Nurel Javissyarqi
http://pustakapujangga.com/
PELBAGAI SENYUM
William Blake
Ada senyum merkahan cinta,
Ada senyum berisi tipu,
Pun sari senyuman ada,
Dalamnya dua senyum berpadu.
Dan ada kernyit berisi dendam,
Pula ada kernyit menghina,
Dan ada hakikat dari kernyitan
Yang sia-sia kaucoba melupa.
Ia dalam tertikam di jantung
Dan menusuk di benak punggung;
Dan tiada senyum pernah disenyumkan,
Selain hanya satu senyuman,
Yang antara buaian dan kubur
Kita senyumkan sekali hanya;
Dan sekali dilepas bibir,
Kikis olehnya segala derita.
William Blake (1757-1827), penyair Inggris yang lahir dan meninggal di London. Pengetahuan sastrawinya atas belajar secara autodidak, hidupnya agak memencil dalam kemiskinan. Persajakannya berbeda dengan para penyair adab 18, dialah kiblat perseorangan yang menjulang tinggi dalam waktu dan ruang, sajaknya kental segala aliran romantik, di samping anasirnya belum kelihatan pada penyair-penyair sebelumnya. Cintanya pada alam berpaut kecenderungan mistik hingga karyanya sukar difahami, terutama lambangnya berganda kerap dipergunakan. Yang mudah ditangkap terdapat dalam Poetical Sketches, Songs of Innocence (1789), Song of Experience (1794), yang paling sukar sajak-sajaknya di masa penghabisan. {dari Puisi Dunia, jilid II, disusun M. Taslim Ali, Balai Pustaka, 1953}.
***
Alam merupakan kekayaan istimewa, apalagi bagi seorang yang terhimpit keterbatasan hidupnya.
Menjelma perbendaharaan tersembunyi, betapa sukar diraih, kecuali bersungguh menggumuli keayuan tulus paripurna;
lenggokan dedahan, lengkingan bebambu menjulang, panggilan gelombang laut, tangisan ombak di pesisir,
ladang hijau ondakan musik ketinggian bukit menggapai awan, bersahaja hadirkan nilai tanpa pamrih.
Jiwa perenungan terdalam memberi kupasan berlimpah, hikmah bercucuran dari kening memelanting bulir keringat lembut pada tuwong kencana kehidupan.
Teguklah tanpa curiga agar meresapi tulang iga rahasia, lantas bathin semesta menjelma angin mengendarai api, uap pada dinding padat tak terlihat sangat terasa.
Manakala langkah terbentur keganjilan, dipersaksikan alam raya membimbing insan pada keluhuran budhi keadiluhungan gunung api, warnanya menyeruak memekarkan kembang hati.
Bahasa tubuh hadir lebih dekat, gerak gemulai guratan pertajam keinginan, diembannya tersemat memberi ruh kata-kata ke udara menjelma makna.
Atau yang tampak di kedalaman terkandung berita; gelisah, derita, senang, keraguan, tipu muslihat, pun curiga, raut mewakili meski tanpa bersuara, lantaran badan kesadaran menginsafi perasaan jalinan kalbu gelombang.
Menyuratkan yang terkabar, puisi jadi panggung pagelaran mementaskan kemungkinan tertanda.
William Blake menjumputi puitika jasadiah yang bersimpan kehendak, dijabarkan pada ladang digali, guna tanak mengaduk perihal hayati.
Kelembutan membakar memendam ada yang lenyap, berasal kalbu menuju fikiran, dilewatkan tak lagi setubuh, seperti pertemuan awal rasa kehilangan melintas tidak tertangkap.
Sedang rajaman hati membekasi bersimpan gairah, yang jauh cenderung menuntun jiwa kekal.
Sudut pandang kentara, manakala dirangsek lawan bicara, bahasa pengingkaran pula kesetiaan lebih jelas dari pengertian.
Lantaran gerak bukan sekadar menjalani makna, tapi menyakini yang sedang diikrarkan. Ikhtiar menempa kesejatian; pilihan hakim penentu langkah kembara.
Yang sengkarut pemikiran pada pertikaian jiwa, mendamba kikisnya derita. Senyum terakhir di saat buaian kubur, menanti penggali tebarkan bunga.
Menjadikan keseimbangan mematangkan buah, dari cobaan musim berganti pun termaktub kali ini, kelak tentu sepadan tafsiran masa-masa.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
(1813-1883)
Abdul Hadi W.M.
Adelbert von Chamisso (1781-1838)
Affandi Koesoema (1907–1990)
Agama Para Bajingan
Ajip Rosidi
Akhmad Taufiq
Albert Camus
Alexander Sergeyevich Pushkin (1799–1837)
Amy Lowell (1874-1925)
Andong Buku #3
André Chénier (1762-1794)
Andy Warhol
Antologi Puisi Tunggal Sarang Ruh
Anton Bruckner (1824 –1896)
Apa & Siapa Penyair Indonesia
Arthur Rimbaud (1854-1891)
Arthur Schopenhauer (1788-1860)
Arti Bumi Intaran
Bahasa
Bakat
Balada-balada Takdir Terlalu Dini
Bangsa
Basoeki Abdullah (1915 -1993)
Batas Pasir Nadi
Beethoven
Ben Okri
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Biografi Nurel Javissyarqi
Budaya
Buku Stensilan
Bung Tomo
Candi Prambanan
Cantik
Chairil Anwar
Charles Baudelaire (1821-1867)
Cover Buku
Dami N. Toda
Dante Alighieri (1265-1321)
Dante Gabriel Rossetti (1828-1882)
Denanyar Jombang
Dendam
Desa
Dwi Pranoto
Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra
Eka Budianta
Emily Dickinson (1830-1886)
Esai
Esai-esai Pelopor Pemberontakan Sejarah Kesusastraan Indonesia
Feminisme
Filsafat
Forum Kajian Kebudayaan Hindis Yogyakarta
Foto Lawas
François Villon (1430-1480)
Franz Schubert (1797-1828)
Frederick Delius (1862-1934)
Friedrich Nietzsche (1844-1900)
Friedrich Schiller (1759-1805)
G. J. Resink (1911-1997)
Gabriela Mistral (1889-1957)
Goethe
Hallaj
Hantu
Hazrat Inayat Khan
Henri de Régnier (1864-1936)
Henry Lawson (1867-1922)
Hermann Hesse
Ichsa Chusnul Chotimah
Identitas
Iftitahur Rohmah
Ignas Kleden
Igor Stravinsky (1882-1971)
Ilustrator Cover Sony Prasetyotomo
Indonesia
Ingatan
Iqbal
Ismiyati Mukarromah
Javissyarqi Muhammada
Johannes Brahms (1833-1897)
John Keats (1795-1821)
José de Espronceda (1808-1842)
Joseph Maurice Ravel (1875 - 1937)
Jostein Gaarder
Kadipaten Kulon 49 c
Kajian Budaya Semi
Karya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kata-kata Mutiara
Kausalitas
Kedutaan Perancis
Kegagalan
Kegelisahan
Kekuasaan
Kemenyan
Ken Angrok
Kenyataan
Kesadaran
KH. M. Najib Muhammad
Khalil Gibran (1883-1931)
Kitab Para Malaikat
Kitab Para Malaikat (Book of the Angels)
Komunitas Deo Gratias
Konsep
Korupsi
Kritik Sastra
Kulya dalam Relung Filsafat
Kumpulan Cahaya Rasa Ardhana
Lintang Sastra
Ludwig Tieck
Luís Vaz de Camões
Lupa
Magetan
Makna
Maman S. Mahayana
Marco Polo (1254-1324)
Masa Depan
Matahari
Max Dauthendey (1867-1918)
Media: Crayon on Paper
MEMBONGKAR MITOS KESUSASTRAAN INDONESIA
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Michelangelo (1475-1564)
Mimpi
Minamoto Yorimasa (1106-1180)
Mistik
Mitos
Modest Petrovich Mussorgsky (1839-1881)
Mohammad Yamin
Mojokerto
Mozart
Natural
Nurel Javissyarqi
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pahlawan
Pangeran Diponegoro
Panggung
Paul Valéry (1871-1945)
PDS H.B. Jassin
Pelantikan Soekarno sebagai Presiden R.I.S (17 Desember 1949)
Pembangunan
Pemberontak
Pendapat
Pengangguran
Pengarang
Penjajakan
Penjarahan
Penyair
Penyair Tak Dikenal
Peperangan
Perang
Percy Bysshe Shelley (1792–1822)
Perkalian
Pierre de Ronsard (1524-1585)
PKI
Plagiator
Post-modern
Potret Sang Pengelana (Nurel Javissyarqi)
Presiden Penyair
Proses Kreatif
Puisi
Puitik
Pujangga
PUstaka puJAngga
R. Ng. Ronggowarsito (1802-1873)
Rabindranath Tagore
Rainer Maria Rilke (1875-1926)
Realitas
Reuni Alumni 1991/1992 Mts Putra-Putri Simo
Revolusi
Revormasi
Richard Strauss (1864-1949)
Richard Wagner (1813-1883)
Rimsky-Korsakov (1844-1908)
Rindu
Robert Desnos (1900-1945)
Rosalía de Castro (1837-1885)
Ruang
Rumi
Sajak
Sakral
Santa Teresa (1515-1582)
Sapu Jagad
Sara Teasdale (1884-1933)
Sastra
SastraNESIA
Sayap-sayap Sembrani
Segenggam Debu di Langit
Sejarah
Self Portrait
Self Portrait Nurel Javissyarqi by Wawan Pinhole
Seni
Serikat Petani Lampung
Shadra
Sihar Ramses Simatupang
Sumpah Pemuda
Sungai
Surabaya
Suryanto Sastroatmodjo
Sutardji Calzoum Bachri
tas Sastra Mangkubumen (KSM)
Taufiq Wr. Hidayat
Telaga Sarangan
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Thales
Trilogi Kesadaran
Tubuh
Ujaran-ujaran Hidup Sang Pujangga
Universitas Jember
Waktu
Walter Savage Landor (1775-1864)
Wawan Pinhole
William Blake (1757-1827)
William Butler Yeats (1865-1939)
Wislawa Szymborska
Yasunari Kawabata (1899-1972)
Yayasan Hari Puisi Indonesia 2017
Yogyakarta
Yuja Wang
Yukio Mishima (1925-1970)
Zadie Smith (25 Oktober 1975 - )
Kitab Para Malaikat
- MUQADDIMAH: WAKTU DI SAYAP MALAIKAT, I – XXXIX
- MEMBUKA RAGA PADMI, I: I – XCIII
- HUKUM-HUKUM PECINTA, II: I – CXIII
- BAIT-BAIT PERSEMBAHAN, III: I – XCIII
- RUANG-RUANG MENGABADIKAN, IV: I – XCVIII
- MUSIK-TARIAN KEABADIAN, V: I – LXXIV
- DIRUAPI MALAM HARUM, VI: I – LXXVII
- KEINGINAN-KEINGINAN MULIA, VII: I – LXXXVII
- DI ATAS TANDU LANGITAN, VIII: I – CXXIII
- ANAK SUNGAI FILSAFAT, IX: I – CI
- SEKUNTUM BUNGA REVOLUSI, X: I- XCI
- PENAMPAKAN DOA SEMALAM, XI: I- CVI
- DUKA TANGIS BUSA, XII: I – CXVIII
- GELOMBANG MERAWAT PANTAI, XIII: I – CXI
- MENGEMBALIKAN NIAT SUCI, XIV: I – CIX
- PEMBANGUN DUNIA GANJIL, XV: I – XCIII
- SIANG TUBUH, MALAM JIWANYA, XVI: I – CXIII
- SECERCA CAHAYA KURNIA, XVII: I – CI
- TANAH KELAHIRAN MASA, XVIII: I – CXXVII
- RUANG-WAKTU PADAT, XIX: I – XC
- MUAKHIR; KESAKSIAN-KESAKSIAN, XX: I – CXXVI
- Mulanya
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (I)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (II)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (III)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (IV)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (V)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (VI)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (VII)
- Akhirnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar