Jumat, 03 Juni 2011

TITIK PUSAT SUNGAI KREATIF

Nurel Javissyarqi

Mencari, lebih tepatnya menentukan titik pusat penciptaan karya, sejenis jalan memasuk-nikmati ruang-waktu meditasi yang kudu dilakoni seniman. Ini tak dapat diganggu gugat; ketenangan jiwa, ketentraman bathin, kesantausaan fikiran, seyogyanya senantiasa dirawat dalam keluar-masuk peristiwa pada peredaran perubahan yang mengelilinginya. Apakah datangnya bencana, leluka terjatuh, kesenyapan hampa, senyuman tipis menghantui dalam menerjemah.

Setiap waktu, tubuh menggembol ruh seimbangkan pusaran air kehidupan yang disandang; penalaran, perasaan, segenap indra perantara. Berlangsung naik-turun mengikuti melodi aktivitas dilarung setampak indah dipandang pula diresapi keseluruhan. Datangnya cahaya mencahayai sekeliling, sejauh niatan yakin mampu mengudar pesona memberkahi kedamaian peneguknya.

Sewaktu kecil, aku bermain di kali bersama teman-teman membuat lesung di permukaan air. Menggerakkan jemari memutar perlahan-lahan seimbangkan segenap kondisi. Temanku melakukan hal sama sejarak beberapa depa dariku. Kami saling membuat pusaran di air tenang, lama-lama mencipta pusaran masing-masing disertai ombak memusat, pada titik di tengahnya cekungan. Itu mencapai hasil jika dilakukan telaten, menyuntuki obyek cair mudah digoyang berubah, bisa kurang tepat kalau tidak fokus.

Berkali-kali mengalami kegagalan, pusaran itu sulit terbentuk, kala konsentrasi dibuyarkan perhatian lain. Maka jemari yang bergerak memutar sepatutnya penuh seimbang. Gambaran ini ibarat hari-hariku berusaha mencapai ketenangan, tatkala hendak berkarya menjejakkan pena di lembar-lembar kertas ditengah carut-marut persoalan menimpa, demi mendapati formula tepat guna pengisi padatan waktu, dalam kerahasiaan bathin disaat mengejawantah.

Iklan, film, kasus korupsi, perampokan, bencana alam, langgam musik, lenggokan artis pula banyak lain di layar televisi. Cuaca, getaran musim hari ini, buku-buku belum terbaca, tulisan belum kelar, yang lama ingin dipersegar, berhasrat menulis lagi, serta bertumpuk-tumpuk lain. Berjubel-jubel apakah senyuman gadis jelita, mendiagnosa tubuh dengan mencecapi rokok, bau keringat, konsentrasi kembali membaca. Menghirup udara luar memandang pesawahan atau pergi ke kota. Lupa makan-minum, jam hari-hari, ingat wewarna silam, tinggallah hanya sadar maut, atau bercinta.

Tergoda, digoda, melamun takdir kan datang, nama-nama penulis tanah air, wajah rupawan menghibur, bayangan para penulis luar sejaman apa yang dikerjakannya. Ribuan jumlah persoalan ibarat sungai selalu berubah laksana timbangan. Kepadatan soal tak fokus, kerumitan harus istirah. Membangun ketenangan diri, berlatih lagi demi menjelajahi perihal magnetik pribadi ialah kerinduan, untuk purnanya tujuan akhir yang diberikan.

Demikian air kehidupan memusar melantakkan bathin terlena, merawat waspada dijaga damainya pusaran pelahan kian lesat mencipta pusat-pusat pemikiran, pusaran hati dirasai mataairnya melingkar. Mencengkeram simpati tak sekadar hayal, pijaran kata imaji menghisap seluruh perhatian di setiap persendian pembaca.

Secara tak sadar dibawahnya, terseret arus dibangunnya serupa ayat-ayat tersirat pula tersurat menyatu setarikan isyarat; alam absurditas, surealis, abstrak &ll dari asosiasi perantara. Apakah kepakan sayap, faham para pendahulu, musibah keras memukul tengkuk, dihinggapi kantuk. Batas kuasa jangkauan pandangan kalbu, juga derap debur jelajahi otak.

Mebelah kebosanan dengan kapak, meleburkan waktu tak sampai buyar adalah kebijakan mengatur nafas dikeluarkan. Masih banyak ditarik-ulur sebelum menerbangkan keraguan, was-was ditumpas nekat. Mengerami titik-titik konsentrasi dihabisi pengamatan, guna yang digurat tak njomplang seampas tebu tanpa manisan.

Yang terkandung dilahirkan, dirindu tersampaikan, kondisi tubuh-jiwa memanusiakan dirinya di hadapan sesama. Kapal direkatkan paku, dempul, pertimbangan kelak terjadi gelombang badai silang pendapat. Maka rancangan kudu ampuh, perencanaan matang bagi tanda keluputan diwaspadai.

Lebih jauh berapa sudah dilewati pun lewar arena, dibenahi waktu kapan? Ini pantas-tidaknya menjatuhkan pilihan memperkokoh penyelidikan memenggal leher sendiri diatas rasa hormat, atau menjijikkan. Seberapa mental tetap tangguh menentukan pamor kemilau meredup, itu-itu saja atau menanjak. Maka jarak dakian pantas dihitung ulang, disamping berapa luka masih mengangah, kekecewaan kambuh &st.

Debaran jantung kerinduan pada musik, kesusastraan, ilmu hitung, membaca standar. Hukum lama kembali terulang, sejarah, campuran kimiawi, nalar fisika, firasat keilmuan, siang dibalik mimpi semalam atau kosong. Rasa-rasan diri, mencoba menyapa perbandingan fiksi-realitas, benturan ideologi, konsep-konsep tercecer di lembaran buku kosong halamannya, hasrat mereka mulai seirama ataukah menjauh.

Air hayati memiliki tubuh perantara dalam penghayatan, gelombang menyebar sejauh meditasi. Kata-kata bersimpan makna pergulatan bersambung ketegangan membuai, terlempar kebencian, terhisap merasuki sum-sum takdir mewarnai kemauan. Dihentikan, atau mengambili benang-benang bergelantungan, sebelum menjalin sesama kata hati bertemali keyakinan. Seumpama Empu Keris meliritkan besi baja dalam peleburan batuan granit, kekuatan singgung memperkuat air bergolak mendidih, sebelum susut memurnikan dirinya, sedari bakteri-bakteri yang bersarang.

Jikalau yang tersadap dalam gerak-gerik daging-darah ritual itu peribadatan, masih saja iman dilinglungkan aliran pembentuk, menghidupi gugusan peradaban di muka bumi. Ajaran agama, filsafat, berbenturan satu sama lain, ketaksambungan menjadi pengembara tidak memiliki alamat mengikuti peredaran bulan, matahari, ataukah mata hati?

Padahal kesalahan lama menutupi cahaya isyarat, tetapi jika tak, hikmah tidak terlihat kuat teksturnya sebagai getaran hidup. Ruh memompa nafas-nafas tumbuh berkembangnya naluri di kedalaman hati teremban, memakhlukkan sesama dalam kisaran air kehidupan.

Malang, Januari, 2011

Tidak ada komentar:

(1813-1883) Abdul Hadi W.M. Adelbert von Chamisso (1781-1838) Affandi Koesoema (1907–1990) Agama Para Bajingan Ajip Rosidi Akhmad Taufiq Albert Camus Alexander Sergeyevich Pushkin (1799–1837) Amy Lowell (1874-1925) Andong Buku #3 André Chénier (1762-1794) Andy Warhol Antologi Puisi Tunggal Sarang Ruh Anton Bruckner (1824 –1896) Apa & Siapa Penyair Indonesia Arthur Rimbaud (1854-1891) Arthur Schopenhauer (1788-1860) Arti Bumi Intaran Bahasa Bakat Balada-balada Takdir Terlalu Dini Bangsa Basoeki Abdullah (1915 -1993) Batas Pasir Nadi Beethoven Ben Okri Bentara Budaya Yogyakarta Berita Biografi Nurel Javissyarqi Budaya Buku Stensilan Bung Tomo Candi Prambanan Cantik Chairil Anwar Charles Baudelaire (1821-1867) Cover Buku Dami N. Toda Dante Alighieri (1265-1321) Dante Gabriel Rossetti (1828-1882) Denanyar Jombang Dendam Desa Dwi Pranoto Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eka Budianta Emily Dickinson (1830-1886) Esai Esai-esai Pelopor Pemberontakan Sejarah Kesusastraan Indonesia Feminisme Filsafat Forum Kajian Kebudayaan Hindis Yogyakarta Foto Lawas François Villon (1430-1480) Franz Schubert (1797-1828) Frederick Delius (1862-1934) Friedrich Nietzsche (1844-1900) Friedrich Schiller (1759-1805) G. J. Resink (1911-1997) Gabriela Mistral (1889-1957) Goethe Hallaj Hantu Hazrat Inayat Khan Henri de Régnier (1864-1936) Henry Lawson (1867-1922) Hermann Hesse Ichsa Chusnul Chotimah Identitas Iftitahur Rohmah Ignas Kleden Igor Stravinsky (1882-1971) Ilustrator Cover Sony Prasetyotomo Indonesia Ingatan Iqbal Ismiyati Mukarromah Javissyarqi Muhammada Johannes Brahms (1833-1897) John Keats (1795-1821) José de Espronceda (1808-1842) Joseph Maurice Ravel (1875 - 1937) Jostein Gaarder Kadipaten Kulon 49 c Kajian Budaya Semi Karya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kata-kata Mutiara Kausalitas Kedutaan Perancis Kegagalan Kegelisahan Kekuasaan Kemenyan Ken Angrok Kenyataan Kesadaran KH. M. Najib Muhammad Khalil Gibran (1883-1931) Kitab Para Malaikat Kitab Para Malaikat (Book of the Angels) Komunitas Deo Gratias Konsep Korupsi Kritik Sastra Kulya dalam Relung Filsafat Kumpulan Cahaya Rasa Ardhana Lintang Sastra Ludwig Tieck Luís Vaz de Camões Lupa Magetan Makna Maman S. Mahayana Marco Polo (1254-1324) Masa Depan Matahari Max Dauthendey (1867-1918) Media: Crayon on Paper MEMBONGKAR MITOS KESUSASTRAAN INDONESIA Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Michelangelo (1475-1564) Mimpi Minamoto Yorimasa (1106-1180) Mistik Mitos Modest Petrovich Mussorgsky (1839-1881) Mohammad Yamin Mojokerto Mozart Natural Nurel Javissyarqi Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pahlawan Pangeran Diponegoro Panggung Paul Valéry (1871-1945) PDS H.B. Jassin Pelantikan Soekarno sebagai Presiden R.I.S (17 Desember 1949) Pembangunan Pemberontak Pendapat Pengangguran Pengarang Penjajakan Penjarahan Penyair Penyair Tak Dikenal Peperangan Perang Percy Bysshe Shelley (1792–1822) Perkalian Pierre de Ronsard (1524-1585) PKI Plagiator Post-modern Potret Sang Pengelana (Nurel Javissyarqi) Presiden Penyair Proses Kreatif Puisi Puitik Pujangga PUstaka puJAngga R. Ng. Ronggowarsito (1802-1873) Rabindranath Tagore Rainer Maria Rilke (1875-1926) Realitas Reuni Alumni 1991/1992 Mts Putra-Putri Simo Revolusi Revormasi Richard Strauss (1864-1949) Richard Wagner (1813-1883) Rimsky-Korsakov (1844-1908) Rindu Robert Desnos (1900-1945) Rosalía de Castro (1837-1885) Ruang Rumi Sajak Sakral Santa Teresa (1515-1582) Sapu Jagad Sara Teasdale (1884-1933) Sastra SastraNESIA Sayap-sayap Sembrani Segenggam Debu di Langit Sejarah Self Portrait Self Portrait Nurel Javissyarqi by Wawan Pinhole Seni Serikat Petani Lampung Shadra Sihar Ramses Simatupang Sumpah Pemuda Sungai Surabaya Suryanto Sastroatmodjo Sutardji Calzoum Bachri tas Sastra Mangkubumen (KSM) Taufiq Wr. Hidayat Telaga Sarangan Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Thales Trilogi Kesadaran Tubuh Ujaran-ujaran Hidup Sang Pujangga Universitas Jember Waktu Walter Savage Landor (1775-1864) Wawan Pinhole William Blake (1757-1827) William Butler Yeats (1865-1939) Wislawa Szymborska Yasunari Kawabata (1899-1972) Yayasan Hari Puisi Indonesia 2017 Yogyakarta Yuja Wang Yukio Mishima (1925-1970) Zadie Smith (25 Oktober 1975 - )