Kreatif Puisi Puitik Pujangga PUstaka puJAngga R. Ng. Ronggowarsito (1802-1873) Rabindranath Tagore Rainer Maria Rilke (1875-1926) Realitas Reuni Alumni 1991/1992 Mts Putra-Putri Simo Revolusi Revormasi Richard Strauss (1864-1949) Richard Wagner (1813-1883) Rimsky-Korsakov (1844-1908) Rindu Robert Desnos (1900-1945) Rosalía de Castro (1837-1885) Ruang Rumi Sajak Sakral Santa Teresa (1515-1582) Sapu Jagad Sara Teasdale (1884-1933) Sastra SastraNESIA Sayap-sayap Sembrani Segenggam Debu di Langit Sejarah Self Portrait Self Portrait Nurel Javissyarqi by Wawan Pinhole Seni Serikat Petani Lampung Shadra Sihar Ramses Simatupang Sumpah Pemuda Sungai Surabaya Suryanto Sastroatmodjo Sutardji Calzoum Bachri tas Sastra Mangkubumen (KSM) Taufiq Wr. Hidayat Telaga Sarangan Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Thales Trilogi Kesadaran Tubuh Ujaran-ujaran Hidup Sang Pujangga Universitas Jember Waktu Walter Savage Landor (1775-1864) Wawan Pinhole William Blake (1757-1827) William Butler Yeats (1865-1939) Wislawa Szymborska Yasunari Kawabata (1899-1972) Yayasan Hari Puisi Indonesia 2017 Yogyakarta Yuja Wang Yukio Mishima (1925-1970) Zadie Smith (25 Oktober 1975 - )