Nurel Javissyarqi
Mencari, lebih tepatnya menentukan titik pusat penciptaan karya, sejenis jalan memasuk-nikmati ruang-waktu meditasi yang kudu dilakoni seniman. Ini tak dapat diganggu gugat; ketenangan jiwa, ketentraman bathin, kesantausaan fikiran, seyogyanya senantiasa dirawat dalam keluar-masuk peristiwa pada peredaran perubahan yang mengelilinginya. Apakah datangnya bencana, leluka terjatuh, kesenyapan hampa, senyuman tipis menghantui dalam menerjemah.
Setiap waktu, tubuh menggembol ruh seimbangkan pusaran air kehidupan yang disandang; penalaran, perasaan, segenap indra perantara. Berlangsung naik-turun mengikuti melodi aktivitas dilarung setampak indah dipandang pula diresapi keseluruhan. Datangnya cahaya mencahayai sekeliling, sejauh niatan yakin mampu mengudar pesona memberkahi kedamaian peneguknya.
Sewaktu kecil, aku bermain di kali bersama teman-teman membuat lesung di permukaan air. Menggerakkan jemari memutar perlahan-lahan seimbangkan segenap kondisi. Temanku melakukan hal sama sejarak beberapa depa dariku. Kami saling membuat pusaran di air tenang, lama-lama mencipta pusaran masing-masing disertai ombak memusat, pada titik di tengahnya cekungan. Itu mencapai hasil jika dilakukan telaten, menyuntuki obyek cair mudah digoyang berubah, bisa kurang tepat kalau tidak fokus.
Berkali-kali mengalami kegagalan, pusaran itu sulit terbentuk, kala konsentrasi dibuyarkan perhatian lain. Maka jemari yang bergerak memutar sepatutnya penuh seimbang. Gambaran ini ibarat hari-hariku berusaha mencapai ketenangan, tatkala hendak berkarya menjejakkan pena di lembar-lembar kertas ditengah carut-marut persoalan menimpa, demi mendapati formula tepat guna pengisi padatan waktu, dalam kerahasiaan bathin disaat mengejawantah.
Iklan, film, kasus korupsi, perampokan, bencana alam, langgam musik, lenggokan artis pula banyak lain di layar televisi. Cuaca, getaran musim hari ini, buku-buku belum terbaca, tulisan belum kelar, yang lama ingin dipersegar, berhasrat menulis lagi, serta bertumpuk-tumpuk lain. Berjubel-jubel apakah senyuman gadis jelita, mendiagnosa tubuh dengan mencecapi rokok, bau keringat, konsentrasi kembali membaca. Menghirup udara luar memandang pesawahan atau pergi ke kota. Lupa makan-minum, jam hari-hari, ingat wewarna silam, tinggallah hanya sadar maut, atau bercinta.
Tergoda, digoda, melamun takdir kan datang, nama-nama penulis tanah air, wajah rupawan menghibur, bayangan para penulis luar sejaman apa yang dikerjakannya. Ribuan jumlah persoalan ibarat sungai selalu berubah laksana timbangan. Kepadatan soal tak fokus, kerumitan harus istirah. Membangun ketenangan diri, berlatih lagi demi menjelajahi perihal magnetik pribadi ialah kerinduan, untuk purnanya tujuan akhir yang diberikan.
Demikian air kehidupan memusar melantakkan bathin terlena, merawat waspada dijaga damainya pusaran pelahan kian lesat mencipta pusat-pusat pemikiran, pusaran hati dirasai mataairnya melingkar. Mencengkeram simpati tak sekadar hayal, pijaran kata imaji menghisap seluruh perhatian di setiap persendian pembaca.
Secara tak sadar dibawahnya, terseret arus dibangunnya serupa ayat-ayat tersirat pula tersurat menyatu setarikan isyarat; alam absurditas, surealis, abstrak &ll dari asosiasi perantara. Apakah kepakan sayap, faham para pendahulu, musibah keras memukul tengkuk, dihinggapi kantuk. Batas kuasa jangkauan pandangan kalbu, juga derap debur jelajahi otak.
Mebelah kebosanan dengan kapak, meleburkan waktu tak sampai buyar adalah kebijakan mengatur nafas dikeluarkan. Masih banyak ditarik-ulur sebelum menerbangkan keraguan, was-was ditumpas nekat. Mengerami titik-titik konsentrasi dihabisi pengamatan, guna yang digurat tak njomplang seampas tebu tanpa manisan.
Yang terkandung dilahirkan, dirindu tersampaikan, kondisi tubuh-jiwa memanusiakan dirinya di hadapan sesama. Kapal direkatkan paku, dempul, pertimbangan kelak terjadi gelombang badai silang pendapat. Maka rancangan kudu ampuh, perencanaan matang bagi tanda keluputan diwaspadai.
Lebih jauh berapa sudah dilewati pun lewar arena, dibenahi waktu kapan? Ini pantas-tidaknya menjatuhkan pilihan memperkokoh penyelidikan memenggal leher sendiri diatas rasa hormat, atau menjijikkan. Seberapa mental tetap tangguh menentukan pamor kemilau meredup, itu-itu saja atau menanjak. Maka jarak dakian pantas dihitung ulang, disamping berapa luka masih mengangah, kekecewaan kambuh &st.
Debaran jantung kerinduan pada musik, kesusastraan, ilmu hitung, membaca standar. Hukum lama kembali terulang, sejarah, campuran kimiawi, nalar fisika, firasat keilmuan, siang dibalik mimpi semalam atau kosong. Rasa-rasan diri, mencoba menyapa perbandingan fiksi-realitas, benturan ideologi, konsep-konsep tercecer di lembaran buku kosong halamannya, hasrat mereka mulai seirama ataukah menjauh.
Air hayati memiliki tubuh perantara dalam penghayatan, gelombang menyebar sejauh meditasi. Kata-kata bersimpan makna pergulatan bersambung ketegangan membuai, terlempar kebencian, terhisap merasuki sum-sum takdir mewarnai kemauan. Dihentikan, atau mengambili benang-benang bergelantungan, sebelum menjalin sesama kata hati bertemali keyakinan. Seumpama Empu Keris meliritkan besi baja dalam peleburan batuan granit, kekuatan singgung memperkuat air bergolak mendidih, sebelum susut memurnikan dirinya, sedari bakteri-bakteri yang bersarang.
Jikalau yang tersadap dalam gerak-gerik daging-darah ritual itu peribadatan, masih saja iman dilinglungkan aliran pembentuk, menghidupi gugusan peradaban di muka bumi. Ajaran agama, filsafat, berbenturan satu sama lain, ketaksambungan menjadi pengembara tidak memiliki alamat mengikuti peredaran bulan, matahari, ataukah mata hati?
Padahal kesalahan lama menutupi cahaya isyarat, tetapi jika tak, hikmah tidak terlihat kuat teksturnya sebagai getaran hidup. Ruh memompa nafas-nafas tumbuh berkembangnya naluri di kedalaman hati teremban, memakhlukkan sesama dalam kisaran air kehidupan.
Malang, Januari, 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
(1813-1883)
Abdul Hadi W.M.
Adelbert von Chamisso (1781-1838)
Affandi Koesoema (1907–1990)
Agama Para Bajingan
Ajip Rosidi
Akhmad Taufiq
Albert Camus
Alexander Sergeyevich Pushkin (1799–1837)
Amy Lowell (1874-1925)
Andong Buku #3
André Chénier (1762-1794)
Andy Warhol
Antologi Puisi Tunggal Sarang Ruh
Anton Bruckner (1824 –1896)
Apa & Siapa Penyair Indonesia
Arthur Rimbaud (1854-1891)
Arthur Schopenhauer (1788-1860)
Arti Bumi Intaran
Bahasa
Bakat
Balada-balada Takdir Terlalu Dini
Bangsa
Basoeki Abdullah (1915 -1993)
Batas Pasir Nadi
Beethoven
Ben Okri
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Biografi Nurel Javissyarqi
Budaya
Buku Stensilan
Bung Tomo
Candi Prambanan
Cantik
Chairil Anwar
Charles Baudelaire (1821-1867)
Cover Buku
Dami N. Toda
Dante Alighieri (1265-1321)
Dante Gabriel Rossetti (1828-1882)
Denanyar Jombang
Dendam
Desa
Dwi Pranoto
Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra
Eka Budianta
Emily Dickinson (1830-1886)
Esai
Esai-esai Pelopor Pemberontakan Sejarah Kesusastraan Indonesia
Feminisme
Filsafat
Forum Kajian Kebudayaan Hindis Yogyakarta
Foto Lawas
François Villon (1430-1480)
Franz Schubert (1797-1828)
Frederick Delius (1862-1934)
Friedrich Nietzsche (1844-1900)
Friedrich Schiller (1759-1805)
G. J. Resink (1911-1997)
Gabriela Mistral (1889-1957)
Goethe
Hallaj
Hantu
Hazrat Inayat Khan
Henri de Régnier (1864-1936)
Henry Lawson (1867-1922)
Hermann Hesse
Ichsa Chusnul Chotimah
Identitas
Iftitahur Rohmah
Ignas Kleden
Igor Stravinsky (1882-1971)
Ilustrator Cover Sony Prasetyotomo
Indonesia
Ingatan
Iqbal
Ismiyati Mukarromah
Javissyarqi Muhammada
Johannes Brahms (1833-1897)
John Keats (1795-1821)
José de Espronceda (1808-1842)
Joseph Maurice Ravel (1875 - 1937)
Jostein Gaarder
Kadipaten Kulon 49 c
Kajian Budaya Semi
Karya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kata-kata Mutiara
Kausalitas
Kedutaan Perancis
Kegagalan
Kegelisahan
Kekuasaan
Kemenyan
Ken Angrok
Kenyataan
Kesadaran
KH. M. Najib Muhammad
Khalil Gibran (1883-1931)
Kitab Para Malaikat
Kitab Para Malaikat (Book of the Angels)
Komunitas Deo Gratias
Konsep
Korupsi
Kritik Sastra
Kulya dalam Relung Filsafat
Kumpulan Cahaya Rasa Ardhana
Lintang Sastra
Ludwig Tieck
Luís Vaz de Camões
Lupa
Magetan
Makna
Maman S. Mahayana
Marco Polo (1254-1324)
Masa Depan
Matahari
Max Dauthendey (1867-1918)
Media: Crayon on Paper
MEMBONGKAR MITOS KESUSASTRAAN INDONESIA
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Michelangelo (1475-1564)
Mimpi
Minamoto Yorimasa (1106-1180)
Mistik
Mitos
Modest Petrovich Mussorgsky (1839-1881)
Mohammad Yamin
Mojokerto
Mozart
Natural
Nurel Javissyarqi
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pahlawan
Pangeran Diponegoro
Panggung
Paul Valéry (1871-1945)
PDS H.B. Jassin
Pelantikan Soekarno sebagai Presiden R.I.S (17 Desember 1949)
Pembangunan
Pemberontak
Pendapat
Pengangguran
Pengarang
Penjajakan
Penjarahan
Penyair
Penyair Tak Dikenal
Peperangan
Perang
Percy Bysshe Shelley (1792–1822)
Perkalian
Pierre de Ronsard (1524-1585)
PKI
Plagiator
Post-modern
Potret Sang Pengelana (Nurel Javissyarqi)
Presiden Penyair
Proses Kreatif
Puisi
Puitik
Pujangga
PUstaka puJAngga
R. Ng. Ronggowarsito (1802-1873)
Rabindranath Tagore
Rainer Maria Rilke (1875-1926)
Realitas
Reuni Alumni 1991/1992 Mts Putra-Putri Simo
Revolusi
Revormasi
Richard Strauss (1864-1949)
Richard Wagner (1813-1883)
Rimsky-Korsakov (1844-1908)
Rindu
Robert Desnos (1900-1945)
Rosalía de Castro (1837-1885)
Ruang
Rumi
Sajak
Sakral
Santa Teresa (1515-1582)
Sapu Jagad
Sara Teasdale (1884-1933)
Sastra
SastraNESIA
Sayap-sayap Sembrani
Segenggam Debu di Langit
Sejarah
Self Portrait
Self Portrait Nurel Javissyarqi by Wawan Pinhole
Seni
Serikat Petani Lampung
Shadra
Sihar Ramses Simatupang
Sumpah Pemuda
Sungai
Surabaya
Suryanto Sastroatmodjo
Sutardji Calzoum Bachri
tas Sastra Mangkubumen (KSM)
Taufiq Wr. Hidayat
Telaga Sarangan
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Thales
Trilogi Kesadaran
Tubuh
Ujaran-ujaran Hidup Sang Pujangga
Universitas Jember
Waktu
Walter Savage Landor (1775-1864)
Wawan Pinhole
William Blake (1757-1827)
William Butler Yeats (1865-1939)
Wislawa Szymborska
Yasunari Kawabata (1899-1972)
Yayasan Hari Puisi Indonesia 2017
Yogyakarta
Yuja Wang
Yukio Mishima (1925-1970)
Zadie Smith (25 Oktober 1975 - )
Kitab Para Malaikat
- MUQADDIMAH: WAKTU DI SAYAP MALAIKAT, I – XXXIX
- MEMBUKA RAGA PADMI, I: I – XCIII
- HUKUM-HUKUM PECINTA, II: I – CXIII
- BAIT-BAIT PERSEMBAHAN, III: I – XCIII
- RUANG-RUANG MENGABADIKAN, IV: I – XCVIII
- MUSIK-TARIAN KEABADIAN, V: I – LXXIV
- DIRUAPI MALAM HARUM, VI: I – LXXVII
- KEINGINAN-KEINGINAN MULIA, VII: I – LXXXVII
- DI ATAS TANDU LANGITAN, VIII: I – CXXIII
- ANAK SUNGAI FILSAFAT, IX: I – CI
- SEKUNTUM BUNGA REVOLUSI, X: I- XCI
- PENAMPAKAN DOA SEMALAM, XI: I- CVI
- DUKA TANGIS BUSA, XII: I – CXVIII
- GELOMBANG MERAWAT PANTAI, XIII: I – CXI
- MENGEMBALIKAN NIAT SUCI, XIV: I – CIX
- PEMBANGUN DUNIA GANJIL, XV: I – XCIII
- SIANG TUBUH, MALAM JIWANYA, XVI: I – CXIII
- SECERCA CAHAYA KURNIA, XVII: I – CI
- TANAH KELAHIRAN MASA, XVIII: I – CXXVII
- RUANG-WAKTU PADAT, XIX: I – XC
- MUAKHIR; KESAKSIAN-KESAKSIAN, XX: I – CXXVI
- Mulanya
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (I)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (II)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (III)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (IV)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (V)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (VI)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (VII)
- Akhirnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar