Nurel Javissyarqi
http://pustakapujangga.com/
Nukilan dari GRAND TESTAMENT XVIII
François Villon
“Apa kauperbuat” datang tanya tiba-tiba,
“Sampai tersangka jadi pencuri di lautan?”
Yang ditanya buru-buru menjawab tanya:
“Kenapa aku pencuri kaunamakan?
Karena aku membajak di lautan?
Dengan hanya sebuah kapal kecil dan lemah?
Aku kini pasti telah raja di lautan,
Andai aku bagai kau punya balatentara.”
***
François Villon, nama aslinya François de Montcorbier atau François des Loges, lahir di Paris 1430 yang meninggal dekat tahun 1480. Penyair besar jaman Tengah yang menganut aliran romantik abad XII; getaran jiwanya berkumandang sampai mendapat perhatian penyair-penyair Prancis modern, Apollinaire dan Cargo. Lewat kesederhanaan indah keharuan meradang, menjanjikan umat manusia yang menderita. Villon dari keluarga miskin, ada familinya mampu sehingga dapat belajar di Universitet Sorbonne. Sewaktu mahasiswa terlibat peristiwa yang berakhir kematian seseorang. Villon dibuang lantas bergabung dengan gerombolan perampok. Dua kali menghadapi tiang gantungan, hanya nasib mujur menyelamatkannya, dijatuhkan hukum buang sepuluh tahun, sejak itu tak terdengar kabarnya. Sajak-sajaknya yang terkenal: Grand Testament, Ballade des Pendus, Ballade des Dames du Temps jadis, serta Ballade pour Prier Nostre Dame. {dari buku Puisi Dunia, jilid I, susunan M. Taslim Ali, terbitan Balai Pustaka, 1952}.
Hidup ialah perjuangkan nyawa bagi sang keras kepala, sebab kompromi menguntungkan para filsuf pencari muka; demikian sayup-sayup kudengar di telinga, entah kata hatiku atau pantulan dari suara Villon.
Di tempat berbeda aku sempat berpendapat, seorang perampok lebih bertanggung jawab terhadap anak-anaknya, manakala yang dirampok tak mempunyai perasaan malu menimbun harta, tanpa melihat tetangga kelaparan.
Kerasnya hidup menjejakkan kaki-kaki seseorang menentukan jalannya lebih tegas daripada pernyataan yang meski masuk akal.
Di sana ada padatan siang malam dalam jasad ruh, terlukis di binaran bola mata, jalan-jalan membisu, teriakan keras tak terdengar, tetapi menggetarkan sampai jauh.
Jarak tak mampu ditaksirkan melampaui abad sejarah paling kelam, sehingga matahari lebih dekat faham makna putaran.
Villon menyetubuhi waktu, ketika semuanya terlelap pada nafasan daging. Tatkala jiwanya sepanas bara, tidak dirasa bulan malam angin sepoi tunduk tatapannya.
Pandangannya lebih jitu dari butiran peluru atas pemicu ditarik ribuan hawatir, hasrat meledak-ledak laksana dada batu pecah oleh hantaman palu, remuknya memburai ke mata-mata.
Orang-orang ingin bertemu harus mengubah karakternya demi menerima aura yang tiada tertundukkan, sebab dinaungi dewi fortuna.
Ada kesungguhan puitik manakala takdir dirasa menjepit, realitas menampakkan keelokan nalar meliar bereaksi kilatan cahaya, atau air hujan melompat memberi fikiran meresap ke hati.
Ada lontaran lugas bersimpan peristiwa makna lebih indah sedari nyanyian balada, ketika yang terkena mendapati desiran halus firasat serupa.
Kesamaan nasib percepat pemahaman merasuk atau lewat penerimaan sungguh, dunia yang tak dikenal menjadi intim dari nilai-nilai keselarasan dirasai sebelumnya.
Di sini urakan menempati ruang hati seperti kebuntuan niscaya ada pada kehidupan. Dan Villon mampu menyerukan dengan menawan, sehingga panggung dibenarkan mementaskan.
Ada kerendah hatian matang melebihi ketabahan batu berlubang atas tetesan air. Pada puncaknya kisah itu keluar dari goa pertapaan, melintasi rimbun perbincangan memasuki ruang renungan, mengarungi gelombang perdebatan melewati gurun keterkucilan, atas deru badai perubahan.
Keharuan meradang dari realitas penekanan, menyembul bagai balon berisi udara direndam dalam air, terciptalah daya utarakan kejujuran perihal alami, tiba-tiba membuncah tak terelak.
Jeritan ketertindasan terwakili serupa sesalan pada ampunan tak menjadi baik. Di sebelahnya berkesungguhan terpancar memberi pengadilan, timbangan kekekalan masa-masa, Tuhan yang memberi tingkatan kesadaran menuju muara.
Di bawah ini TULISAN DI NISAN VILLON
Saudaraku seumat yang hidup sesudah kami,
Jangan terhadap kami hatimu kaubatukan,
Adapun, bila kaubelasi kami yang malang ini,
Kaupun lantas saja diampuni oleh Tuhan.
Kaulihat kami ini lima-enam orang bergantungan;
Daging kami, terlalu kami padat dengan makanan,
Hampirlah busuk seluruhnya, hancur berantakan,
Lalu kami, kerangka, menjadi tepung dan debu.
Kami yang malang ini janganlah tertawakan,
Tapi doakan: Tuhan mengampuni kami dan kamu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
(1813-1883)
Abdul Hadi W.M.
Adelbert von Chamisso (1781-1838)
Affandi Koesoema (1907–1990)
Agama Para Bajingan
Ajip Rosidi
Akhmad Taufiq
Albert Camus
Alexander Sergeyevich Pushkin (1799–1837)
Amy Lowell (1874-1925)
Andong Buku #3
André Chénier (1762-1794)
Andy Warhol
Antologi Puisi Tunggal Sarang Ruh
Anton Bruckner (1824 –1896)
Apa & Siapa Penyair Indonesia
Arthur Rimbaud (1854-1891)
Arthur Schopenhauer (1788-1860)
Arti Bumi Intaran
Bahasa
Bakat
Balada-balada Takdir Terlalu Dini
Bangsa
Basoeki Abdullah (1915 -1993)
Batas Pasir Nadi
Beethoven
Ben Okri
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Biografi Nurel Javissyarqi
Budaya
Buku Stensilan
Bung Tomo
Candi Prambanan
Cantik
Chairil Anwar
Charles Baudelaire (1821-1867)
Cover Buku
Dami N. Toda
Dante Alighieri (1265-1321)
Dante Gabriel Rossetti (1828-1882)
Denanyar Jombang
Dendam
Desa
Dwi Pranoto
Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra
Eka Budianta
Emily Dickinson (1830-1886)
Esai
Esai-esai Pelopor Pemberontakan Sejarah Kesusastraan Indonesia
Feminisme
Filsafat
Forum Kajian Kebudayaan Hindis Yogyakarta
Foto Lawas
François Villon (1430-1480)
Franz Schubert (1797-1828)
Frederick Delius (1862-1934)
Friedrich Nietzsche (1844-1900)
Friedrich Schiller (1759-1805)
G. J. Resink (1911-1997)
Gabriela Mistral (1889-1957)
Goethe
Hallaj
Hantu
Hazrat Inayat Khan
Henri de Régnier (1864-1936)
Henry Lawson (1867-1922)
Hermann Hesse
Ichsa Chusnul Chotimah
Identitas
Iftitahur Rohmah
Ignas Kleden
Igor Stravinsky (1882-1971)
Ilustrator Cover Sony Prasetyotomo
Indonesia
Ingatan
Iqbal
Ismiyati Mukarromah
Javissyarqi Muhammada
Johannes Brahms (1833-1897)
John Keats (1795-1821)
José de Espronceda (1808-1842)
Joseph Maurice Ravel (1875 - 1937)
Jostein Gaarder
Kadipaten Kulon 49 c
Kajian Budaya Semi
Karya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kata-kata Mutiara
Kausalitas
Kedutaan Perancis
Kegagalan
Kegelisahan
Kekuasaan
Kemenyan
Ken Angrok
Kenyataan
Kesadaran
KH. M. Najib Muhammad
Khalil Gibran (1883-1931)
Kitab Para Malaikat
Kitab Para Malaikat (Book of the Angels)
Komunitas Deo Gratias
Konsep
Korupsi
Kritik Sastra
Kulya dalam Relung Filsafat
Kumpulan Cahaya Rasa Ardhana
Lintang Sastra
Ludwig Tieck
Luís Vaz de Camões
Lupa
Magetan
Makna
Maman S. Mahayana
Marco Polo (1254-1324)
Masa Depan
Matahari
Max Dauthendey (1867-1918)
Media: Crayon on Paper
MEMBONGKAR MITOS KESUSASTRAAN INDONESIA
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Michelangelo (1475-1564)
Mimpi
Minamoto Yorimasa (1106-1180)
Mistik
Mitos
Modest Petrovich Mussorgsky (1839-1881)
Mohammad Yamin
Mojokerto
Mozart
Natural
Nurel Javissyarqi
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pahlawan
Pangeran Diponegoro
Panggung
Paul Valéry (1871-1945)
PDS H.B. Jassin
Pelantikan Soekarno sebagai Presiden R.I.S (17 Desember 1949)
Pembangunan
Pemberontak
Pendapat
Pengangguran
Pengarang
Penjajakan
Penjarahan
Penyair
Penyair Tak Dikenal
Peperangan
Perang
Percy Bysshe Shelley (1792–1822)
Perkalian
Pierre de Ronsard (1524-1585)
PKI
Plagiator
Post-modern
Potret Sang Pengelana (Nurel Javissyarqi)
Presiden Penyair
Proses Kreatif
Puisi
Puitik
Pujangga
PUstaka puJAngga
R. Ng. Ronggowarsito (1802-1873)
Rabindranath Tagore
Rainer Maria Rilke (1875-1926)
Realitas
Reuni Alumni 1991/1992 Mts Putra-Putri Simo
Revolusi
Revormasi
Richard Strauss (1864-1949)
Richard Wagner (1813-1883)
Rimsky-Korsakov (1844-1908)
Rindu
Robert Desnos (1900-1945)
Rosalía de Castro (1837-1885)
Ruang
Rumi
Sajak
Sakral
Santa Teresa (1515-1582)
Sapu Jagad
Sara Teasdale (1884-1933)
Sastra
SastraNESIA
Sayap-sayap Sembrani
Segenggam Debu di Langit
Sejarah
Self Portrait
Self Portrait Nurel Javissyarqi by Wawan Pinhole
Seni
Serikat Petani Lampung
Shadra
Sihar Ramses Simatupang
Sumpah Pemuda
Sungai
Surabaya
Suryanto Sastroatmodjo
Sutardji Calzoum Bachri
tas Sastra Mangkubumen (KSM)
Taufiq Wr. Hidayat
Telaga Sarangan
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Thales
Trilogi Kesadaran
Tubuh
Ujaran-ujaran Hidup Sang Pujangga
Universitas Jember
Waktu
Walter Savage Landor (1775-1864)
Wawan Pinhole
William Blake (1757-1827)
William Butler Yeats (1865-1939)
Wislawa Szymborska
Yasunari Kawabata (1899-1972)
Yayasan Hari Puisi Indonesia 2017
Yogyakarta
Yuja Wang
Yukio Mishima (1925-1970)
Zadie Smith (25 Oktober 1975 - )
Kitab Para Malaikat
- MUQADDIMAH: WAKTU DI SAYAP MALAIKAT, I – XXXIX
- MEMBUKA RAGA PADMI, I: I – XCIII
- HUKUM-HUKUM PECINTA, II: I – CXIII
- BAIT-BAIT PERSEMBAHAN, III: I – XCIII
- RUANG-RUANG MENGABADIKAN, IV: I – XCVIII
- MUSIK-TARIAN KEABADIAN, V: I – LXXIV
- DIRUAPI MALAM HARUM, VI: I – LXXVII
- KEINGINAN-KEINGINAN MULIA, VII: I – LXXXVII
- DI ATAS TANDU LANGITAN, VIII: I – CXXIII
- ANAK SUNGAI FILSAFAT, IX: I – CI
- SEKUNTUM BUNGA REVOLUSI, X: I- XCI
- PENAMPAKAN DOA SEMALAM, XI: I- CVI
- DUKA TANGIS BUSA, XII: I – CXVIII
- GELOMBANG MERAWAT PANTAI, XIII: I – CXI
- MENGEMBALIKAN NIAT SUCI, XIV: I – CIX
- PEMBANGUN DUNIA GANJIL, XV: I – XCIII
- SIANG TUBUH, MALAM JIWANYA, XVI: I – CXIII
- SECERCA CAHAYA KURNIA, XVII: I – CI
- TANAH KELAHIRAN MASA, XVIII: I – CXXVII
- RUANG-WAKTU PADAT, XIX: I – XC
- MUAKHIR; KESAKSIAN-KESAKSIAN, XX: I – CXXVI
- Mulanya
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (I)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (II)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (III)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (IV)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (V)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (VI)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (VII)
- Akhirnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar