Nurel Javissyarqi
Sekadar embel-embel: “Karena satu-satunya budaya yang benar ialah budaya revolusi; yakni, ia selalu dalam proses menjadi” (Jean Paul Sartre dalam pengantar bukunya Frantz Fanon, The Wretched of the Earth).
***
Realisme, surealisme, abstrak dan sebagainya. Aku pandang hanyalah sudut pemaknaan dari kurun jaman. Suatu karya dimasa tertentu bisa dianggap surealis, diwaktu berbeda memasuki realisme magis, lantas ke puncaknya pyur sangat realis.
Sebuah karya sastra aku kira tak sekadar persoalan bahasa, makna, tradisi, sejarah pun psikologi yang mengintriki penulisnya. Dalam tataran tertentu, pemetaan kelas di atas dapat dipandang kecelakaan bagi seniman mandiri, meski juga berguna demi pengantar mata pelajaran.
Jauh sebelum air terjun dimaknai air terjun, sungai belum dikatakan sungai, wewarna berkeliaran dengan kemurniannya. Sedurung kesadaran dipunyai membentangkan peta-peta temuan. Atau para pakar suntuk menggali kedalaman hakikat, lantas terciptalah teori.
Insan berdikari memungkinkan memurnikan bentuk semacam ini, beresiko dianggap tidak faham aturan dan seterusnya. Di sini pertaruhan antara bakat dibentuk faham lain dengan membentuk dirinya sendiri. Yang tetap berkaca sedari kisaran berdekatan digelutinya dalam mewujudkan gagasan.
Yang ikuti pakem mudah dikenali, yang merangkaki sunyi kebodohan pencarian sulit diidentifikasi. Tapi apalah penting bagi jiwa bergelimang yakin kebanjiran kepercayaan? Tiupan bayu mempunyai kerja misteri alam ini, yang belum nol komanya sanggup diterjemahkan umat manusia. Misalkan gemintang di langit perhitungannya masih taksiran matematis.
Alam tidak pernah menipu, tetapi insan terkelabuhi jangkauannya sendiri atas keterbatasan pengetahuan pemahamannya. Dari tak dimengerti dikatakan tidak masuk akal, padahal dapat terjadi penalarannya belum sampai. Oleh pijakannya kurang tepat, terselubungi perbedaan aliran atas kebiasaan dalam pendekatan.
Di tempat tertentu aliran bisa dibenarkan atas identifikasinya. Kala memasuki keuniversalan makna, boleh jadi suatu karya menyimpan pelbagai aliran atau menyamudra nilainya. Yang bisa digali lewat berbagai kajian keilmuan meluas, berasal sungai-sungai berbeda pegunungannya.
Ialah tugas seniman mencipta, biarkan kritikus memetakan. Kalau kebingungan, semoga temukan teori terbaru yang tentu peneliti berhutang pada kaum seniman. Dalam khasana dunia teater pun aliran-aliran berlaku menyerupai; pada ilmu perdagangan dibilang gaya berstrategi, keilmuan peperangan dinamai strategi komando, atas ilmu magis termasuk mantra. Namun ada kesamaan aura hingga gesekan gelombang alamiahnya membentuk yang dihajatkan.
Pula perbedaan pandangan ilmuwan Barat dan Timur dalam menggali hakikat, dengan metodologi penelitian yang kerap tidak sinambung. Semuanya berbalik kualitas kerjanya tirakat. Di sini kelas-kelas kurang berarti atas pergerakan sosial yang terbebani derita hayati, pertarungan tiada habis-habisnya.
Diaduk pelbagai bidang agar pembaca berbekal keliaran menerka. Menguap asosiasi penalaran yang menghadirkan awan-gemawan pemahaman, hujan deras perolehan segar daripada sekadar sudut pandang.
Di masanya bidang-bidang keilmuan pyur menurut pelaku. Ekonom membaca karya sastra, nalarnya bekerja di atas perhitungan dagang. Ini bukan kontemporer atau wujud postmodern pula bukan hiper-hiper. Itu aku anggap sekadar plakat menutupi rupa-rupa sebelumnya, dan sampai di sini tidak menamakan.
Ketika pelbagai bidang bersatu, akan ringan kaki-kaki melangkah tanpa dibebani aturan main yang malah tidak memperkaya wawasan. Inilah campuran membentuk perihal terbaru, ditemukannya resep masakan atau formula obat kedokteran anyar.
Yang terbangun terus dijegal perjalanan waktu, aku anggap pematang perolehan, serupa bayi terserang demam menandakan naiknya pertumbuhan. Kebangkrutan usahawan tersadarkan, bahwa ada ruang lain perlu ditempa berulang-ulang. Di sinilah disinggung sebagai tantangan.
Dalam kompleksitas digeluti, semakin ranum tidak mandek kesuntukan satu bidang. Semisal teaterawan pun filsuf merambah pengalaman hidup untuk diguratkan pada karya sastra. Agamawan merangkapi melodi lain, demi kematangan bathin pribadi yang tengah diemban.
31 Mei 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
(1813-1883)
Abdul Hadi W.M.
Adelbert von Chamisso (1781-1838)
Affandi Koesoema (1907–1990)
Agama Para Bajingan
Ajip Rosidi
Akhmad Taufiq
Albert Camus
Alexander Sergeyevich Pushkin (1799–1837)
Amy Lowell (1874-1925)
Andong Buku #3
André Chénier (1762-1794)
Andy Warhol
Antologi Puisi Tunggal Sarang Ruh
Anton Bruckner (1824 –1896)
Apa & Siapa Penyair Indonesia
Arthur Rimbaud (1854-1891)
Arthur Schopenhauer (1788-1860)
Arti Bumi Intaran
Bahasa
Bakat
Balada-balada Takdir Terlalu Dini
Bangsa
Basoeki Abdullah (1915 -1993)
Batas Pasir Nadi
Beethoven
Ben Okri
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Biografi Nurel Javissyarqi
Budaya
Buku Stensilan
Bung Tomo
Candi Prambanan
Cantik
Chairil Anwar
Charles Baudelaire (1821-1867)
Cover Buku
Dami N. Toda
Dante Alighieri (1265-1321)
Dante Gabriel Rossetti (1828-1882)
Denanyar Jombang
Dendam
Desa
Dwi Pranoto
Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra
Eka Budianta
Emily Dickinson (1830-1886)
Esai
Esai-esai Pelopor Pemberontakan Sejarah Kesusastraan Indonesia
Feminisme
Filsafat
Forum Kajian Kebudayaan Hindis Yogyakarta
Foto Lawas
François Villon (1430-1480)
Franz Schubert (1797-1828)
Frederick Delius (1862-1934)
Friedrich Nietzsche (1844-1900)
Friedrich Schiller (1759-1805)
G. J. Resink (1911-1997)
Gabriela Mistral (1889-1957)
Goethe
Hallaj
Hantu
Hazrat Inayat Khan
Henri de Régnier (1864-1936)
Henry Lawson (1867-1922)
Hermann Hesse
Ichsa Chusnul Chotimah
Identitas
Iftitahur Rohmah
Ignas Kleden
Igor Stravinsky (1882-1971)
Ilustrator Cover Sony Prasetyotomo
Indonesia
Ingatan
Iqbal
Ismiyati Mukarromah
Javissyarqi Muhammada
Johannes Brahms (1833-1897)
John Keats (1795-1821)
José de Espronceda (1808-1842)
Joseph Maurice Ravel (1875 - 1937)
Jostein Gaarder
Kadipaten Kulon 49 c
Kajian Budaya Semi
Karya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kata-kata Mutiara
Kausalitas
Kedutaan Perancis
Kegagalan
Kegelisahan
Kekuasaan
Kemenyan
Ken Angrok
Kenyataan
Kesadaran
KH. M. Najib Muhammad
Khalil Gibran (1883-1931)
Kitab Para Malaikat
Kitab Para Malaikat (Book of the Angels)
Komunitas Deo Gratias
Konsep
Korupsi
Kritik Sastra
Kulya dalam Relung Filsafat
Kumpulan Cahaya Rasa Ardhana
Lintang Sastra
Ludwig Tieck
Luís Vaz de Camões
Lupa
Magetan
Makna
Maman S. Mahayana
Marco Polo (1254-1324)
Masa Depan
Matahari
Max Dauthendey (1867-1918)
Media: Crayon on Paper
MEMBONGKAR MITOS KESUSASTRAAN INDONESIA
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Michelangelo (1475-1564)
Mimpi
Minamoto Yorimasa (1106-1180)
Mistik
Mitos
Modest Petrovich Mussorgsky (1839-1881)
Mohammad Yamin
Mojokerto
Mozart
Natural
Nurel Javissyarqi
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pahlawan
Pangeran Diponegoro
Panggung
Paul Valéry (1871-1945)
PDS H.B. Jassin
Pelantikan Soekarno sebagai Presiden R.I.S (17 Desember 1949)
Pembangunan
Pemberontak
Pendapat
Pengangguran
Pengarang
Penjajakan
Penjarahan
Penyair
Penyair Tak Dikenal
Peperangan
Perang
Percy Bysshe Shelley (1792–1822)
Perkalian
Pierre de Ronsard (1524-1585)
PKI
Plagiator
Post-modern
Potret Sang Pengelana (Nurel Javissyarqi)
Presiden Penyair
Proses Kreatif
Puisi
Puitik
Pujangga
PUstaka puJAngga
R. Ng. Ronggowarsito (1802-1873)
Rabindranath Tagore
Rainer Maria Rilke (1875-1926)
Realitas
Reuni Alumni 1991/1992 Mts Putra-Putri Simo
Revolusi
Revormasi
Richard Strauss (1864-1949)
Richard Wagner (1813-1883)
Rimsky-Korsakov (1844-1908)
Rindu
Robert Desnos (1900-1945)
Rosalía de Castro (1837-1885)
Ruang
Rumi
Sajak
Sakral
Santa Teresa (1515-1582)
Sapu Jagad
Sara Teasdale (1884-1933)
Sastra
SastraNESIA
Sayap-sayap Sembrani
Segenggam Debu di Langit
Sejarah
Self Portrait
Self Portrait Nurel Javissyarqi by Wawan Pinhole
Seni
Serikat Petani Lampung
Shadra
Sihar Ramses Simatupang
Sumpah Pemuda
Sungai
Surabaya
Suryanto Sastroatmodjo
Sutardji Calzoum Bachri
tas Sastra Mangkubumen (KSM)
Taufiq Wr. Hidayat
Telaga Sarangan
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Thales
Trilogi Kesadaran
Tubuh
Ujaran-ujaran Hidup Sang Pujangga
Universitas Jember
Waktu
Walter Savage Landor (1775-1864)
Wawan Pinhole
William Blake (1757-1827)
William Butler Yeats (1865-1939)
Wislawa Szymborska
Yasunari Kawabata (1899-1972)
Yayasan Hari Puisi Indonesia 2017
Yogyakarta
Yuja Wang
Yukio Mishima (1925-1970)
Zadie Smith (25 Oktober 1975 - )
Kitab Para Malaikat
- MUQADDIMAH: WAKTU DI SAYAP MALAIKAT, I – XXXIX
- MEMBUKA RAGA PADMI, I: I – XCIII
- HUKUM-HUKUM PECINTA, II: I – CXIII
- BAIT-BAIT PERSEMBAHAN, III: I – XCIII
- RUANG-RUANG MENGABADIKAN, IV: I – XCVIII
- MUSIK-TARIAN KEABADIAN, V: I – LXXIV
- DIRUAPI MALAM HARUM, VI: I – LXXVII
- KEINGINAN-KEINGINAN MULIA, VII: I – LXXXVII
- DI ATAS TANDU LANGITAN, VIII: I – CXXIII
- ANAK SUNGAI FILSAFAT, IX: I – CI
- SEKUNTUM BUNGA REVOLUSI, X: I- XCI
- PENAMPAKAN DOA SEMALAM, XI: I- CVI
- DUKA TANGIS BUSA, XII: I – CXVIII
- GELOMBANG MERAWAT PANTAI, XIII: I – CXI
- MENGEMBALIKAN NIAT SUCI, XIV: I – CIX
- PEMBANGUN DUNIA GANJIL, XV: I – XCIII
- SIANG TUBUH, MALAM JIWANYA, XVI: I – CXIII
- SECERCA CAHAYA KURNIA, XVII: I – CI
- TANAH KELAHIRAN MASA, XVIII: I – CXXVII
- RUANG-WAKTU PADAT, XIX: I – XC
- MUAKHIR; KESAKSIAN-KESAKSIAN, XX: I – CXXVI
- Mulanya
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (I)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (II)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (III)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (IV)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (V)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (VI)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (VII)
- Akhirnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar