Minggu, 17 Januari 2010

William Blake (1757-1827)

Nurel Javissyarqi
http://pustakapujangga.com/

PELBAGAI SENYUM
William Blake

Ada senyum merkahan cinta,
Ada senyum berisi tipu,
Pun sari senyuman ada,
Dalamnya dua senyum berpadu.

Dan ada kernyit berisi dendam,
Pula ada kernyit menghina,
Dan ada hakikat dari kernyitan
Yang sia-sia kaucoba melupa.

Ia dalam tertikam di jantung
Dan menusuk di benak punggung;
Dan tiada senyum pernah disenyumkan,
Selain hanya satu senyuman,

Yang antara buaian dan kubur
Kita senyumkan sekali hanya;
Dan sekali dilepas bibir,
Kikis olehnya segala derita.

William Blake (1757-1827), penyair Inggris yang lahir dan meninggal di London. Pengetahuan sastrawinya atas belajar secara autodidak, hidupnya agak memencil dalam kemiskinan. Persajakannya berbeda dengan para penyair adab 18, dialah kiblat perseorangan yang menjulang tinggi dalam waktu dan ruang, sajaknya kental segala aliran romantik, di samping anasirnya belum kelihatan pada penyair-penyair sebelumnya. Cintanya pada alam berpaut kecenderungan mistik hingga karyanya sukar difahami, terutama lambangnya berganda kerap dipergunakan. Yang mudah ditangkap terdapat dalam Poetical Sketches, Songs of Innocence (1789), Song of Experience (1794), yang paling sukar sajak-sajaknya di masa penghabisan. {dari Puisi Dunia, jilid II, disusun M. Taslim Ali, Balai Pustaka, 1953}.
***

Alam merupakan kekayaan istimewa, apalagi bagi seorang yang terhimpit keterbatasan hidupnya.

Menjelma perbendaharaan tersembunyi, betapa sukar diraih, kecuali bersungguh menggumuli keayuan tulus paripurna;

lenggokan dedahan, lengkingan bebambu menjulang, panggilan gelombang laut, tangisan ombak di pesisir,

ladang hijau ondakan musik ketinggian bukit menggapai awan, bersahaja hadirkan nilai tanpa pamrih.

Jiwa perenungan terdalam memberi kupasan berlimpah, hikmah bercucuran dari kening memelanting bulir keringat lembut pada tuwong kencana kehidupan.

Teguklah tanpa curiga agar meresapi tulang iga rahasia, lantas bathin semesta menjelma angin mengendarai api, uap pada dinding padat tak terlihat sangat terasa.

Manakala langkah terbentur keganjilan, dipersaksikan alam raya membimbing insan pada keluhuran budhi keadiluhungan gunung api, warnanya menyeruak memekarkan kembang hati.

Bahasa tubuh hadir lebih dekat, gerak gemulai guratan pertajam keinginan, diembannya tersemat memberi ruh kata-kata ke udara menjelma makna.

Atau yang tampak di kedalaman terkandung berita; gelisah, derita, senang, keraguan, tipu muslihat, pun curiga, raut mewakili meski tanpa bersuara, lantaran badan kesadaran menginsafi perasaan jalinan kalbu gelombang.

Menyuratkan yang terkabar, puisi jadi panggung pagelaran mementaskan kemungkinan tertanda.

William Blake menjumputi puitika jasadiah yang bersimpan kehendak, dijabarkan pada ladang digali, guna tanak mengaduk perihal hayati.

Kelembutan membakar memendam ada yang lenyap, berasal kalbu menuju fikiran, dilewatkan tak lagi setubuh, seperti pertemuan awal rasa kehilangan melintas tidak tertangkap.

Sedang rajaman hati membekasi bersimpan gairah, yang jauh cenderung menuntun jiwa kekal.

Sudut pandang kentara, manakala dirangsek lawan bicara, bahasa pengingkaran pula kesetiaan lebih jelas dari pengertian.

Lantaran gerak bukan sekadar menjalani makna, tapi menyakini yang sedang diikrarkan. Ikhtiar menempa kesejatian; pilihan hakim penentu langkah kembara.

Yang sengkarut pemikiran pada pertikaian jiwa, mendamba kikisnya derita. Senyum terakhir di saat buaian kubur, menanti penggali tebarkan bunga.

Menjadikan keseimbangan mematangkan buah, dari cobaan musim berganti pun termaktub kali ini, kelak tentu sepadan tafsiran masa-masa.

Tidak ada komentar:

(1813-1883) Abdul Hadi W.M. Adelbert von Chamisso (1781-1838) Affandi Koesoema (1907–1990) Agama Para Bajingan Ajip Rosidi Akhmad Taufiq Albert Camus Alexander Sergeyevich Pushkin (1799–1837) Amy Lowell (1874-1925) Andong Buku #3 André Chénier (1762-1794) Andy Warhol Antologi Puisi Tunggal Sarang Ruh Anton Bruckner (1824 –1896) Apa & Siapa Penyair Indonesia Arthur Rimbaud (1854-1891) Arthur Schopenhauer (1788-1860) Arti Bumi Intaran Bahasa Bakat Balada-balada Takdir Terlalu Dini Bangsa Basoeki Abdullah (1915 -1993) Batas Pasir Nadi Beethoven Ben Okri Bentara Budaya Yogyakarta Berita Biografi Nurel Javissyarqi Budaya Buku Stensilan Bung Tomo Candi Prambanan Cantik Chairil Anwar Charles Baudelaire (1821-1867) Cover Buku Dami N. Toda Dante Alighieri (1265-1321) Dante Gabriel Rossetti (1828-1882) Denanyar Jombang Dendam Desa Dwi Pranoto Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eka Budianta Emily Dickinson (1830-1886) Esai Esai-esai Pelopor Pemberontakan Sejarah Kesusastraan Indonesia Feminisme Filsafat Forum Kajian Kebudayaan Hindis Yogyakarta Foto Lawas François Villon (1430-1480) Franz Schubert (1797-1828) Frederick Delius (1862-1934) Friedrich Nietzsche (1844-1900) Friedrich Schiller (1759-1805) G. J. Resink (1911-1997) Gabriela Mistral (1889-1957) Goethe Hallaj Hantu Hazrat Inayat Khan Henri de Régnier (1864-1936) Henry Lawson (1867-1922) Hermann Hesse Ichsa Chusnul Chotimah Identitas Iftitahur Rohmah Ignas Kleden Igor Stravinsky (1882-1971) Ilustrator Cover Sony Prasetyotomo Indonesia Ingatan Iqbal Ismiyati Mukarromah Javissyarqi Muhammada Johannes Brahms (1833-1897) John Keats (1795-1821) José de Espronceda (1808-1842) Joseph Maurice Ravel (1875 - 1937) Jostein Gaarder Kadipaten Kulon 49 c Kajian Budaya Semi Karya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kata-kata Mutiara Kausalitas Kedutaan Perancis Kegagalan Kegelisahan Kekuasaan Kemenyan Ken Angrok Kenyataan Kesadaran KH. M. Najib Muhammad Khalil Gibran (1883-1931) Kitab Para Malaikat Kitab Para Malaikat (Book of the Angels) Komunitas Deo Gratias Konsep Korupsi Kritik Sastra Kulya dalam Relung Filsafat Kumpulan Cahaya Rasa Ardhana Lintang Sastra Ludwig Tieck Luís Vaz de Camões Lupa Magetan Makna Maman S. Mahayana Marco Polo (1254-1324) Masa Depan Matahari Max Dauthendey (1867-1918) Media: Crayon on Paper MEMBONGKAR MITOS KESUSASTRAAN INDONESIA Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Michelangelo (1475-1564) Mimpi Minamoto Yorimasa (1106-1180) Mistik Mitos Modest Petrovich Mussorgsky (1839-1881) Mohammad Yamin Mojokerto Mozart Natural Nurel Javissyarqi Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pahlawan Pangeran Diponegoro Panggung Paul Valéry (1871-1945) PDS H.B. Jassin Pelantikan Soekarno sebagai Presiden R.I.S (17 Desember 1949) Pembangunan Pemberontak Pendapat Pengangguran Pengarang Penjajakan Penjarahan Penyair Penyair Tak Dikenal Peperangan Perang Percy Bysshe Shelley (1792–1822) Perkalian Pierre de Ronsard (1524-1585) PKI Plagiator Post-modern Potret Sang Pengelana (Nurel Javissyarqi) Presiden Penyair Proses Kreatif Puisi Puitik Pujangga PUstaka puJAngga R. Ng. Ronggowarsito (1802-1873) Rabindranath Tagore Rainer Maria Rilke (1875-1926) Realitas Reuni Alumni 1991/1992 Mts Putra-Putri Simo Revolusi Revormasi Richard Strauss (1864-1949) Richard Wagner (1813-1883) Rimsky-Korsakov (1844-1908) Rindu Robert Desnos (1900-1945) Rosalía de Castro (1837-1885) Ruang Rumi Sajak Sakral Santa Teresa (1515-1582) Sapu Jagad Sara Teasdale (1884-1933) Sastra SastraNESIA Sayap-sayap Sembrani Segenggam Debu di Langit Sejarah Self Portrait Self Portrait Nurel Javissyarqi by Wawan Pinhole Seni Serikat Petani Lampung Shadra Sihar Ramses Simatupang Sumpah Pemuda Sungai Surabaya Suryanto Sastroatmodjo Sutardji Calzoum Bachri tas Sastra Mangkubumen (KSM) Taufiq Wr. Hidayat Telaga Sarangan Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Thales Trilogi Kesadaran Tubuh Ujaran-ujaran Hidup Sang Pujangga Universitas Jember Waktu Walter Savage Landor (1775-1864) Wawan Pinhole William Blake (1757-1827) William Butler Yeats (1865-1939) Wislawa Szymborska Yasunari Kawabata (1899-1972) Yayasan Hari Puisi Indonesia 2017 Yogyakarta Yuja Wang Yukio Mishima (1925-1970) Zadie Smith (25 Oktober 1975 - )