Nurel Javissyarqi
http://pustakapujangga.com/
DARI: OP.CIT.
Rosalía de Castro
Hari tentram,
Udara panas-panas-dingin,
Dan hujan turun
Pelan dan bisu;
Dan selagi aku bisu
Meneguk tangis dan mengeluh,
Anakku, mawar mungil itu,
Matanya ditutup maut.
Damai dan sepi terekam dikeningnya, kala
Pamitan dengan ini dunia.
Sungai-sungai pada kelabu; kelabu
Pohonan dan gemunung, abu-abu;
Kabut yang meliputinya, kelabu,
Dan abu-abu gemawan yang berarak di langit.
Seluruh bumi berliput sedih kelabu,
Itu warna usia tua.
Kadangkali redup-redup bangkit desau
Hujan; dan angin
Yang bertiup di pohonan, melulung dan mengeluh,
Demikian aneh, hampa dan perih bunyi
Ratapnya, seakan orang menyeru si mati.
{dari Puisi Dunia, jilid I, susunan M. Taslim Ali, Balai Pustaka 1952}
Rosalía de Castro Murguía, lebih dikenal Rosalía de Castro (24 Feb 1837 - 15 Juli 1885), menulis dalam bahasa Galisia. Sosok penting pergerakan romantis gallegan yang kini dikenal Rexurdimento (renaisans), bersama Manuel Enriquez Curros dan Eduardo Pondal. Puisinya ditandai ‘Saudade’, kombinasi hampir tak terlukiskan nostalgia, kerinduan juga melankolis. Tanggal ia menerbitkan kumpulan puisi pertama Cantares Gallegos (Galician Lagu-lagu), 17 Mei 1863, diperingati setiap tahun sebagai Día Letras das Galegas (Hari Sastra Galician), hari libur resmi Otonomi Komunitas Galicia, serta didedikasikan teruntuk penulis penting bahasa Galisia sejak 1963. Seorang penentang kuat penyalahgunaan wewenang dan pembela hak-hak perempuan. Menderita kanker rahim hingga meninggal dunia. Citranya muncul pada uang kertas 500 peseta Spanyol. Berdiri bersama Espronceda, Zorrilla serta Gustavo Adolfo Bécquer, dimercu jaman romantik Spanyol {data ditambah dari //en.wikipedia.org/}
***
Tatkala musibah datang, sapaan warna alam menyapu menekan udara, memperuncing detak nadi menggenapi rekaman.
Cahaya pucat buram dasar hati, memahat ingatan serupa diiris belati, dada mengkal menggapit luka dalam sunyi.
Kepada sekawanan burung-burung terbang dimaknai melayat, semua bertolak mengikuti perasaan, hingga matahari terbit seolah-olah terbenam seharian.
Lebih perih seperti berhianat tapi bukan, lantaran restu-Nya, manusia tinggalkan bayang kehidupan bersama air mata kekekalan.
Hanya membawa damai ganjil melihat kepulangan, melewati sisi jalan berbekal kepasrahan, membisu sedalam kesadaran.
Sungai-sungai pemikiran tak mengalir landai, surut di ladang-ladang tak ditumbuhi pohonan, kala batu besar runtuh atas air terjun tiada penghuni, kecuali kesaksian embun telinga nun jauh.
Begitu Rosalia membangun sajak-sajak dari kedalaman tidak terukur, tangan menggerayangi gelap, duga tiada tertanda hadir tiba-tiba kerisauan merajah.
Dinaya kegaiban alam ditarik kekuatan tiada tampak, tetapi sungguh terasa, hukum kalbu mengikuti firasat.
Pandangan hidup berangkat dari perjuangan, sesal pun hadir tercurah mewakili, meski berasal sebersit harapan.
Tumpukan abu tak bersimpan bara, sepi menunggu datangnya badai memusnahkan segala enyah, sirna sebelumnya jadi anganan mimpi manusia.
Andai datang tiupan hayat, namun tak berselang lama, dari redupnya pandangan, keganjilan kuat lengket di dada kelam, masih merasa kepedihan.
Lekas berkehendak menghardik pergi kebahagiaan, sebab tidak menginginkan pergantian.
Dari sajak Rosalia, memancang tinggi aliran romantik, seperti menanam keyakinan, bahwa kalbu diselimuti kenangan, serupa tradisi puisi sulit dilukiskan.
Hanya kematangan waktu menggumuli peristiwa, kelak menuntunnya, laksana pengabdian hidup memberkati.
Seumpama selingkar kalung mutiara di leher jenjang seorang putri, sedari persembahan pangeran takdir, memberkati tahta kejayaan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
(1813-1883)
Abdul Hadi W.M.
Adelbert von Chamisso (1781-1838)
Affandi Koesoema (1907–1990)
Agama Para Bajingan
Ajip Rosidi
Akhmad Taufiq
Albert Camus
Alexander Sergeyevich Pushkin (1799–1837)
Amy Lowell (1874-1925)
Andong Buku #3
André Chénier (1762-1794)
Andy Warhol
Antologi Puisi Tunggal Sarang Ruh
Anton Bruckner (1824 –1896)
Apa & Siapa Penyair Indonesia
Arthur Rimbaud (1854-1891)
Arthur Schopenhauer (1788-1860)
Arti Bumi Intaran
Bahasa
Bakat
Balada-balada Takdir Terlalu Dini
Bangsa
Basoeki Abdullah (1915 -1993)
Batas Pasir Nadi
Beethoven
Ben Okri
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Biografi Nurel Javissyarqi
Budaya
Buku Stensilan
Bung Tomo
Candi Prambanan
Cantik
Chairil Anwar
Charles Baudelaire (1821-1867)
Cover Buku
Dami N. Toda
Dante Alighieri (1265-1321)
Dante Gabriel Rossetti (1828-1882)
Denanyar Jombang
Dendam
Desa
Dwi Pranoto
Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra
Eka Budianta
Emily Dickinson (1830-1886)
Esai
Esai-esai Pelopor Pemberontakan Sejarah Kesusastraan Indonesia
Feminisme
Filsafat
Forum Kajian Kebudayaan Hindis Yogyakarta
Foto Lawas
François Villon (1430-1480)
Franz Schubert (1797-1828)
Frederick Delius (1862-1934)
Friedrich Nietzsche (1844-1900)
Friedrich Schiller (1759-1805)
G. J. Resink (1911-1997)
Gabriela Mistral (1889-1957)
Goethe
Hallaj
Hantu
Hazrat Inayat Khan
Henri de Régnier (1864-1936)
Henry Lawson (1867-1922)
Hermann Hesse
Ichsa Chusnul Chotimah
Identitas
Iftitahur Rohmah
Ignas Kleden
Igor Stravinsky (1882-1971)
Ilustrator Cover Sony Prasetyotomo
Indonesia
Ingatan
Iqbal
Ismiyati Mukarromah
Javissyarqi Muhammada
Johannes Brahms (1833-1897)
John Keats (1795-1821)
José de Espronceda (1808-1842)
Joseph Maurice Ravel (1875 - 1937)
Jostein Gaarder
Kadipaten Kulon 49 c
Kajian Budaya Semi
Karya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kata-kata Mutiara
Kausalitas
Kedutaan Perancis
Kegagalan
Kegelisahan
Kekuasaan
Kemenyan
Ken Angrok
Kenyataan
Kesadaran
KH. M. Najib Muhammad
Khalil Gibran (1883-1931)
Kitab Para Malaikat
Kitab Para Malaikat (Book of the Angels)
Komunitas Deo Gratias
Konsep
Korupsi
Kritik Sastra
Kulya dalam Relung Filsafat
Kumpulan Cahaya Rasa Ardhana
Lintang Sastra
Ludwig Tieck
Luís Vaz de Camões
Lupa
Magetan
Makna
Maman S. Mahayana
Marco Polo (1254-1324)
Masa Depan
Matahari
Max Dauthendey (1867-1918)
Media: Crayon on Paper
MEMBONGKAR MITOS KESUSASTRAAN INDONESIA
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Michelangelo (1475-1564)
Mimpi
Minamoto Yorimasa (1106-1180)
Mistik
Mitos
Modest Petrovich Mussorgsky (1839-1881)
Mohammad Yamin
Mojokerto
Mozart
Natural
Nurel Javissyarqi
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pahlawan
Pangeran Diponegoro
Panggung
Paul Valéry (1871-1945)
PDS H.B. Jassin
Pelantikan Soekarno sebagai Presiden R.I.S (17 Desember 1949)
Pembangunan
Pemberontak
Pendapat
Pengangguran
Pengarang
Penjajakan
Penjarahan
Penyair
Penyair Tak Dikenal
Peperangan
Perang
Percy Bysshe Shelley (1792–1822)
Perkalian
Pierre de Ronsard (1524-1585)
PKI
Plagiator
Post-modern
Potret Sang Pengelana (Nurel Javissyarqi)
Presiden Penyair
Proses Kreatif
Puisi
Puitik
Pujangga
PUstaka puJAngga
R. Ng. Ronggowarsito (1802-1873)
Rabindranath Tagore
Rainer Maria Rilke (1875-1926)
Realitas
Reuni Alumni 1991/1992 Mts Putra-Putri Simo
Revolusi
Revormasi
Richard Strauss (1864-1949)
Richard Wagner (1813-1883)
Rimsky-Korsakov (1844-1908)
Rindu
Robert Desnos (1900-1945)
Rosalía de Castro (1837-1885)
Ruang
Rumi
Sajak
Sakral
Santa Teresa (1515-1582)
Sapu Jagad
Sara Teasdale (1884-1933)
Sastra
SastraNESIA
Sayap-sayap Sembrani
Segenggam Debu di Langit
Sejarah
Self Portrait
Self Portrait Nurel Javissyarqi by Wawan Pinhole
Seni
Serikat Petani Lampung
Shadra
Sihar Ramses Simatupang
Sumpah Pemuda
Sungai
Surabaya
Suryanto Sastroatmodjo
Sutardji Calzoum Bachri
tas Sastra Mangkubumen (KSM)
Taufiq Wr. Hidayat
Telaga Sarangan
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Thales
Trilogi Kesadaran
Tubuh
Ujaran-ujaran Hidup Sang Pujangga
Universitas Jember
Waktu
Walter Savage Landor (1775-1864)
Wawan Pinhole
William Blake (1757-1827)
William Butler Yeats (1865-1939)
Wislawa Szymborska
Yasunari Kawabata (1899-1972)
Yayasan Hari Puisi Indonesia 2017
Yogyakarta
Yuja Wang
Yukio Mishima (1925-1970)
Zadie Smith (25 Oktober 1975 - )
Kitab Para Malaikat
- MUQADDIMAH: WAKTU DI SAYAP MALAIKAT, I – XXXIX
- MEMBUKA RAGA PADMI, I: I – XCIII
- HUKUM-HUKUM PECINTA, II: I – CXIII
- BAIT-BAIT PERSEMBAHAN, III: I – XCIII
- RUANG-RUANG MENGABADIKAN, IV: I – XCVIII
- MUSIK-TARIAN KEABADIAN, V: I – LXXIV
- DIRUAPI MALAM HARUM, VI: I – LXXVII
- KEINGINAN-KEINGINAN MULIA, VII: I – LXXXVII
- DI ATAS TANDU LANGITAN, VIII: I – CXXIII
- ANAK SUNGAI FILSAFAT, IX: I – CI
- SEKUNTUM BUNGA REVOLUSI, X: I- XCI
- PENAMPAKAN DOA SEMALAM, XI: I- CVI
- DUKA TANGIS BUSA, XII: I – CXVIII
- GELOMBANG MERAWAT PANTAI, XIII: I – CXI
- MENGEMBALIKAN NIAT SUCI, XIV: I – CIX
- PEMBANGUN DUNIA GANJIL, XV: I – XCIII
- SIANG TUBUH, MALAM JIWANYA, XVI: I – CXIII
- SECERCA CAHAYA KURNIA, XVII: I – CI
- TANAH KELAHIRAN MASA, XVIII: I – CXXVII
- RUANG-WAKTU PADAT, XIX: I – XC
- MUAKHIR; KESAKSIAN-KESAKSIAN, XX: I – CXXVI
- Mulanya
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (I)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (II)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (III)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (IV)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (V)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (VI)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (VII)
- Akhirnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar