Kamis, 08 Juli 2010

RUANG-RUANG PUITIKA YANG ELASTIS

Nurel Javissyarqi

Sekadar embel-embel: “Karena satu-satunya budaya yang benar ialah budaya revolusi; yakni, ia selalu dalam proses menjadi” (Jean Paul Sartre dalam pengantar bukunya Frantz Fanon, The Wretched of the Earth).
***

Realisme, surealisme, abstrak dan sebagainya. Aku pandang hanyalah sudut pemaknaan dari kurun jaman. Suatu karya dimasa tertentu bisa dianggap surealis, diwaktu berbeda memasuki realisme magis, lantas ke puncaknya pyur sangat realis.

Sebuah karya sastra aku kira tak sekadar persoalan bahasa, makna, tradisi, sejarah pun psikologi yang mengintriki penulisnya. Dalam tataran tertentu, pemetaan kelas di atas dapat dipandang kecelakaan bagi seniman mandiri, meski juga berguna demi pengantar mata pelajaran.

Jauh sebelum air terjun dimaknai air terjun, sungai belum dikatakan sungai, wewarna berkeliaran dengan kemurniannya. Sedurung kesadaran dipunyai membentangkan peta-peta temuan. Atau para pakar suntuk menggali kedalaman hakikat, lantas terciptalah teori.

Insan berdikari memungkinkan memurnikan bentuk semacam ini, beresiko dianggap tidak faham aturan dan seterusnya. Di sini pertaruhan antara bakat dibentuk faham lain dengan membentuk dirinya sendiri. Yang tetap berkaca sedari kisaran berdekatan digelutinya dalam mewujudkan gagasan.

Yang ikuti pakem mudah dikenali, yang merangkaki sunyi kebodohan pencarian sulit diidentifikasi. Tapi apalah penting bagi jiwa bergelimang yakin kebanjiran kepercayaan? Tiupan bayu mempunyai kerja misteri alam ini, yang belum nol komanya sanggup diterjemahkan umat manusia. Misalkan gemintang di langit perhitungannya masih taksiran matematis.

Alam tidak pernah menipu, tetapi insan terkelabuhi jangkauannya sendiri atas keterbatasan pengetahuan pemahamannya. Dari tak dimengerti dikatakan tidak masuk akal, padahal dapat terjadi penalarannya belum sampai. Oleh pijakannya kurang tepat, terselubungi perbedaan aliran atas kebiasaan dalam pendekatan.

Di tempat tertentu aliran bisa dibenarkan atas identifikasinya. Kala memasuki keuniversalan makna, boleh jadi suatu karya menyimpan pelbagai aliran atau menyamudra nilainya. Yang bisa digali lewat berbagai kajian keilmuan meluas, berasal sungai-sungai berbeda pegunungannya.

Ialah tugas seniman mencipta, biarkan kritikus memetakan. Kalau kebingungan, semoga temukan teori terbaru yang tentu peneliti berhutang pada kaum seniman. Dalam khasana dunia teater pun aliran-aliran berlaku menyerupai; pada ilmu perdagangan dibilang gaya berstrategi, keilmuan peperangan dinamai strategi komando, atas ilmu magis termasuk mantra. Namun ada kesamaan aura hingga gesekan gelombang alamiahnya membentuk yang dihajatkan.

Pula perbedaan pandangan ilmuwan Barat dan Timur dalam menggali hakikat, dengan metodologi penelitian yang kerap tidak sinambung. Semuanya berbalik kualitas kerjanya tirakat. Di sini kelas-kelas kurang berarti atas pergerakan sosial yang terbebani derita hayati, pertarungan tiada habis-habisnya.

Diaduk pelbagai bidang agar pembaca berbekal keliaran menerka. Menguap asosiasi penalaran yang menghadirkan awan-gemawan pemahaman, hujan deras perolehan segar daripada sekadar sudut pandang.

Di masanya bidang-bidang keilmuan pyur menurut pelaku. Ekonom membaca karya sastra, nalarnya bekerja di atas perhitungan dagang. Ini bukan kontemporer atau wujud postmodern pula bukan hiper-hiper. Itu aku anggap sekadar plakat menutupi rupa-rupa sebelumnya, dan sampai di sini tidak menamakan.

Ketika pelbagai bidang bersatu, akan ringan kaki-kaki melangkah tanpa dibebani aturan main yang malah tidak memperkaya wawasan. Inilah campuran membentuk perihal terbaru, ditemukannya resep masakan atau formula obat kedokteran anyar.

Yang terbangun terus dijegal perjalanan waktu, aku anggap pematang perolehan, serupa bayi terserang demam menandakan naiknya pertumbuhan. Kebangkrutan usahawan tersadarkan, bahwa ada ruang lain perlu ditempa berulang-ulang. Di sinilah disinggung sebagai tantangan.

Dalam kompleksitas digeluti, semakin ranum tidak mandek kesuntukan satu bidang. Semisal teaterawan pun filsuf merambah pengalaman hidup untuk diguratkan pada karya sastra. Agamawan merangkapi melodi lain, demi kematangan bathin pribadi yang tengah diemban.

31 Mei 2009

Tidak ada komentar:

(1813-1883) Abdul Hadi W.M. Adelbert von Chamisso (1781-1838) Affandi Koesoema (1907–1990) Agama Para Bajingan Ajip Rosidi Akhmad Taufiq Albert Camus Alexander Sergeyevich Pushkin (1799–1837) Amy Lowell (1874-1925) Andong Buku #3 André Chénier (1762-1794) Andy Warhol Antologi Puisi Tunggal Sarang Ruh Anton Bruckner (1824 –1896) Apa & Siapa Penyair Indonesia Arthur Rimbaud (1854-1891) Arthur Schopenhauer (1788-1860) Arti Bumi Intaran Bahasa Bakat Balada-balada Takdir Terlalu Dini Bangsa Basoeki Abdullah (1915 -1993) Batas Pasir Nadi Beethoven Ben Okri Bentara Budaya Yogyakarta Berita Biografi Nurel Javissyarqi Budaya Buku Stensilan Bung Tomo Candi Prambanan Cantik Chairil Anwar Charles Baudelaire (1821-1867) Cover Buku Dami N. Toda Dante Alighieri (1265-1321) Dante Gabriel Rossetti (1828-1882) Denanyar Jombang Dendam Desa Dwi Pranoto Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eka Budianta Emily Dickinson (1830-1886) Esai Esai-esai Pelopor Pemberontakan Sejarah Kesusastraan Indonesia Feminisme Filsafat Forum Kajian Kebudayaan Hindis Yogyakarta Foto Lawas François Villon (1430-1480) Franz Schubert (1797-1828) Frederick Delius (1862-1934) Friedrich Nietzsche (1844-1900) Friedrich Schiller (1759-1805) G. J. Resink (1911-1997) Gabriela Mistral (1889-1957) Goethe Hallaj Hantu Hazrat Inayat Khan Henri de Régnier (1864-1936) Henry Lawson (1867-1922) Hermann Hesse Ichsa Chusnul Chotimah Identitas Iftitahur Rohmah Ignas Kleden Igor Stravinsky (1882-1971) Ilustrator Cover Sony Prasetyotomo Indonesia Ingatan Iqbal Ismiyati Mukarromah Javissyarqi Muhammada Johannes Brahms (1833-1897) John Keats (1795-1821) José de Espronceda (1808-1842) Joseph Maurice Ravel (1875 - 1937) Jostein Gaarder Kadipaten Kulon 49 c Kajian Budaya Semi Karya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kata-kata Mutiara Kausalitas Kedutaan Perancis Kegagalan Kegelisahan Kekuasaan Kemenyan Ken Angrok Kenyataan Kesadaran KH. M. Najib Muhammad Khalil Gibran (1883-1931) Kitab Para Malaikat Kitab Para Malaikat (Book of the Angels) Komunitas Deo Gratias Konsep Korupsi Kritik Sastra Kulya dalam Relung Filsafat Kumpulan Cahaya Rasa Ardhana Lintang Sastra Ludwig Tieck Luís Vaz de Camões Lupa Magetan Makna Maman S. Mahayana Marco Polo (1254-1324) Masa Depan Matahari Max Dauthendey (1867-1918) Media: Crayon on Paper MEMBONGKAR MITOS KESUSASTRAAN INDONESIA Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Michelangelo (1475-1564) Mimpi Minamoto Yorimasa (1106-1180) Mistik Mitos Modest Petrovich Mussorgsky (1839-1881) Mohammad Yamin Mojokerto Mozart Natural Nurel Javissyarqi Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pahlawan Pangeran Diponegoro Panggung Paul Valéry (1871-1945) PDS H.B. Jassin Pelantikan Soekarno sebagai Presiden R.I.S (17 Desember 1949) Pembangunan Pemberontak Pendapat Pengangguran Pengarang Penjajakan Penjarahan Penyair Penyair Tak Dikenal Peperangan Perang Percy Bysshe Shelley (1792–1822) Perkalian Pierre de Ronsard (1524-1585) PKI Plagiator Post-modern Potret Sang Pengelana (Nurel Javissyarqi) Presiden Penyair Proses Kreatif Puisi Puitik Pujangga PUstaka puJAngga R. Ng. Ronggowarsito (1802-1873) Rabindranath Tagore Rainer Maria Rilke (1875-1926) Realitas Reuni Alumni 1991/1992 Mts Putra-Putri Simo Revolusi Revormasi Richard Strauss (1864-1949) Richard Wagner (1813-1883) Rimsky-Korsakov (1844-1908) Rindu Robert Desnos (1900-1945) Rosalía de Castro (1837-1885) Ruang Rumi Sajak Sakral Santa Teresa (1515-1582) Sapu Jagad Sara Teasdale (1884-1933) Sastra SastraNESIA Sayap-sayap Sembrani Segenggam Debu di Langit Sejarah Self Portrait Self Portrait Nurel Javissyarqi by Wawan Pinhole Seni Serikat Petani Lampung Shadra Sihar Ramses Simatupang Sumpah Pemuda Sungai Surabaya Suryanto Sastroatmodjo Sutardji Calzoum Bachri tas Sastra Mangkubumen (KSM) Taufiq Wr. Hidayat Telaga Sarangan Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Thales Trilogi Kesadaran Tubuh Ujaran-ujaran Hidup Sang Pujangga Universitas Jember Waktu Walter Savage Landor (1775-1864) Wawan Pinhole William Blake (1757-1827) William Butler Yeats (1865-1939) Wislawa Szymborska Yasunari Kawabata (1899-1972) Yayasan Hari Puisi Indonesia 2017 Yogyakarta Yuja Wang Yukio Mishima (1925-1970) Zadie Smith (25 Oktober 1975 - )