Nurel Javissyarqi*
“Sesungguhnya sebagian dari perkataan fasih itu ada sesuatu yang mempesonakan laksana sihir, dan sesungguhnya sebagian dari syair terdapat hikmah.” (Sabda Rasulullah Saw).
Saat mengupas suatu karya, kita melintasi sepanjang jalan penalaran di sampang perhitungan jiwa perasaan. Layaknya pelaut menemukan pantai demi melayarkan kemuliaan kehendak.
Berusahalah bijak bagi suatu bibit, andaipun rumput. Sebab banyak rumput yang berbunga masih dianggap sama. Padahal rumput itu bunga yang malu atas sanjungan. Tapi jika suatu pohon tidak dikenal, atau keanehan menghipnotis, yang diluncurkan dari langit inspirasi. Bagaimana?
Kata Picasso; “Saya tidak pernah mencari tetapi menemukan.” Memang tidak pernah mencari walau bagaimana, namun dengan terus melangkah, tentu menguasai karakter yang ada. Maka temukanlah baju, tapi jangan terlalu longgar atau sempit. Yang sempit tak enak dilihatnya, yang longgar menimbullah bencana.
Ketika membaca sejarah, kita mendapati siratan para penulis yang teruji jamannya; karya-karyanya begitu jelas tentang ukuran, tempaan nafas-nafasnya. Tiada keangkuhan, walau jiwanya berkobar menyala-nyala, inilah perhitungkan kesesuaian.
Maka kemerosotan jika tak lebih tajam, bukalah tangisan yang terbasuh ayat-ayat kesadaran jiwa. Kembara meneguhkan keyakinan malam, menegaskan siang, ketabahan kemarau, ingatan hujan, serta segala yang meresap sebagai sikap berkarya.
Disini bukan mengada, tapi menggali kemungkinan yang tertanda, lantas menemukan keniscayaan. Lewat tarikan ruh filsafat, tuhan merevolusi bangsa-bangsa, mengaduk relung kemanusiaan.
Kenapa sebagian mengharamkannya, padahal kasih-sayang-Nya melingkupi murka-Nya. Siapa beribadah tanpa menggali potensinya, seperti membaca resep tanpa membeli obatnya. Nasibnya sebagai bahan bacaan, diberhalakan tanpa kemungkinan cinta.
Padahal waktu memberi ruang, segalanya terlihat lapang. Inilah daya rangsang menangkap pesan tubuh, indra yang tak membelenggu, menjelaskan karakter diri bersama lingkungan logis-Ilahiyah.
Mungkinkah sekali celupan tinta, menembus sejarah melahirkan keagungan sekali urai? Gemetarlah sebelum tahap kesadaran diri, segelombangan pingsan dihadapi.
Andai suatu tulisan itu gagasan pencerahan, alangkah indah mengoreksi balik kelembutan bathin kejernihan akli. Sebab dalam diri manusia, ada gairah mensucikan jiwa saat-saat menghadirkan karya.
Jika dikucilkan jagad, seyogyanya tekun mengolah bencah hingga mendapati kesuburannya. Usah gagap pergaulan pada jalan-jalan nalar keseimbangan.
Dan bersiaplah mengorek borok yang bersemayam, kelemahan itu layang kendaraan; escalator tidak sama dengan tangga kayu, namun jangan buang keringat percuma.
Jangkaulah kerinduan seperti cemburu menembusi kegembiraan, dengan menyelidik kejiwaan waktu-tepat mengoreksi masa-masa sepadan. Maka penegasan, penajaman yang dilakukan akan menambah bobot karya.
Dengan melihat tanda, menggunakan kunci membuka kamar pribadi, lalu bercermin di tengah jaman. Bagaimana mengayunkan sikap, menimbang volume dalam melantunkan tembang, mengharapkan kelestarian bagi bekal pulang.
Seyogyanya selaras teguran, membuka alamat kelupaan, menyalakan obor menerangi kekanak-kanakan atau kekenesan. Jadilah zaitun yang menyalakan kebijakan, walau amat payah menjaganya seperti kondisi berjalan di atas tali. Setidaknya gigih bertahan. Dan merunduknya padi, masihkah dikira rumput?
Kita tahu tegarnya matahari, tapi ada saat tenggelamnya digantikan rembulan. Kita bukan siang-malam, tapi keindahan senja dan fajar; tanda-tanda terpegang, simbul tertancapkan. Marilah melempar jala…
Ikan-ikan melawan arus, gurih dagingnya. Ia tidak berenang di sisi kanan atau kiri, namun di tengah arus sungai. Memang ada saat sulit tak bisa menghindari, lalu memendamkan tubuh dalam lumpur pertahanan.
Atau terbangnya seekor burung dengan menyamping, bila angin kencang menghadang. Dengan tetap berusaha sampai pada yang dituju kembangkan, titik keinginan.
*) Jum’at, 27 Agustus 2004, 09. Lamongan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
(1813-1883)
Abdul Hadi W.M.
Adelbert von Chamisso (1781-1838)
Affandi Koesoema (1907–1990)
Agama Para Bajingan
Ajip Rosidi
Akhmad Taufiq
Albert Camus
Alexander Sergeyevich Pushkin (1799–1837)
Amy Lowell (1874-1925)
Andong Buku #3
André Chénier (1762-1794)
Andy Warhol
Antologi Puisi Tunggal Sarang Ruh
Anton Bruckner (1824 –1896)
Apa & Siapa Penyair Indonesia
Arthur Rimbaud (1854-1891)
Arthur Schopenhauer (1788-1860)
Arti Bumi Intaran
Bahasa
Bakat
Balada-balada Takdir Terlalu Dini
Bangsa
Basoeki Abdullah (1915 -1993)
Batas Pasir Nadi
Beethoven
Ben Okri
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Biografi Nurel Javissyarqi
Budaya
Buku Stensilan
Bung Tomo
Candi Prambanan
Cantik
Chairil Anwar
Charles Baudelaire (1821-1867)
Cover Buku
Dami N. Toda
Dante Alighieri (1265-1321)
Dante Gabriel Rossetti (1828-1882)
Denanyar Jombang
Dendam
Desa
Dwi Pranoto
Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra
Eka Budianta
Emily Dickinson (1830-1886)
Esai
Esai-esai Pelopor Pemberontakan Sejarah Kesusastraan Indonesia
Feminisme
Filsafat
Forum Kajian Kebudayaan Hindis Yogyakarta
Foto Lawas
François Villon (1430-1480)
Franz Schubert (1797-1828)
Frederick Delius (1862-1934)
Friedrich Nietzsche (1844-1900)
Friedrich Schiller (1759-1805)
G. J. Resink (1911-1997)
Gabriela Mistral (1889-1957)
Goethe
Hallaj
Hantu
Hazrat Inayat Khan
Henri de Régnier (1864-1936)
Henry Lawson (1867-1922)
Hermann Hesse
Ichsa Chusnul Chotimah
Identitas
Iftitahur Rohmah
Ignas Kleden
Igor Stravinsky (1882-1971)
Ilustrator Cover Sony Prasetyotomo
Indonesia
Ingatan
Iqbal
Ismiyati Mukarromah
Javissyarqi Muhammada
Johannes Brahms (1833-1897)
John Keats (1795-1821)
José de Espronceda (1808-1842)
Joseph Maurice Ravel (1875 - 1937)
Jostein Gaarder
Kadipaten Kulon 49 c
Kajian Budaya Semi
Karya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kata-kata Mutiara
Kausalitas
Kedutaan Perancis
Kegagalan
Kegelisahan
Kekuasaan
Kemenyan
Ken Angrok
Kenyataan
Kesadaran
KH. M. Najib Muhammad
Khalil Gibran (1883-1931)
Kitab Para Malaikat
Kitab Para Malaikat (Book of the Angels)
Komunitas Deo Gratias
Konsep
Korupsi
Kritik Sastra
Kulya dalam Relung Filsafat
Kumpulan Cahaya Rasa Ardhana
Lintang Sastra
Ludwig Tieck
Luís Vaz de Camões
Lupa
Magetan
Makna
Maman S. Mahayana
Marco Polo (1254-1324)
Masa Depan
Matahari
Max Dauthendey (1867-1918)
Media: Crayon on Paper
MEMBONGKAR MITOS KESUSASTRAAN INDONESIA
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Michelangelo (1475-1564)
Mimpi
Minamoto Yorimasa (1106-1180)
Mistik
Mitos
Modest Petrovich Mussorgsky (1839-1881)
Mohammad Yamin
Mojokerto
Mozart
Natural
Nurel Javissyarqi
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pahlawan
Pangeran Diponegoro
Panggung
Paul Valéry (1871-1945)
PDS H.B. Jassin
Pelantikan Soekarno sebagai Presiden R.I.S (17 Desember 1949)
Pembangunan
Pemberontak
Pendapat
Pengangguran
Pengarang
Penjajakan
Penjarahan
Penyair
Penyair Tak Dikenal
Peperangan
Perang
Percy Bysshe Shelley (1792–1822)
Perkalian
Pierre de Ronsard (1524-1585)
PKI
Plagiator
Post-modern
Potret Sang Pengelana (Nurel Javissyarqi)
Presiden Penyair
Proses Kreatif
Puisi
Puitik
Pujangga
PUstaka puJAngga
R. Ng. Ronggowarsito (1802-1873)
Rabindranath Tagore
Rainer Maria Rilke (1875-1926)
Realitas
Reuni Alumni 1991/1992 Mts Putra-Putri Simo
Revolusi
Revormasi
Richard Strauss (1864-1949)
Richard Wagner (1813-1883)
Rimsky-Korsakov (1844-1908)
Rindu
Robert Desnos (1900-1945)
Rosalía de Castro (1837-1885)
Ruang
Rumi
Sajak
Sakral
Santa Teresa (1515-1582)
Sapu Jagad
Sara Teasdale (1884-1933)
Sastra
SastraNESIA
Sayap-sayap Sembrani
Segenggam Debu di Langit
Sejarah
Self Portrait
Self Portrait Nurel Javissyarqi by Wawan Pinhole
Seni
Serikat Petani Lampung
Shadra
Sihar Ramses Simatupang
Sumpah Pemuda
Sungai
Surabaya
Suryanto Sastroatmodjo
Sutardji Calzoum Bachri
tas Sastra Mangkubumen (KSM)
Taufiq Wr. Hidayat
Telaga Sarangan
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Thales
Trilogi Kesadaran
Tubuh
Ujaran-ujaran Hidup Sang Pujangga
Universitas Jember
Waktu
Walter Savage Landor (1775-1864)
Wawan Pinhole
William Blake (1757-1827)
William Butler Yeats (1865-1939)
Wislawa Szymborska
Yasunari Kawabata (1899-1972)
Yayasan Hari Puisi Indonesia 2017
Yogyakarta
Yuja Wang
Yukio Mishima (1925-1970)
Zadie Smith (25 Oktober 1975 - )
Kitab Para Malaikat
- MUQADDIMAH: WAKTU DI SAYAP MALAIKAT, I – XXXIX
- MEMBUKA RAGA PADMI, I: I – XCIII
- HUKUM-HUKUM PECINTA, II: I – CXIII
- BAIT-BAIT PERSEMBAHAN, III: I – XCIII
- RUANG-RUANG MENGABADIKAN, IV: I – XCVIII
- MUSIK-TARIAN KEABADIAN, V: I – LXXIV
- DIRUAPI MALAM HARUM, VI: I – LXXVII
- KEINGINAN-KEINGINAN MULIA, VII: I – LXXXVII
- DI ATAS TANDU LANGITAN, VIII: I – CXXIII
- ANAK SUNGAI FILSAFAT, IX: I – CI
- SEKUNTUM BUNGA REVOLUSI, X: I- XCI
- PENAMPAKAN DOA SEMALAM, XI: I- CVI
- DUKA TANGIS BUSA, XII: I – CXVIII
- GELOMBANG MERAWAT PANTAI, XIII: I – CXI
- MENGEMBALIKAN NIAT SUCI, XIV: I – CIX
- PEMBANGUN DUNIA GANJIL, XV: I – XCIII
- SIANG TUBUH, MALAM JIWANYA, XVI: I – CXIII
- SECERCA CAHAYA KURNIA, XVII: I – CI
- TANAH KELAHIRAN MASA, XVIII: I – CXXVII
- RUANG-WAKTU PADAT, XIX: I – XC
- MUAKHIR; KESAKSIAN-KESAKSIAN, XX: I – CXXVI
- Mulanya
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (I)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (II)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (III)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (IV)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (V)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (VI)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (VII)
- Akhirnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar