Minggu, 30 Mei 2010

Sang Maestro Seni Lukis Naturalis-Realis Indonesia

Nurel Javissyarqi
http://www.sastra-indonesia.com/

Basoeki Abdullah lahir di Surakarta, Jawa Tengah 25 Januari 1915 – meninggal 5 November 1993. Maestro seni lukis naturalis-realis Indonesia. Pelukis resmi Istana Merdeka, karya-karyanya menghiasi ruang kepresidenan dan dikoleksi diberbagai penjuru dunia. Bakat dari sang ayah Abdullah Suryosubro, pelukis juga penari. Kakeknya tokoh Pergerakan Kebangkitan Nasional 1900-an, Doktor Wahidin Sudirohusodo. Sejak usia 4 tahun gemar melukis tokoh: Mahatma Gandhi, Rabindranath Tagore, Yesus, Krishnamurti. Pendidikan formal di HIS serta Mulo Katolik, Solo. Atas Pastur Koch SJ, tahun 1933 memperoleh beasiswa ke Academie Voor Beeldende Kunsten, Den Haag, Belanda. Diselesaikan 3 tahun, meraih Sertifikat Royal International of Art (RIA). Masa Pemerintahan Jepang, bergabung Gerakan Poetra, dibentuk 19 Maret 1943, bertugas mengajar lukis. Muridnya: Kusnadi (pelukis, kritikus seni rupa), Zaini (pelukis impresionis). Aktif di Keimin Bunka Sidhosjo (Pusat Kebudayaan pemerintah Jepang) bersama Affandi, S. Sudjoyono, Otto Djaya, Basoeki Resobawo. Masa revolusi tidak di Tanah Air, belum jelas yang melatarbelakangi. 6 September 1948 di New York Amsterdam, sewaktu penobatan Ratu Yuliana, diadakan sayembara melukis dan mengalahkan 87 pelukis Eropa, sejak itu dunia mengenalnya. Selama di Belanda berkeliling Eropa memperdalam lukis, menjelajahi Italia, Perancis. Terkenal pelukis potret, melukis wanita-wanita keluarga kerajaan yang cenderung memperindah tubuhnya. Melukis pemandangan fauna, flora, tema perjuangan pun lainnya. Banyak pameran tunggal dalam negeri pula di luar: Thailand, Malaysia, Jepang, Belanda, Inggris, Portugal. Lebih kurang 22 negara memiliki karyanya. Sebagian hidupnya di luar negeri, sejak 1974 menetap di Jakarta. Pandai menari dengan tarian wayang orang sebagai Rahwana atau Hanoman. Penggemar komponis Franz Schubert, Beethoven, maka seninya tidak Jawasentris. Menikah empat kali. Istri pertama Yoshepin (orang Belanda, berpisah, anaknya bernama Saraswati). Menikahi Maya Michel (berpisah), So Mwang Noi (bepisah). Terakhir Nataya Narerat sampai akhir hayat dan punya anak Cicilia Sidhawati. Pelukis meninggal sebab terbunuh perampok di kediamannya, dimakamkan di Mlati, Sleman, Yogyakarta. {ringkasan dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Basuki_Abdullah }
***

Hidup serba cukup ditopang keturunan ningrat, berfikir menjalani realis hayati tentulah mudah. Lalu terpantul kemewah perasaan natural, jiwanya melangkah indah.

Usapan angin hari-hari senantiasa harumkan nalarnya sepenuh gairah buaian. Namun demikian jikalau tidak didukung tempaan, akan berwatak manja tiada terarah.

Diluruskan bathin kanak pada bencah realitas atas buku-buku terbaca. Cerita-cerita rakyat menaungi imajinasi bakat seninya.

Darah juang kakek menebali ruhani patriotik jiwanya. Meski sejak belia berkenalan akrab wajah-wajah tokoh dunia yang digambarnya.

Sketsa itu mematangkan lukisannya. Keahlian menari menghidupkan jemarinya, memainkan pelbagai teknik menyapu kuas dengan leluasa.

Setaburkan bintik-bintik hujan, menumbuhkan daun-daun di kejauhan. Lantas diikatnya berbayang-bayang wewarna buram.

Pun kebiasaan memainkan Drama Wayang Orang, menghasilkan gegambar dilukisannya benar-benar dramatik.

Sapuan berulang penanda hidup tiada jemu. Tapi tak sabaran jua, tampak di latar garapannya menyiratkan hasrat terpendam.

Ialah menafaskan gelap terang melodi lukisan. Kegelisahan pribadinya bukan kebendaan atau kurangnya perhatian, namun ingin dapati lebih.

Nalurinya dituntun hembusan bayu mengikuti bayangan setinggi mimpi, yang kerap ganggu tidur panjangnya.

Setiap terjaga bergegas mengguratkan kuas atau membaca buku, sambil mencecap madu renungan.

Bathinnya menjelajah, bola matanya ikuti alur kalimah. Muncullah lelintasan lalu cepat-cepat melukis di kanvas, diawali meneguhkan niat.

Perasaan hati ringan selepas emosi digenggaman, pelan-pelan memainkan jemarinya nan gemulai.

Seringkali tatapannya dimaju mundurkan, miring pula menyamping. Demi mendapati komposisi seimbang yang bergelagat dalam diri.

Perbaharui wewarna segar berkarakter. Menimbang rasa memantulkan logika kepada yang terpampang waktu-waktu di depan.

Dirinya ingin selalu terpandang purna, meski pada sapuan-sapuan kuas keragu-raguannya.

Ketergantungan cat warna putih di setiap balutan ekspresi, menunjukkan pribadinya lembut sentausa.

Ketabahan menjalani nasib, dilayarkan nuanse dramatik peperangan berkendara kuda. Ujung-ujung tombak tajam, datangnya singa-singa jantan.

Menyayat daging, koyak tulang-belulang, darah muncrat berhamburan. Suasana kebakaran juga perkelahian binatang.

Di samping menuangkan harmoni kuda-kuda berpasangan ke padang-padang rerumputan.

Kala melukis tubuh-tubuh wanita, bergayuh jiwa terdukung ketampanan sifat-sifat kelelakiannya.

Jikalau dipandang sekilas tampak dingin semata. Tapi tatkala diamati detail, adanya nafas-nafas hidup abadi. Serupa puisi sempurna penggarapannya, tiada lekang masa-masa.

Di sanalah sudut karya seni dinilai. Bahan tidak berkurang digali terus tambah diperbincangkan.

Dan ketika melukis tokoh-tokoh pahlawan pun negarawan. Diselusupkan keningratan dirinya atas renungan agung tak terbantah, mematrikan warna sapuan kuasnya.

Tidak ada komentar:

(1813-1883) Abdul Hadi W.M. Adelbert von Chamisso (1781-1838) Affandi Koesoema (1907–1990) Agama Para Bajingan Ajip Rosidi Akhmad Taufiq Albert Camus Alexander Sergeyevich Pushkin (1799–1837) Amy Lowell (1874-1925) Andong Buku #3 André Chénier (1762-1794) Andy Warhol Antologi Puisi Tunggal Sarang Ruh Anton Bruckner (1824 –1896) Apa & Siapa Penyair Indonesia Arthur Rimbaud (1854-1891) Arthur Schopenhauer (1788-1860) Arti Bumi Intaran Bahasa Bakat Balada-balada Takdir Terlalu Dini Bangsa Basoeki Abdullah (1915 -1993) Batas Pasir Nadi Beethoven Ben Okri Bentara Budaya Yogyakarta Berita Biografi Nurel Javissyarqi Budaya Buku Stensilan Bung Tomo Candi Prambanan Cantik Chairil Anwar Charles Baudelaire (1821-1867) Cover Buku Dami N. Toda Dante Alighieri (1265-1321) Dante Gabriel Rossetti (1828-1882) Denanyar Jombang Dendam Desa Dwi Pranoto Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra Eka Budianta Emily Dickinson (1830-1886) Esai Esai-esai Pelopor Pemberontakan Sejarah Kesusastraan Indonesia Feminisme Filsafat Forum Kajian Kebudayaan Hindis Yogyakarta Foto Lawas François Villon (1430-1480) Franz Schubert (1797-1828) Frederick Delius (1862-1934) Friedrich Nietzsche (1844-1900) Friedrich Schiller (1759-1805) G. J. Resink (1911-1997) Gabriela Mistral (1889-1957) Goethe Hallaj Hantu Hazrat Inayat Khan Henri de Régnier (1864-1936) Henry Lawson (1867-1922) Hermann Hesse Ichsa Chusnul Chotimah Identitas Iftitahur Rohmah Ignas Kleden Igor Stravinsky (1882-1971) Ilustrator Cover Sony Prasetyotomo Indonesia Ingatan Iqbal Ismiyati Mukarromah Javissyarqi Muhammada Johannes Brahms (1833-1897) John Keats (1795-1821) José de Espronceda (1808-1842) Joseph Maurice Ravel (1875 - 1937) Jostein Gaarder Kadipaten Kulon 49 c Kajian Budaya Semi Karya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kata-kata Mutiara Kausalitas Kedutaan Perancis Kegagalan Kegelisahan Kekuasaan Kemenyan Ken Angrok Kenyataan Kesadaran KH. M. Najib Muhammad Khalil Gibran (1883-1931) Kitab Para Malaikat Kitab Para Malaikat (Book of the Angels) Komunitas Deo Gratias Konsep Korupsi Kritik Sastra Kulya dalam Relung Filsafat Kumpulan Cahaya Rasa Ardhana Lintang Sastra Ludwig Tieck Luís Vaz de Camões Lupa Magetan Makna Maman S. Mahayana Marco Polo (1254-1324) Masa Depan Matahari Max Dauthendey (1867-1918) Media: Crayon on Paper MEMBONGKAR MITOS KESUSASTRAAN INDONESIA Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Michelangelo (1475-1564) Mimpi Minamoto Yorimasa (1106-1180) Mistik Mitos Modest Petrovich Mussorgsky (1839-1881) Mohammad Yamin Mojokerto Mozart Natural Nurel Javissyarqi Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pahlawan Pangeran Diponegoro Panggung Paul Valéry (1871-1945) PDS H.B. Jassin Pelantikan Soekarno sebagai Presiden R.I.S (17 Desember 1949) Pembangunan Pemberontak Pendapat Pengangguran Pengarang Penjajakan Penjarahan Penyair Penyair Tak Dikenal Peperangan Perang Percy Bysshe Shelley (1792–1822) Perkalian Pierre de Ronsard (1524-1585) PKI Plagiator Post-modern Potret Sang Pengelana (Nurel Javissyarqi) Presiden Penyair Proses Kreatif Puisi Puitik Pujangga PUstaka puJAngga R. Ng. Ronggowarsito (1802-1873) Rabindranath Tagore Rainer Maria Rilke (1875-1926) Realitas Reuni Alumni 1991/1992 Mts Putra-Putri Simo Revolusi Revormasi Richard Strauss (1864-1949) Richard Wagner (1813-1883) Rimsky-Korsakov (1844-1908) Rindu Robert Desnos (1900-1945) Rosalía de Castro (1837-1885) Ruang Rumi Sajak Sakral Santa Teresa (1515-1582) Sapu Jagad Sara Teasdale (1884-1933) Sastra SastraNESIA Sayap-sayap Sembrani Segenggam Debu di Langit Sejarah Self Portrait Self Portrait Nurel Javissyarqi by Wawan Pinhole Seni Serikat Petani Lampung Shadra Sihar Ramses Simatupang Sumpah Pemuda Sungai Surabaya Suryanto Sastroatmodjo Sutardji Calzoum Bachri tas Sastra Mangkubumen (KSM) Taufiq Wr. Hidayat Telaga Sarangan Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Thales Trilogi Kesadaran Tubuh Ujaran-ujaran Hidup Sang Pujangga Universitas Jember Waktu Walter Savage Landor (1775-1864) Wawan Pinhole William Blake (1757-1827) William Butler Yeats (1865-1939) Wislawa Szymborska Yasunari Kawabata (1899-1972) Yayasan Hari Puisi Indonesia 2017 Yogyakarta Yuja Wang Yukio Mishima (1925-1970) Zadie Smith (25 Oktober 1975 - )