Nurel Javissyarqi*
Seni ditentukan oleh masanya (Albert Camus).
Kita ketahui ada seni musik, tari, karawitan, pedalangan, perdagangan pun berperang. Seni belah diri, melukis, pahat, drama, penulisan, percintaan, politik, mengajar dan masih banyak lagi.
Seni menelusup ke segenap bidang, dicipta dari orang-orang berbakat yang istikomah dalam menjalani pilihannya. Lalu kita mengambil, mengangkatnya sebagAi ilmu.
Pada kesempatan lain saya pernah berkata, karya seni tercipta atas rasa berlebih, rindu bergelora, cinta membara ke segenap kemungkinan menjelma peralatan, demi tercapai tujuan.
Bahasa lain, pencipta seni itu orang-orang bertetap hati, setia menjalani apa yang diyakini, sehingga di bidangnya memiliki banyak temuan yang mencengangkan orang disampingnya. Dan gegaris yang dituju-kembangkan itu (menjalani hidup bagi seni) akan menciptakan hal mengagumkan, terlahirlah jurus baru, strategi anyar, analisa lebih cermat.
Benar apa kata Albert Camus, Seni ditentukan masanya. Seni berperang sebab situasi menuntut hal tersebut hadir, seni membangun sebab saat berkeadaan damai, masa-masa benah-membenahi. Hanya orang-orang berbakat yang berani menyungguhi keyakinannya, sanggup menciptakan nilai seni.
Di sini ada tuntutan pemilahan bidang yang disenangi, lagi sanggup menciptakan tingkatan, sampai yang terlaksana bukan pengulangan. Tetapi naiknya tapakan kaki, kepada tangga keahlian di satu bidang yang dibakati, digelutinya.
Saya tidak berbicara struktur secara ketat yang seringkali melukai pribadi orang berbakat, kita perlu jarak pandang penelitian lebih bijak. Sehingga orang-orang yang sedang di jalur ini tidak merasa tertekan atau digurui, sebab dalam menciptakan karya seni, sebenarnya tiada istilah guru selain daripada pengalaman.
Sebagian orang mengatakan, seni itu pemberontakan dari sebelumnya, perasaan berlebih atas daya rindu. Di sini tempatnya, kerinduan sanggup menciptakan gugusan karya monumental nan abadi.
Atas kayungyung kepada yang dicintai, daya kangen sejenis percobaan abadi, atas timbangan masa menggebu yang sekali waktu dituangkan dalam lelembaran, demi waktu-waktu yang perlu digaris bawahi.
Atau kerinduan itu persamaan dari keabadian, seni berbicara dalam kurungan pelita warna cemburu, kemalangan, suntuk, meledak-ledak dan segala nantinya menjadikan tanda.
Berbincang mengenai pemberontakan dari hal sebelumnya, berarti memiliki pondasi kesadaran dulu, ditariknya sebagai benang teruntuk kain tenun dan perbuatannya disebut sebagai daya seni.
Ketika dirimu menolak, maka tidak mandul atau mati. Seorang pekerja seni berangkat dari sini, dengan gairah kepercayaan berlimpah. Yang tampak berlebih itu efek kenyataan di sekitar sangsi teriris, sejenis was-was pecahan batu yang ditiup angin kencang.
Dan saya menamakan taupan revolusi. Dapat dikatakan, berseni itu cara belajar mengendalikan diri dalam mengeluarkan potensi. Yang lahir kejernihan berangkat dari endapan rindu menuntut sesuatu. Pengekangan ialah seni belajar menempa diri, sebagai kebersatuan manunggal untuk menciptakan karya.
Sejenis pemasukan yang dikelolah melewati perdagangan nilai, sehingga hasil yang harap bukan berdasarkan keberuntungan semata uang, tetapi dengan kacamata perhitungan elastis nan rahayu. Disebut elastis rahayu? Sebab berada pada lingkaran kemendadakan, yang sekali tempo menuntut dijumlah, dan jarak tersebut berlainan daripada kesiapan, namun memiliki kesigapan mental.
Pemberontakan atas hinaan, apakah penghinaan berupa kasih sayang atau cinta yang mematikan, yang tidak berbicara seimbang, dengan tampak mendominasi kekuasaan. Di sinilah keindahan seni berbicara, menyeimbang rasa saling terima, tiada berkekurangan.
Dan seni memberontak itu berangkat dari penerimaan cukup lama, atas elusan sayang berlebih, maka daya tuntut di lingkungan tersebut bisa disebut seni pembelaan atas jarak padat ditempuh. Berbicara di sekitar wilayah keyakinannya sebagai sesuatu yang baru.
Aliran-aliran yang ada dalam kesenian, bermula dari watak para pembawanya. Saat watak ditempa sedemikian rupa, oleh tempat-waktu usia pencarian, menjelmalah kemurnian, kehasan temuan. Atas pencarian dirinya berpribadi, atau beraliran, dan orang-orang menamakan, memanggilnya penggagas.
Meski semua telah tertanda, tidak lepas dari seni romantik yang pernah disinggung, sebagai bapaknya keilmuan. Lahirnya tanda harus dimengerti penerusnya, teruntuk bahan pelajaran yang padat cecabang jawaban, berlapang pengertian.
Dan pengolahan data di sekitar wacana dalam segenap bidang, pengawinan demi mencapai formula memungkinkan jalan baru. Serta kebuntuan soal dapat diselesaikan, meski masa kemarin terdapat penundaan.
Inilah rumusan, tetapi di sana-sini terlalu ketat pada puncaknya sekarang. Menggelinding bola lempung, reracikan pendapat yang menjadikan wacana penyembuh bagi gairah terkekang. Pun harus diperhatikan, agar jangan sampai menimbulkan semacam reformasi kebablasan atau senafsunya.
Seni dan revolusi, dua pasang mata tajam analisis. Mempelajarinya ialah sarat tingkatan, pengendapan, koreksi serta daya pacuan dalam kurungan pelita kasih sayang.
*) Pengelana dari desa Kendal-Kemlagi, Karanggeneng, Lamongan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
(1813-1883)
Abdul Hadi W.M.
Adelbert von Chamisso (1781-1838)
Affandi Koesoema (1907–1990)
Agama Para Bajingan
Ajip Rosidi
Akhmad Taufiq
Albert Camus
Alexander Sergeyevich Pushkin (1799–1837)
Amy Lowell (1874-1925)
Andong Buku #3
André Chénier (1762-1794)
Andy Warhol
Antologi Puisi Tunggal Sarang Ruh
Anton Bruckner (1824 –1896)
Apa & Siapa Penyair Indonesia
Arthur Rimbaud (1854-1891)
Arthur Schopenhauer (1788-1860)
Arti Bumi Intaran
Bahasa
Bakat
Balada-balada Takdir Terlalu Dini
Bangsa
Basoeki Abdullah (1915 -1993)
Batas Pasir Nadi
Beethoven
Ben Okri
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Biografi Nurel Javissyarqi
Budaya
Buku Stensilan
Bung Tomo
Candi Prambanan
Cantik
Chairil Anwar
Charles Baudelaire (1821-1867)
Cover Buku
Dami N. Toda
Dante Alighieri (1265-1321)
Dante Gabriel Rossetti (1828-1882)
Denanyar Jombang
Dendam
Desa
Dwi Pranoto
Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra
Eka Budianta
Emily Dickinson (1830-1886)
Esai
Esai-esai Pelopor Pemberontakan Sejarah Kesusastraan Indonesia
Feminisme
Filsafat
Forum Kajian Kebudayaan Hindis Yogyakarta
Foto Lawas
François Villon (1430-1480)
Franz Schubert (1797-1828)
Frederick Delius (1862-1934)
Friedrich Nietzsche (1844-1900)
Friedrich Schiller (1759-1805)
G. J. Resink (1911-1997)
Gabriela Mistral (1889-1957)
Goethe
Hallaj
Hantu
Hazrat Inayat Khan
Henri de Régnier (1864-1936)
Henry Lawson (1867-1922)
Hermann Hesse
Ichsa Chusnul Chotimah
Identitas
Iftitahur Rohmah
Ignas Kleden
Igor Stravinsky (1882-1971)
Ilustrator Cover Sony Prasetyotomo
Indonesia
Ingatan
Iqbal
Ismiyati Mukarromah
Javissyarqi Muhammada
Johannes Brahms (1833-1897)
John Keats (1795-1821)
José de Espronceda (1808-1842)
Joseph Maurice Ravel (1875 - 1937)
Jostein Gaarder
Kadipaten Kulon 49 c
Kajian Budaya Semi
Karya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kata-kata Mutiara
Kausalitas
Kedutaan Perancis
Kegagalan
Kegelisahan
Kekuasaan
Kemenyan
Ken Angrok
Kenyataan
Kesadaran
KH. M. Najib Muhammad
Khalil Gibran (1883-1931)
Kitab Para Malaikat
Kitab Para Malaikat (Book of the Angels)
Komunitas Deo Gratias
Konsep
Korupsi
Kritik Sastra
Kulya dalam Relung Filsafat
Kumpulan Cahaya Rasa Ardhana
Lintang Sastra
Ludwig Tieck
Luís Vaz de Camões
Lupa
Magetan
Makna
Maman S. Mahayana
Marco Polo (1254-1324)
Masa Depan
Matahari
Max Dauthendey (1867-1918)
Media: Crayon on Paper
MEMBONGKAR MITOS KESUSASTRAAN INDONESIA
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Michelangelo (1475-1564)
Mimpi
Minamoto Yorimasa (1106-1180)
Mistik
Mitos
Modest Petrovich Mussorgsky (1839-1881)
Mohammad Yamin
Mojokerto
Mozart
Natural
Nurel Javissyarqi
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pahlawan
Pangeran Diponegoro
Panggung
Paul Valéry (1871-1945)
PDS H.B. Jassin
Pelantikan Soekarno sebagai Presiden R.I.S (17 Desember 1949)
Pembangunan
Pemberontak
Pendapat
Pengangguran
Pengarang
Penjajakan
Penjarahan
Penyair
Penyair Tak Dikenal
Peperangan
Perang
Percy Bysshe Shelley (1792–1822)
Perkalian
Pierre de Ronsard (1524-1585)
PKI
Plagiator
Post-modern
Potret Sang Pengelana (Nurel Javissyarqi)
Presiden Penyair
Proses Kreatif
Puisi
Puitik
Pujangga
PUstaka puJAngga
R. Ng. Ronggowarsito (1802-1873)
Rabindranath Tagore
Rainer Maria Rilke (1875-1926)
Realitas
Reuni Alumni 1991/1992 Mts Putra-Putri Simo
Revolusi
Revormasi
Richard Strauss (1864-1949)
Richard Wagner (1813-1883)
Rimsky-Korsakov (1844-1908)
Rindu
Robert Desnos (1900-1945)
Rosalía de Castro (1837-1885)
Ruang
Rumi
Sajak
Sakral
Santa Teresa (1515-1582)
Sapu Jagad
Sara Teasdale (1884-1933)
Sastra
SastraNESIA
Sayap-sayap Sembrani
Segenggam Debu di Langit
Sejarah
Self Portrait
Self Portrait Nurel Javissyarqi by Wawan Pinhole
Seni
Serikat Petani Lampung
Shadra
Sihar Ramses Simatupang
Sumpah Pemuda
Sungai
Surabaya
Suryanto Sastroatmodjo
Sutardji Calzoum Bachri
tas Sastra Mangkubumen (KSM)
Taufiq Wr. Hidayat
Telaga Sarangan
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Thales
Trilogi Kesadaran
Tubuh
Ujaran-ujaran Hidup Sang Pujangga
Universitas Jember
Waktu
Walter Savage Landor (1775-1864)
Wawan Pinhole
William Blake (1757-1827)
William Butler Yeats (1865-1939)
Wislawa Szymborska
Yasunari Kawabata (1899-1972)
Yayasan Hari Puisi Indonesia 2017
Yogyakarta
Yuja Wang
Yukio Mishima (1925-1970)
Zadie Smith (25 Oktober 1975 - )
Kitab Para Malaikat
- MUQADDIMAH: WAKTU DI SAYAP MALAIKAT, I – XXXIX
- MEMBUKA RAGA PADMI, I: I – XCIII
- HUKUM-HUKUM PECINTA, II: I – CXIII
- BAIT-BAIT PERSEMBAHAN, III: I – XCIII
- RUANG-RUANG MENGABADIKAN, IV: I – XCVIII
- MUSIK-TARIAN KEABADIAN, V: I – LXXIV
- DIRUAPI MALAM HARUM, VI: I – LXXVII
- KEINGINAN-KEINGINAN MULIA, VII: I – LXXXVII
- DI ATAS TANDU LANGITAN, VIII: I – CXXIII
- ANAK SUNGAI FILSAFAT, IX: I – CI
- SEKUNTUM BUNGA REVOLUSI, X: I- XCI
- PENAMPAKAN DOA SEMALAM, XI: I- CVI
- DUKA TANGIS BUSA, XII: I – CXVIII
- GELOMBANG MERAWAT PANTAI, XIII: I – CXI
- MENGEMBALIKAN NIAT SUCI, XIV: I – CIX
- PEMBANGUN DUNIA GANJIL, XV: I – XCIII
- SIANG TUBUH, MALAM JIWANYA, XVI: I – CXIII
- SECERCA CAHAYA KURNIA, XVII: I – CI
- TANAH KELAHIRAN MASA, XVIII: I – CXXVII
- RUANG-WAKTU PADAT, XIX: I – XC
- MUAKHIR; KESAKSIAN-KESAKSIAN, XX: I – CXXVI
- Mulanya
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (I)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (II)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (III)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (IV)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (V)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (VI)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (VII)
- Akhirnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar